Anda di halaman 1dari 5

1. a.

Ya ada, dikarenakan dalam kasus tersebut sangat terlihat jelas tidak saling
mengonfirmasi antar karyawan. Dimana seorang manajer juga hanya memakai
keputusan dari persepsi nya sendiri dalam mengambil keputusan tanpa
mempertimbangkan serta menunggu saran atau keputusan dari teman sekerjanya.
Yaitu membuat keputusan tanpa meminta persutujuan dari manajer lainnya. Sehingga
keputusan yang dia ambil keliru, dkarenakan tidak adanya koordinasi, dan
pertimbangan yang matang terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dalam hal ini
untuk memproduksi produk baru. Seharusnya dalam membuat keputusan seorang
pimpinan harus menyeleksi dan mengartikan informasi yang ada dari lingkungannya,
serta mampu mengintepretasikannya dengan menyesuaikan pada keadaan, sehingga
sebelum melangkah informasi yang dterima sudah difilter dan di analisa terlebih
dahulu. Adapun hambatan komunikasi lainnya ialah setiap manajer tidak adanya
koordinasi dalam kasus tersebut, dimana setiap manajer menggunakan persepsi
mereka masing-masing, tidak ada kesatuan atau kesamaan, sehingga pelaporan yang
masuk berbeda-beda, karena tidak adanya kerjasama dan koordinasi antar rekan kerja.
b. dalam meningkatkan komunikasi yang efektif dalam kasus itu ialah sebagai seorang
penerima informasi kita harus lebih selektif, atau seorang manajer tersebut harus
selektif dalam menerima suatu informasi, dan juga harus subkyektif dalam
menangkap pesan. Kemudian seorang pembawa informasi harus lebih jelas
membawakan informasi dimana kredibilitas pengirim informasi perlu ditingkatkan.
Adapun cara selanjutnya ialah diadakannya tindak lanjut/follow up antara penerima
dan pengirim informasi, agar selalu tercipta koordinasi dan untuk memastikan apakah
informasi pesan sudah diterima atau tidak, sehingga dapat juga mencegah miss-
komunikasi. Adapun hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi ialah dengan menanggulangi dan menghilangkan hambatan lingkungan
yang ada. Cara lain juga yang harus dilakukan dalam meningkatkan komunikasi ialah
kita harus melakukan observasi, serta menjadi pendengar dan pembawa informasi
yang benar dan baik.

2. Dalam menciptakan suatu tim yang handal, seorang pimpinan harus melakukan
beberapa strategi. Contohnya seperti seorang pemimpin harus bisa menciptakan
kerjasama antar tim, tidak ada pembanding yang terlalu jauh antara pimpinan dan
anggota, kemudian juga menjadi pemimpin yang selalu siap menerima kritikan dan
masukkan, serta pemimpin yang harus mampu membaca situasi atau kondisi yang
terjadi , sehingga harus mampu menempatkan dan mengadaptasikan diri, dan yang
menjunjung tinggi kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi. Dalam sebuah
tim juga seorang pemimpin harus menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien ,
serta selalu memotivasi tim nya agar supaya tercipta semangat untuk bekerja sama.
Dalam kasus tersebut cara mengatasi konflik itu ialah harus adanya kompromi atau
toleransi sehingga tidak terjadi perpecahan dalam koflik tersebut. Dan kemudian
melakukan pendekatan integratif, dimana mencari bahan- bahan untuk menyatukan
serta menghubugkan sehingga dalam satu tim terebut dalam permasalahan tersebut
bisa menjadi satu persepsi, sehingga mengurangi perdebatan-perdebatan yang ada.
Kemudian harus memberikan ruang untuk masing – masing pihak menyampaikan
argumennya, dan dari situlah akan dicapai suatu kesepakatan. Dan dari kasus tersebut
seorang manajernya harus lebih melihat situasi serta mendengarkan usulan dari rekan
kerjanya , jangan hanya berlaku sepihak karena dia berasal dari jepang maka harus
terapkan nilai jepang, tetapi harus lebih melihat keadaan dimana kegiatan atau bisnis
tersebut dilaksnakan.
Agar konflik dapat diselesaikan dengan cara yang tepat, berikut langkah yang bisa
dilakukan :
- Libatkan diri dalam proses penyelesaian.
- Memisahkan pihak-pihak yang memiliki potensi konflik, agar kemungkinan
timbulnya konflik dapat dikurangi.
- Mendengarkan dengan seksama semua pihak yang terlibat konflik
- Menjelaskan dengan rinci inti konflik, tanpa terkesan bertele-tele
- Menanggapi secara proporsional dan tidak emosional.
- Memantau pelaksanaan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama.
3. Gaya kepemimpinan dari John D. Rockefeller menerapkan gaya kepemimpinan
kontemporer yaitu kepemimpinan transformasional. Dimana john ini memotivasi
karyawannya untuk berusaha mencapai tujuan – tujuan dari perusahaan dengan
maksimal , dan dia membuat perubahan serta transformasi dalam perusahaannya
tanpa membebankan karyawannya. Kepemimpinan transformasional adalah salah satu
tipe kepemimpinan di era modern ini. Gaya kepemimpinan ini mengutamakan
karisma dari si pemimpin untuk dapat mengendalikan para pengikut dengan harapan
hubungan kepemimpinan karismatik menciptakan ikatan emosional antara pemimpin
dan pengikut dan menghasilkan loyalitas dan kepercayaan serta juga persaingan
terhadap si pemimpin. Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi
lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan
kebutuhankebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut
lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya
kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk
melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek
transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional,
perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual. Hal itulah yang diterapkan
oleh John sehingga dia bisa membawa perusahaannya untuk mencapai prestasi dan
terobosan –terobosan baru.

Anda mungkin juga menyukai