Anda di halaman 1dari 6

Mata kuliah : Prilaku Organisasi

Nama Dosen : Ayu Puspitasari, M.M


Prodi : Manajemen
Kelas/smester : R1/3
Hari/tanggal : 10 feb 2021
Nama : Aldo Kusumah Iskandar
Nim : 0433081920105

1. Faktor – faktor apa saja yang menciptakan dan mempertahankan budaya organisasi?

2. Bagaimana cara mengatasi konflik dalam pekerjaan atau dalam organisasi dan apakah
stereotif gender juga ikut memiliki andil dalam proses negosiasi?

3. Bagaimana peran pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi ?

4. Jelaskan proses komunikasi dan komunikasi seperti apa yang bisa di katakanan bahwa
komunikasi tersebut berhasil?

5. Faktor – faktor apa yang yang dapat memungkinkan terjadinya stress kerja? Dan bagaimana
dampak stress kerja terhadap pekerjaan

jawablan

.1) Faktor-Faktor yang menciptakan Budaya Organisasi


 Pendiri perusahaan (Company founder)
Pendiri perusahaan sering mempunyai kepribadian yang dinamis, strong values, dan visi
yang jelas tentang bagaimana organisasi harus bekerja, Karena dia memainkan peran
penting dalam menerima kariawan pada awalnya, maka sikap dan nilai-nilai siap
disampaikan pada kariawan baru.

 Pengalaman dengan lingkungan (Experience with the environment)


pengalaman organisasi dengan lingkungan eksternal. Semua organisasi mengharuskan
menmukan celah bagi dirinya dalam industry dan di pasar.

 Hubungan dengan orang lain (Contact with others)


kontak antara kelompok individu dalam organisasi yang sering berbagi interpretasi
kejadian dan tindakan dalam organisasi.

Faktor-Faktor Yang Mempertahankan Budaya Organisasi


 Praktik Seleksi
seleksi adalah mengidentifikasi dan mempekerjakan individu-individu yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses
di dalam suatu organisasi
 Manajemen Puncak
manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada budaya organisasi. Lewat apa
yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku, eksekutif senior menegakkan
norma-norma yang mengalir ke bawah sepanjang organisasi, misalnya apakah
pengambilan risiko diinginkan, berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh para
manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan tindakan apakah akan
dihargai dalam kenaikan upah, promosi, dan ganjaran lain.

 Sosialisasi
para karyawan baru tersebut tidak mengenal baik budaya organisasi yang ada. Oleh
karena itu, organisasi tampaknya akan berpotensi membantu karyawan baru
menyesuaikan diri dengan budayanya. Proses penyesuaian ini disebut sosialisasi.

2) . Mengatasi konflik dalam pekerjaan atau dalam

 Menghadapi masalah
hadapi orang yang memiliki masalah dengan Anda, karena membiarkan masalah hingga
berlarut-larut tidak baik dilakukan dan semakin susah untuk menyelesaikannya.

 Berbicara dengan baik


Berbicaralah dengan nada tenang, sopan, dan rasional. Tetap fokus pada situasi dan
hindari menyerang lawan bicara.

 Bersikap tenang
Hati-hati dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan juga nada bicara yang digunakan.

 Tetap netral
Mendengarkan pendapat dari orang lain dengan baik. Perhatikan apa yang disampaikan
olehnya dan cobalah untuk mengerti posisi dan kondisinya.

 Menghargai pendapat
Sampaikan pemikiran Anda senetral mungkin untuk menghindari konflik yang lebih
lanjut.

 Mengajak berdamai
Mengajak berdamai. Tetap fleksibel jika rekan kerja Anda menginginkan beberapa
syarat tertentu untuk penyelesayan masalah.
 Meminta bantuan
Sampaikan permasalahan secara apa adanya dan jangan sampai merengek pada atasan.
Meskipun pada akhirnya Anda mampu mengatasi konflik di tempat kerja, namun ada
baiknya jika Anda bisa menghindari masalah dengan rekan kerja dan selalu menjaga
hubungan baik dengan mereka untuk menciptakan suasana bekerja yang menyenangkan.

Stereotif gender juga ikut memiliki andil dalam proses


Streotip popular yang dianut banyak orang mengatakan bahwa wanita lebih kooperatif dan
menyenangkan dalam negosiasi daripada laki-laki. Namun laki-laki ditemukan mampu
menegosiasikan hasil yang lebih baik ketimbang wanita, meskipun perbedaanya relative kecil.
Diasumsikan bahwa perbedaan ini kiranya dikarenakan laki-laki dan wanita menempatkan nilai
yang berbeda pada hasil negosiasi.
Penelitian menunjukan bahwa para manajer yang tidak memiliki kekuasaan tidak banyak, tanpa
memandang jenis kelamin, cenderung berusaha menyenangkan lawan mereka dan menggunakan
teknik persuasive yang lembut ketimbang konfrontasi langsung dan ancaman. Dalam situasi
dimana laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan yang sama, rasanya tidak signifikan
perbedaan gaya negosiasi. Namun jika stereotip popular (wanita = menyenangkan, laki-laki = a
lot), yang semakin memperkuat perbedaan gender yang bersifat stereotip.
Manajer perempuan memperlihatkan rasa kurang percaya diri dalam mengantisipasi negosiasi
dan lebih tidak puas dengan kinerja mereka setelah proses perundingan selesai, bahkan ketika
hasil yang dicapai hasil yang dicapai laki-laki.

3) Bagaimana peran pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi


1. Perencanaan : seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
2. Memandang ke depan : seorang pemimpin yang selalu memandang ke depan, mampu
meneropong apa yang akan terjadi dan selalu waspada terhadap segala kemungkinan
yang akan terjadi.
3. Pengembangan loyalitas : pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut,
tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisasi agar
organisai dapat berkembang luas.
4. pengawasan : pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemajuan pelaksanaan rencana, agar mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diingankan.
5. pengambilan keputusan : pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang
tidak mudah dilakukan. Karena jika saja seorang pemimpin salah dalam pengambilan
keputusan itu akan bisa merugikan semua pihak
6. pemeliharaan : pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungannya.
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak
buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi.
Pemimpin juga perlu memberikan penghargaan, pujian, hadiah dan semacamnya kepada
anak buah yang berprestasi, untuk menjalankan fungsi ini.
7. menjalankan tugas : pemimpin harus konsisten menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.

4). Proses komunikasi, dimulai dari pengirim pesan (sender), yang menyampaikan
pesan(message) , melalui media (medium), yang diterima oleh penerima pesan (receiver), yang
kemudian menciptakan umpan balik (feedback), yang diberikan penerima pesan kepada pengirim
pesan.
kommunikasi berasil
1. Penyampaian Tujuan
Salah satu ciri komunikasi yang berhasil adalah tujuan dari komunikasi yang tercapai. Ini
bisa terjadi jika pesan yang dikirimkan dari pengirim, diterima dengan baik oleh
penerima pesan.
contoh, ketika dalam komunikasi perusahaan seorang atasan memberikan instruksi
kepada bawahannya, kemudian oleh bawahannya instruksi tersebut bisa dijalankan
dengan baik maka komunikasi tersebut dianggap berhasil. Namun jika instruksi tidak
dilaksanakan, maka terjadi kegagalan dalam komunikasi.
2. Penggunaan Bahasa
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi adalah masalah bahasa. Ketika
pihak yang terlibat komunikasi mampu memahami bahasa dalam proses komunikasi satu
sama lain, maka komunikasi tersebut bisa berhasil. Namun apabila terjadi kendala bahasa
dari masing-masing pihak, maka bisa terjadi gangguan komunikasi.
3. Faktor Penerima Pesan
Penerima pesan berperan dalam keberhasilan suatu komunikasi. Ketika penerima pesan
tidak mampu menerima informasi atau pesan karena banyak faktor (misal seperti jarak,
gangguan bahasa dan lain sebagainya), maka komunikasi tersebut tidak berhasil.
Sebaliknya, jika penerima pesan mampu menerima informasi dengan baik, komunikasi
tersebut berhasil.
4. Faktor Pengirim Pesan
tergantung dari faktor pengirim pesan. Proses komunikasi yang hanya melibatkan dua
pihak secara langsung dianggap lebih efektif daripada harus dijembatani oleh pihak
ketiga.
5. Penggunaan Media dalam Komunikasi
Penggunaan media yang tepat akan mendukung terjadinya komunikasi yang efektif.
contoh, diperlukan media telepon untuk berkomunikasi dalam jarak jauh dan juga secara
cepat. Ini akan membuat komunikasi lebih berhasil dibandingkan menggunakan surat
lewat pos.
6. Penyampaian Pesan dalam Komunikasi
Meliputi semua aspek yang memengaruhi proses komunikasi.
contoh, jika sebuah pesan hanya disampaikan satu arah tanpa menerima umpan balik,
bisa saja komunikasi tersebut tidak diterima dengan baik.

5). Faktor – faktor stress kerja Dan dampak stress kerja terhadap pekerjaan
1. Konflik dengan Rekan Kerja
Ketidak cocokan dalam bekerja inilah yang rentan menimbulkan konflik antar pegawai.
konflik yang berkelanjutan akan meningkatkan stres dan membuat pekerjaan jadi tak
optimal. Solusinya, cobalah untuk tak membawa sentimen pribadi dalam menjalankan
aktivitas kerja di kantor.
2. Tak Bisa Menahan Emosi
tetap menjaga emosi diri. Sebab, faktor pemicu stres saat bekerja juga bisa dikarenakan
hal ini. Jangan sampai kemarahan ini menyebar di kantor dan diperlihatkan pada rekan
atau atasan. Bila tak bisa menstabilkan emosi dengan baik, tandanya bahwa dirimu
sedang mengalami stres. Cobalah untuk melakukan kegiatan yang bisa membuatmu lebih
tenang. Misalnya, mendengarkan musik atau menonton komedi membuatmu tertawa.
Cara ini cukup ampuh untuk mengurangi stres.
3. Tumpukan Pekerjaan
Datangnya tugas-tugas baru di saat tugas lainnya belum rampung, sering kali membuat
para karyawan kewalahan. Bila terjadi berkelanjutan, maka beban atau tumpukan
pekerjaan ini pasti dapat memicu stres. Solusinya, cobalah prioritaskan pekerjaan mana
yang sebaiknya di selesaikan terlebih dahulu.
4. Notifikasi di Luar Jam Kantor
Faktor pemicu stres saat bekerja juga bisa karena hal yang terbilang sepele . Sebab
notifikasi pekerjaan di luar jam kantor di malam hari, hari libur, atau bahkan saat sedang
berlibur. Namun, untuk seseorang yang posisinya sebagai staf atau karyawan, kadang
kala merasa tidak enak untuk mengabaikan pesan dari atasannya. Apalagi bila berisi
tentang hal yang penting. Jangan salah, hal kecil inilah yang bisa merusak mood, bahkan
memicu stres.
5. Masalah Personal
Masalah personal, seperti dengan keluarga, teman, ataupun pasangan, dapat memberikan
tekanan-tekanan pada pikiran, sehingga membuat produktivitas jadi terhambat,dan
tebawa pada pekerjaan senhingga menimbulkan stres dalam mengerjakan pekerjaan.
6. Lingkungan Pekerjaan
Kadang kala atasan atau rekan kerja yang tak mendukung atau kompetisi internal bisa
membuat lingkungan kerja jadi tak nyaman. Sebab, adanya tekanan yang tidak sesuai
dengan kapasitas dari karyawan, memang terbukti dapat menimbulkan stres di kantor.

Anda mungkin juga menyukai