Anda di halaman 1dari 14

Komunikasi Supervisor

Dosen :

Lieke Puspasari, S.Sos., M.S.M

Disusun oleh :

Achmad Romdhani L. 4517030053

Hikmah Murwida 4517030005

Rayhana Maria Sajidah 4517030012

Vier Saujana Meivisena 4517030021

ABT 4B

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Jalan Prof Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425


Telepon (021) 7270036, Hunting, Fax (021) 7270034
Laman :http://www.pnj.ac.id e-pos : humas@pnj.ac.id
1. Pengertian Komunikasi

Kebanyakan penyelia/Supervisor menghabiskan 80-90% waktunya untuk


berkomunikasi di dalam organisasi yang dipimpinnya. Komunikasi juga telah dicirikan
sebagai “darah kehidupan” suatu organisasi. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pengertian, gagasan, ide, perintah atau instruksi dari suatu pihak kepada pihak lain yang
dapat dilakukan melalui kata-kata atau gaya/mimic sehingga pihak lain dapat
menanggapinya. Sebagai sebuah tanggung jawab kesupervisoran, proses ini kerap kali
disebut dengan komunikasi karyawan, walaupun komunikasi sesungguhnya sama
pentingnya, baik antar supervisor maupun antara supervisor dengan manajer.

Istilah komunikasi digunakan secara lebih sempit untuk menjelaskan sarana mekanik
dan elektronik yang digunakan dalam pengiriman dan penerimaan informasi (koran,
pengumaman di madding, radio, telepon, dll). Komunikasi karyawan memiliki banyak
kelebihan dan keterbatasan dibandingkan dengan sarana-sarana itu, tetapi yang jelas jauh
lebih rumit dan sulit. Oleh karena itu, komunikasi karyawan perlu dikelola dengan cermat.

Supervisor yang baik selalu belajar tentang komunikasi karyawan. Mereka menyadari
bahwa persepsi karyawan tentang kepemimpinannya dipengaruhi oleh cara mereka
menyampaikan informasi kepada orang-orang lain melalui proses komunikasi. Bila para
karyawan sudah mengetahui bagaimana perasaan Anda dan apa saja yang Anda ingini,
gagasan manajemen yang terbaik pun akan sia-sia saja. Komunikasi yang baik sangat
penting artinya pada saat seorang supervisor sedang berupaya membangun semangat kerja
tim atau pada saat para karyawan merasa tidak aman oleh adanya perubahan-perubahan
organisasi yang sangat cepat atau ancaman PHK.

Komunikasi itu penting bagi seorang supervisor karena alasan-alasan berikut.

1. Komunikasi merupakan bagian proses seorang supervisor dalam melaksanakan


fungsinya.
2. Melalui komunikasi, supervisor dapat mencurahkan tenaganya dalam banyak
waktu untuk bertatap muka dengan bawahan.
Dalam berkomunikasi dengan bawahan, terdapat prinsip-prinsip yang perlu diketahui
seorang supervisor, yaitu sebagai berikut.

1. Berpikirlah sebelum berkomunikasi.


2. Berbicaralah sesuai kebutuhan individu atau karyawan.
3. Bersikaplah objektif dan jelas dalam komunikasi.
4. Lanjutkan komunikasi dengan tindakan.
5. Sesuaikan metode dengan situasinya.
6. Yakinlah dengan fakta dan wewenang Anda.
7. Berikanlah perhatian terhadap perkembangan bawahan.
8. Janganlah mengabaikan tindak lanjut.
9. Kembangkan keterampilan Anda untuk mendengar.
10. Beritahulah kepada karyawan akan rencana masa depan perusahaan.

2. Saluran Komunikasi
Rantai komunikasi formal menentukan arah dan aliran pijat resmi di antara anggota suatu
organisasi dan merupakan bagian integral dari struktur perusahaan. Rantai ini berasal dari
aturan dan kebiasaan yang mengatur penyaluran wewenang, pangkat, dan jenis pekerjaan
dalam organisasi.
1. Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah penyampaian informasi
dari atasan ke bawahan sesuai dengan struktural di organisasi. Penggunaan komunikasi
ini sangat efektif untuk penyampaian instruksi, pengarahan, pengontrolan kepada anak
buah.

Pentingnya komunikasi ke bawah dapat dihargai ketika kita melihat jenis dan
tujuannya. Dalam buku mereka, The Social Psychology of Organisation., Ahli teori
terkenal Daniel Katz dan Robert L. Kahn menunjukkan lima jenis komunikasi dari
supervisior ke karyawan:
1. Komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan tugas pekerjaan
2. Komunikasi tentang alasan dan tujuan pekerjaan
3. Komunikasi mengacu pada procer dan perusahaan partikel
4. Komunikasi yang berhubungan dengan kinerja pekerja
5. Komunikasi tentang tujuan sasaran perusahaan

Salah satu masalah di komunike bawah adalah bahwa pemahaman manajer tentang
masalah bawahan mereka mungkin tidak akurat. Perbedaan mendasar dalam persepsi
cenderung ada pada setiap level dalam suatu organisasi, sehingga membuat komunikasi
menjadi lebih sulit.

2. Komunikasi ke atas
Komunikasi Ke atas terjadi ketika seseorang dalam posisi yang lebih rendah dalam
hierarki organisasi menyampaikan informasi, saran, atau keluhan kepada seseorang yang
lebih tinggi. Seorang juru ketik menjatuhkan saran di kotak saran perusahaan, pengawas
yang melaporkan kerusakan mesin kepada manajer pabrik, atau seorang copyrighter yang
menyarankan kampanye penjualan kepada manajer periklanan, semuanya menaikkan
komunikasi ke atas.

3. Komunikasi Horisontal
Saluran horisontal digunakan ketika anggota pada tingkat otoritas yang sama
berkomunikasi satu sama lain. Saluran horisontal beroperasi baik secara formal maupun
informal, baik secara resmi maupun tidak resmi.

3. Metode komunikasi
Agar komunikasi antarpribadi bisa efektif, penyesuaian yang maksimum kepada
individu karyawan bukan hanya perlu, tetapi harus. Hal ini menjadi semakin penting saat
Anda mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan setiap orang. Penyebabnya adalah
karena individu yang diajak berkomunikai adalah pribadi tunggal tetapi juha seperti orang
lain pada umumnya yang biasanya membenci perlakuan yang dianggap tidak sesuai dengan
tingkat keakrabannya. Manusia memang unik, dan setiap orang selalu ingin diakui
perbedaannya dari orang-orang lain. Untuk memberikan perbedaan itu, maka supervisor
dapat memilih di antara berbagai metode komunikasi tertulis maupun lisan.
Komunikasi Lisan. Dalam komunikasi lisan orang yang diajak berkomunikasi segera
menyadari kondisi ketika disampaikannya pesan. Oleh karena itu, kecepatan, nada,
suasana hati, tatapan mata, dan ekspresi-ekspresi wajah dapat sangat memengaruhi cara
seseorang bereaksi.

1. Perbincangan tak resmi. Ini merupakan bentuk komunikasi yang paling dasar. Cocok
untuk hubungan sehari-hari, pengarahan, tukar-menukar informasi, meninjau
kemajuan, acara pendisiplinan, maupun untuk memelihara efektivitas hubungan
pribadi. Walaupun pembicaraan berlangsung singkat, upayakan tersedianya peluang
agar komunikasi berjalan dua arah. Agar kedua belah pihak terlibat secara emosional,
lebih baik gunakan komunikasi tatap-muka.
2. Janji terencana. Cara ini cocok untuk diskusi dalam rangka penilaian secara berkala,
meninjau kegiatan bersama, dan lain-lain. Kedua belah pihak harus cukup siap untuk
mengupayakan agar pertemuan selesai dan efektif dengan cara memberikan data dan
informasi yang cukup serta membatasi interupsi semaksimal mungkin. Untuk proyek-
proyek besar atau karyawan-karyawan tertentu (terutama karyawan baru, karyawan
bermasalah, atau karyawan yang sering berpergian), banyak supervisor yang
membuat janjian secara harian (pendek), mingguan (agak panjang), atau bulanan
(ekstensif).
3. Pembicaraan telepon. Panggilan telepon bermanfaat untuk pengecekan cepat atau
pengiriman dan penerimaan informasi, instruksi atau data; meskipun demikian
kepribadian Anda dalam bertelepon kadangkala berlawanan dengan kepribadian Anda
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, Anda harus memeriksa bagaimana suara Anda
saat berbicara dalam telepon. Juga, karena pembicaraan rutin kadangkala tak disukai,
maka Anda harus sekali-sekali menindaklanjuti pembicaraan telepon dengan nota
pribadi untuk memastikan pesan yang Anda sampaikan.

Komunikasi Tertulis. Semua pesan yang bersifat resmi, atau berjangka panjang atau
berdampak terhadap beberapa orang, harus dinyatakan secara tertulis. Ingat bahwa Anda
hanya boleh menggunakan komunikasi tertulis untuk menanggapi komunikasi tertulis di
lain waktu lampau. Pesan-pesan lisan mudah dilupakan, sukar diingat secara tepat, atau
sering tak diteruskan kepada anak buah atau pihak lain.

1. Memo. Memo digunakan untuk merekam pertanyaan atau jawaban yang bersifat
tidak resmi. Juga bermanfaat pada saat beberapa orang harus menerima pesan yang
panjang atau berisi banyak data atau bersifat rumit. Memo juga merupakan cara
sederhana untuk membuat bos Anda selalu mendapat informasi, karena memo dapat
dibaca kapan saja dia mau. Namun demikian, memo jangan digunakan secara
berlebihan karena dapat kehilangan dampaknya atau bahkan diabaikan.
2. Surat. Surat ditunjukan kepada individu, dan sifatnya lebih resmi disbanding memo.
Surat bermanfaat untuk pemberitahuan resmi, penyataan resmi yang perlu diarsip,
komunikasi yang panjang, dan lain-lain. Surat dapat dibuat walaupun ditujukan
kepada seseorang yang secara fisik terjangkau. Kerapkali, surat juga bermanfaat
sebagai sarana mengkomunikasikan pemikiran atau gagasan untuk dibahas atau
dikembangkan di waktu yang akan datang atau sebagai bagian dari pertimbangan
berlanjut terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
3. Laporan. Laporan lebih bersifat tidak pribadi disbanding surat, bahkan lebih resmi.
Laporan digunakan untuk menyampaikan informasi, analisis, dan rekomendasi
kepada atasan atau sejawat. Paling efektif digunakan bila didasarkan pada hasil-hasil
konferensi, inspeksi, penelitian, dan pemikiran cermat. Laporan harus berisi fakta
yang ditetapkan secara objektif dan cermat. Bukan digaan, pendapat, kesan,
generalisasi subjektif.

setiap situasi membutuhkan metode atau kombinasi metode tersendiri.


Beberapa masalah bersifat mendesak dan memerlukan respon yang segera sehingga
harus digunakan metode yang tepat seperti pembicaraan tak resmi, pembicaraan
telepon, atau memo yang ditulis tangan. Beberapa karyawan hanya mempercayai apa
yang Anda umumkan secara tertulis sehingga waktu yang digunakan untuk berbicara
tatap-muka akan sia-sia. Sementara itu, jika pesan tersebut harus disampaikan kepada
sekelompok orang, maka metode yang paling tepat adalah memo atau pertemuan
besar. Jadi tampaknya komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang dilakukan
oleh supervisor yang (1) dengan sigap menganalisis situasi yang dihadapi dan (2)
mengetahui serta menggunakan banyak cara untuk menyampaikan gagasan, instruksi,
dan perasaannya kepada orang lain

4. Keterampilan Komunikasi
Pada dasarnya sasaran komunikasi adalah mendorong kerja sama. Oleh karena itu, perlu
diketahui seperangkat petunjuk yang menjamin Anda memperoleh dukungan dan kerja sama
dari bawahan Anda, yaitu sebagai berikut.

1. Jadilah Atasan yang Benar.


Para bawahan mengharapkan agar atasan menghayati tanggung jawab kepemimpinannya.
Pada umumnya karyawan mengharapkan tiga hal dari atasannya, yaitu sebagai berikut.
a. Atasan telah dilengkapi keterampilan teknis untuk melakukan pekerjaan.
b. Atasan hendaknya adil dalam memperlakukan bawahannya.
c. Atasan hendaknya mengakui dan menghargai prestasi yang luar biasa.
2. Bersikaplah Tegar dan Ulet, Namun Bukan Kasar.
Kekerasan mungkin mendapatkan ketaatan, tetapi ini akan mematikan inisiatif bawahan
dan kerja sama. Keuletan menghadapi hal yang sulit akan mendapat kerja sama dengan
bawahan.
3. Banggalah dengan Kelompok Anda.
Kebanggan atas kelompok dapat mendorong kerja sama.
4. Doronglah Partisipasi.
Untuk mendorong partisipasi, supervisor dapat mempergunakan metode:
a. Menyuruh bawahan untuk ikut serta dalam memecahkan masalah
b. Memberikan rasa kepercayaan kepada bawahan
5. Jangan Menghindari Pengambilan Keputusan yang Sulit.
Supervisor harus mempunyai keberanian mengambil keputusan pada waktu yang sulit.
Hal itu akan menimbulkan kepercayaan bawahan terhadap Anda dan mempertinggi
wewenang Anda.
6. Berikan Kepercayaan Kepada Bawahan.
Pemberikan kepercayaan biasanya akan dibalas dengan kerja keras.
7. Kenali Sasaran.
Anda harus tahu pasti sasaran Anda. Lalu, beri tahu sasaran ini kepada bawahan agar
mereka dengan senang hati melaksanakannya.
8. Tanggaplah akan Tanda-tanda Bahaya.
a. Tanggaplah terhadap perusahaan. bila ada bawahan yang terlihat kesal dan
menunjukkan sikap bermusuhan, bicaralah kepadanya.
b. Pemeliharaan preventif dalam hubungan menusiawi diperoleh berkat komunikasi
yang jernih.
9. Singkirkan Hal-hal yang Mengganggu.
a. Jika bawahan mengeluh mengenai syarat-syarat penyelesaian pekerjaan dan mereka
memberi saran (yang mereka anggap benar), supervior harus mendengarkan keluhan
dan saran tersebut dengan penuh perhatian.
b. Katakana pada bawahan mengenai tindakan yang dapat Anda perbuat tentang
kesulitan itu atau berikan penjelasan kepada mereka mengenai letak kesulitan
tindakan itu.
c. Hal ini dapat membuat bawahan menjadi mau membantu.
10. Tunjukkan Sikap Jujur dan Berterus Terang.
Kejujuran dan keterusterangan akan membawa Anda pada situasi yang menguntungkan.
Sikap keras pada situasi tertentu dapat dimaklumi oleh bawahan Anda.

5. Menyimak Aktif
Menyimak adalah perpaduan antara mendengar dan memahami dengan tepat mengenai
hal yang dikatakan seseorang pada kita. Menyimak merupakan sarana komunikasi yang
memastikan bahwa kita telah memahami tidak hanya kata-kata mereka, tetapi juga
maksudnya.
Maksud menyimak aktif adalah, Anda tidak hanya mendengar dan memahami lawan
bicara, tetapi juga memberitahu mereka bahwa Anda benar-benar berusaha mendengarkan
dan memahaminya. Menyimak aktif meliputi penggunaan enam keterampilan dengan
berbagai kombinasi. Keterampilan ini sering dipakai dengan urutan sebagai berikut.

1. Jangan Bersuara.
Hal ini dilakukan agar Anda bisa berkonsentrasi pada hal yang tengah dikatakan
lawan bicara.
2. Gunakan Kontak Mata.
Dengan melakukan hal ini Anda menunjukkan kepada lawan bicara Anda bahwa
Anda memperhatikan mereka dan tidak memperhatikan hal lain.
3. Berikan Penegasan Nonverbal.
Penegasan nonverbal yang dimaksud adalah seperti tersenyum, mengangguk dan lain
sebagainya.
4. Utarakan Kembali.
Lakukan hal ini dengan mengulang dalam kata-kata sendiri hal yang Anda pahami
dari perkataan lawan bicara. Mengulang hal yang dikatakan lawan bicara
memungkinkan kedua pihak mengecek pemahaman Anda.
5. Buatlah Kesimpulan.
Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali butir-butir pokok yang dikatakan lawan
bicara pada Anda untuk memperkuat pemahaman Anda dan menunjukkan kepadanya
bahwa Anda telah memberi perhatian.
6. Renungkan.
Bila orang itu berhenti berbicara dan jeda percakapan menjadi tambah panjang
sehingga Anda mulai merasa rishi, ulangi kata atau kalimat terakhir yang
dikatakannya, kemudian tunggu kembali. Jangan mengatakan hal lain, selain
merefleksikan kata atau kalimat terakhir yang diucapkannya tadi, kemudian
tunggulah dengan penuh harap (kalau orang tersebut menyadari bahwa awal
kebijaksanaan adalah keheningan, langkah berikutnya adalah menyimak).

6. Hal yang Harus Dibicarakan Kepada Atasan


Keberhasilan Supervisor sebagai seorang pemimpin bergantung pada seberapa bebas
para karyawan berbicara kepada Supervisor dan menceritakan kepada Supervisor hal-hal
yang merisaukannya. Upayakan untuk secara sukarela menjadikan bos Anda selalu
mendapatkan informasi tentang hal-hal berikut.

1. Kemajuan ke arah tujuan dan standar kinerja. Hal ini meliputi misalnya pengantaran
barang, keluaran, dan mutu produk. Jika mungkin, beri peringatan bos Anda jauh-
jauh hari begitu Anda mengantisipasi akan adanya masalah sehingga masih cukup
waktu untuk mengatasinya.
2. Hal-hal yang mungkin menimbulkan kontrovensi. Perselisihan dengan supervisor
lain, penafsiran yang keliru terhadap kebijakan perusahaan, masalah disiplin di
bagian Anda-adalah hal-hal yang harus menjadi perhatian atasan Anda. Lebih baik
utarakan dulu pendapat Anda dan dukungkalh dengan fakta serta data.
3. Sikap dan moral. Para manajer menengah dan puncak relative terisolasi dari kontak
langsung dengan karyawan. Hal ini tidak saja akan membuat mereka frustasi, tetapi
juga buta terhadap apa yang dirasakan karyawan. Oleh karena itu, upayakan untuk
secara berkala memberi tahu bos Anda tentang keadaan umum moral karyawan
maupun reaksi-reaksi karyawan terhadap isu-isu tertentu.

7. Memberikan Instruksi
Perintah dan instruksi adalah jenis komunikasi yang paling langsung berlandaskan
wewenang. Walaupun para karyawan diharapkan menyetujui alasana perintah Anda, tetapi
harus diupayakan agar mereka memahami apa yang harus mereka lakukan. Maka sebagai
supervisor, anda memiliki dua tanggung jawab, yaitu (1) memastikan bahwa karyawan
mengetahui apa yang harus dilakukan, dan (2) memastikan bahwa mereka melakukannya
secara benar. Pemahaman dan penerapan proses komunikasi yang baik akan membantu Anda
dalam memenuhi dua tanggung jawaba tersebut.

Situasi umum lain yang dihadapi semua Supervisor dan yang membutuhkan
keterampilan komunikasi yang efektif adalah ketika memberikan instruksi atau arahan.
Supervisor memberikan sebagian waktunya untuk memberikan instruksi. Tata cara
berkomunikasi dalam memberikan instruksi adalah bagian yang wajib dipahami. Untuk
melakukannya secara efektif, Supervisor harus mengetahui bagaimana memberikan instruksi
kepada bawahannya. Berikut merupakan cara memberikan instruksi dengan efektif dan
benar.

1. Supervisor harus memberikan sikap yang menyenangkan saat memberikan instruksi.


2. Instruksi tidak boleh terlalu panjang dan rumit. Untuk memberikan instruksi yang
jelas dan ringkas, supervisor harus merencanakan dan mengatur penyampaian
instruksinya.
3. Menjelaskan tidak hanya apa yang dilakukan tetapi juga menjelaskan mengapa
instruksi tersebut diberikan.
4. Supervisor harus melihat apakah bawahannya mengerjakan sesuai instruksi atau
tidak. Harus seimbang dalam mengawasinya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
kurang. Jika terlalu ketat atau banyak dalam pengecekan, dikhawatirkan bawahannya
tidak terlalu nyaman dalam mengerjakan tugasnya.

8. Hambatan Sosiologis terhadap Komunikasi yang Efektif


1. Masalah Celah Generasi
Banyak penyelia yang lebih tua tidak bisa berkomunikasi ketika mencoba berurusan
dengan karyawan yang lebih muda. Perbedaan cltur dan perbedaan nilai adalah akar
masalah. Tidak ada orang yang benar-benar berusaha memahami orang lain karena
masing-masing merasa terasing dari yang lain.
2. Masalah Peran
Banyak Supervisor berharap bawahan mereka berperilaku dengan cara tertentu. Pekerja
pada gilirannya mengharapkan penyelia mereka berperilaku dengan cara tertentu. Ketika
menurut dugaan pihak lain, itu dapat menciptakan ketidakpercayaan, kecurigaan, dan
akhirnya gangguan dalam proses komunikasi.
3. Masalah Status
Beberapa pengawas menempatkan diri mereka di atas alas imajiner di atas bawahan
mereka dan menghambat aliran komunikasi alami dengan sedikit atau dengan
menciptakan sikap defensif pada bagian-bagian pekerjaan.

9. Meminimalkan Masalah
Memang tidak ada jaminan bahwa karyawan tidak akan menolak pada saat mendapat
tugas tertentu. Namun demikian, berikut ini disajikan sebelas petunjuk yang kiranya
meminimalkan masalah.
1. Jangan jadikan perintah sebagai alat menunjukkan kekuasaan. Jika Anda secara khas
menjadikan setiap perintah sebagai sarana untuk menujukkan bahwa Anda adalah bos,
maka Anda akan dimusushi oleh seluruh karyawan. Cobalah pusatkanlah perhatian Anda
dan perhatian karyawan pada tujuan yang harus dicapai. Kesankan bahwa situasi yang
dihadapi memang memerlukan tindakan atau tanggung jawab Anda sebagai supervisor.
Jadi, perintah yang Anda keluarkan bukanlah datang dari diri Anda sebagai pribadi,
melainkan karena Anda harus melaksanakan tanggung jawab.
2. Hindari hal-hal yang dapat mengacaukan. Jika menginginkan karyawan melakukan
instruksi Anda secara serius, maka sampaikanlah instruksi itu secara serius. Sesekali
memang Anda boleh bercanda, tetapi pada saat menyampaikan atau berkaitan dengan hal-
hal yang penting bersikaplah tegas dan jelas.
3. Hati-hati dengan kata-kata Anda. Sebagian besat karyawan menerima kenyataan bahwa
tugas supervisor adalah mengeluarkan perintah dan instruksi. Kalaupun mereka
menentang yang ditentang adalah cara penyampaian perintah atau instruksi itu. Karena
itu, pilihlah kata-kata yang jelas mengungkapkan pikiran Anda dan perhatikan nada suara
Anda.
4. Jangan beranggapan karyawan langsung paham. Upayakan agar karyawan mengajukan
pertanyaan dan mengidentifikasi masalah. Berilah kesempatan karyawan
mengkonfirmasikan pemahaman mereka dengan cara mengulang atau
mendemonstrasikan apa yang telah Anda katakan.
5. Masalah umpan-balik segera. Kepada karyawan yang akan memprotes penugasan, berilah
kesempatan untuk melakukannya saat itu juga. Lebih baik sejak awal mengetahui adanya
penolakan dan kesalahpahaman sehingga masih cukup tersedia waktu untuk
menanggulanginya.
6. Jangan berikan terlalu banyak perintah. Komunikasi yang berlebihan beban akan merusak
diri sendiri. Oleh karena itu, selektiflah dalam mengeluarkan instruksi. Upayakan
sesingkat mungkin, tunggulah sampai karyawan selesai melakukan tugasnya sebelum
Anda keluarkan perintah berikutnya.
7. Berikan rincian yang cukup. Tugas memiliki perbedaan dalam hal kerumitan
informasinya dan karyawan memiliki perbedaan dalam kerincian informasi yang
dibutuhkannya tentang suatu tugas. Para karyawan senior mungkin bosan mendengar
informasi yang sudah tak dibutuhkannya. Sedangkan para karyawan baru justru sangat
memerlukan informasi terinci berkaitan dengan tugasnya. Oleh karena itu, pertimbangkan
dan sesuaikanlah perintah atau instruksi Anda dengan kebutuhan informasi karyawan
yang bersangkutan.
8. Hati-hati terhadap instruksi yang bertentangan. Periksalah untuk memastikan bahwa
Anda tidak memberi tahu karyawan Anda sesuatu yang ternyata bertentangan dengan apa
yang disampaikan supervisor bagian lain kepada karyawannya. Selain itu, Anda juga
harus konsisten dari hari ke hari dan dari karyawan ke karyawan lain dalam memberikan
pengarahan.
9. Jangan memilih hanya karyawan yang rajin. Beberapa orang karyawan secara alamiah
koorperatif, sedangkan beberapa yang lain sulit sekali diperintah. Namun, hati-hatilah
untuk tidak membebani secara berlebihan orang-orang yang koorperatif dan mengabaikan
orang-orang yang sulit hanya karena Anda ingin menghindari konfrontasi.
10. Jangan mencoba menghukum dengan penugasan. Tidak baik menghukum karyawan yang
sulit dengan memberikan tugas yang tak menyenangkan. Hindarilah sedapat mungkin hal
ini. Karyawan memiliki hak untuk mengharapkan pembagian tugas yang adil, walaupun
Anda memiliki masalah dengan salah seorang dari mereka.
11. Di atas segalanya, jangan besar kepala. Para supervisor baru kadang kala membuat
kekeliruan dengan memamerkan wewenang yang baru didapatnya. Sedangkan para
supervisor yang lebih senior biasanya lebih percaya diri. Mereka mengetahui bahwa
menonjolkan kekuasaan untuk memperoleh kerja sama dan penghormatan dari karyawan
justru akan menjadi bumerang.
Daftar Pustaka

Bittel, Lester R dan John W Newstom. 2011. Pedoman Menjadi Supervisor Efektif. Jakarta:
Penerbit PPM

Halloran, Jack dan George L Frunzi. 2014. Supervision The Art of Management. New Jersey:
Prentice Hall

Plhillips, Estelle M dan Derek S Pugh. How to Get a PhD A Handbook for Students and Their
Supervisors. Berkshire: McGraw-Hill

Terry dan Rue. 1982. Supervision. United States of Amerika: Learning System Company

Tobing, Josephine dan Amrin Harianto Napitupulu. 2011. Kiat Menjadi Supervisi Andal. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai