Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dosen Pengampu:
Arlina Dhian S,S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Lintang Faturohmah (202102063)
2. Mulia Abdillah Sunarya (202102066)
3. Triyan istiqomah (202102079)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN


Jln. Ir. Soekarno Km. 1 Buntalan, Klaten
Telp./Fax (0272) 323120,327527
www.umkla.ac.id /email: umkla@yahoo.com

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah tentang ini kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bantuan dari
pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan kepada kami
setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kurangnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.

Klaten, 23 September 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

I. Latar Belakang
II. Tujuan Umum
III.Tujuan Khusus
IV. Manfaat Penulisan

BAB II

I. Proses komunikasi
II. Prinsip komunikasi manajer keperawatan
III.Model komunikasi
IV. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan

BAB III

I. Kesimpulan
II. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

I. Latar Belakang

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting
adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Selain itu yang perlu diperhatikan bahwa perubahan bisa terjadi setiap saat, dan
merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak
dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan.
Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan.
Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa
bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting
khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba
menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka
secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan
memecahkan masalah. Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi
terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan
telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk
beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan,
perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship. Perawat
pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari.
Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang
menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Perawat tentu saja berharap
perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya
perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk
“therapeutic use of self” dan “helping relationship” untuk praktek keperawatan, serta teori
teori tentang perubahan.

II. Tujuan Umum

III.Tujuan Khusus

IV. Manfaat Penulisan


BAB II

I. Proses Komunikasi
Proses Komunikasi Manajemen Keperawatan

Tappen (2017) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,


perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih
yang bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.

Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang digunakan
dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar model
umum proses komunikasi menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada
pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis,
maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan
eksternal, di mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan,
sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan
waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor
internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh
lingkungan eksternal yang ada.

II. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks, manajer harus dapat
melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap berikut.

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa


yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan
komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada pihak lain yang akan
terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi
komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum
melakukan suatu perubahan atau tindakan.

3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008) menekankan bahwa
prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurate,
Rapid, dan English.

4. Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan


keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat.
Artinya, setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat
dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan
didukung suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang lain adalah
mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas pada abad
ini.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara
akurat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima pesan untuk
mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.

6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal
yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang
lain, dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang
disampaikan.

III. Model Komunikasi


A. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Dalam mencapai
setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkan metode
penulisan dalam mengomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat
dalam komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan
memo dalam suatu organisasi meliputi:
1. mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis;
2. menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu dipertimbangkan dampaknya;
3. gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang baik;
4. tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena akan lebih mudah
dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain;
5. gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan temukan cara
yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah
mengerti;
6. tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap kalimat, tuliskan
kalimat yang penting dan menjadi topik utama;
7. berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan;
8. atur isi tulisan secara sistematis;
9. gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara 8–10
baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris setiap paragraf;
10. komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus.

B. Komunikasi Secara Langsung


Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan
baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi
secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok
dan presentasi secara formal. Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness.
Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan
individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur, dan
dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan
agresif, khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika
individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi,
sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap
topik yang dibicarakan.

C. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body language). Menurut Arnold dan
Boggs (2017) komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan
dibandingkan komunikasi verbal karena mengandung komponen emosi
terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi sesuatu
yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya
penjelasan secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi
verbal dan nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima
pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
1. lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan
bagian penting pada proses komunikasi;
2. penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik,
merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi;
3. kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi;
4. postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang
yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
5. ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang
setuju terhadap pesan yang disampaikan;
6. suara: intonasi, volume, dan refleksi—cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.

D. Komunikasi Via Telepon


Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon. Dengan
kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk
merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena
itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan
sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus
menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus singkat untuk
menghindari kesan yang negatif.

Strategi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit

Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara spesifik melalui strategi
perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu struktur, budaya, dan teknologi harus
mendapat perhatian yang sama.

Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi
efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap struktur
yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-
prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat
membantu penyelesaian masalah organisasi

Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu
sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang
mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan mengingat
perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses
perubahan yang efektif.

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang efektif.


Komunikasi interpersonal dan organisasi sering memerlukan perantara yang akan sangat
bermanfaat di masa akan datang, yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media.
Setiap suatu perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh perencanaan Health
Information System (HIS) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau
dan dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.

IV. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan


Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah sebagai
berikut.

A. Komunikasi Saat Serah Terima Tugas (Overan)

Pada saat overan antarperawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta
respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan overan bersama dengan
perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan
kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif
daripada harus menghabiskan waktu orang lain sekadar untuk membaca
dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan membantu perawat
dalam menerima overan secara nyata.

B. Wawancara/Anamnesis

Anamnesis pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat


kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan (proses
keperawatan). Perawat melakukan anamnesis kepada pasien, keluarga, dokter
dan tim kerja lainnya. Wawancara adalah metode komunikasi dengan
digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan pasien. Data tersebut akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien dengan
melaksanakan tindakan secara tepat. Data yang didapatkan harus akurat tanpa
bias, sehingga wawancara sebaiknya dilaksanakan secara terencana.

Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:

1. hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, ciptakan suasana
yang hangat, dan kekeluargaan;

2. hindari interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh—wawancara merupakan proses komunikasi aktif yang
membutuhkan fokus dan perhatian terhadap pertanyaan;
3. hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak” karena akan mengakibatkan
tidak berjalannya komunikasi dengan baik, perawat kelihatan kurang
tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi;

4. tidak memonopoli pembicaraan dengan cara menyampaikan kata-kata “ya”


dan “tidak”—meskipun kata-kata tersebut meninggalkan kesan negatif—
ditambah kata-kata sesuai dengan topik yang dibicarakan;

5. hindari hambatan personal—keberhasilan suatu komunikasi sangat


ditentukan oleh subjektivitas seseorang—jika perawat menunjukkan rasa
tidak senang Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 4 150

kepada pasien sebelum komunikasi, maka akan berdampak terhadap hasil


yang didapat selama proses komunikasi.

C. Komunikasi melalui Komputer

Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada sistem
manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data pasien melalui komputer
akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan
memberikan intervensi yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi
terbaru dapat cepat diperoleh dengan menggunakan Internet, yang akan
memudahkan perawat saat mengalami kesulitan dalam menangani masalah
pasien.

D. Komunikasi tentang Kerahasiaan

Pasien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan mempercayakan


datanya yang bersifat rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada
suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan
kebenaran informasi yang diberikan pasien dengan cara mengonfirmasi ke
orang lain. Di lain sisi, dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapapun.

E. Komunikasi melalui Sentuhan


Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam
mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan
oleh perawat juga dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien
dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil suatu
keputusan. Tetapi yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik
sentuhan tersebut adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien.
Dalam situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.

F. Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi
antartim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian
asuhan keperawatan.

Menurut Nursalam (2011) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan,


maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat serta pemikiran. Dalam
kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan keperawatan dan
peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk
meningkatkan mutu pelayanan tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan
secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengomunikasikan kepada Bab 7 Komunikasi dalam Manajemen
Keperawatan 151

tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat.

Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah:

1. dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat;

2. mengomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan,


apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien;

3. manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat;

4. komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya.


Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional
antarperawat dan tim kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, fisioterapis,
dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatan profesional
merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim
kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah adanya suatu
kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai
dengan kedudukannya.

BAB III

I. Kesimpulan

Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan


kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan
tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

II. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Arnold, E., dan K. Boggs. 1989. Interpersonal Relationship: Professional Communication


Skills for Nurses. Philadelphia: W.B. Saunders.
Marquis, B.L., dan C.J. Huston.1998. Management Decision Making for Nurses: 124 Case
Studies. Edisi 3. Philadelphia: JB. Lippincott.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and Management. Edisi 3. Philadelphia: FA Davis.

Walker, G., S. Evans, dan J. Robbson. 1996. Best Practice Communication Strategy. Sydney:
Princess Alexandra Hospital.

Anda mungkin juga menyukai