Dosen Pengampu:
Arlina Dhian S,S.Kep,Ns.,M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Lintang Faturohmah (202102063)
2. Mulia Abdillah Sunarya (202102066)
3. Triyan istiqomah (202102079)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah tentang ini kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bantuan dari
pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan kepada kami
setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kurangnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
I. Latar Belakang
II. Tujuan Umum
III.Tujuan Khusus
IV. Manfaat Penulisan
BAB II
I. Proses komunikasi
II. Prinsip komunikasi manajer keperawatan
III.Model komunikasi
IV. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan
BAB III
I. Kesimpulan
II. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
I. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting
adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Selain itu yang perlu diperhatikan bahwa perubahan bisa terjadi setiap saat, dan
merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak
dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan.
Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan.
Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa
bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting
khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba
menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka
secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan
memecahkan masalah. Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi
terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan
telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk
beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan,
perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship. Perawat
pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari.
Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang
menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Perawat tentu saja berharap
perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya
perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk
“therapeutic use of self” dan “helping relationship” untuk praktek keperawatan, serta teori
teori tentang perubahan.
III.Tujuan Khusus
I. Proses Komunikasi
Proses Komunikasi Manajemen Keperawatan
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang digunakan
dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar model
umum proses komunikasi menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada
pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis,
maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan
eksternal, di mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan,
sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan
waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor
internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh
lingkungan eksternal yang ada.
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks, manajer harus dapat
melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap berikut.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada pihak lain yang akan
terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi
komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum
melakukan suatu perubahan atau tindakan.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008) menekankan bahwa
prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurate,
Rapid, dan English.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal
yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang
lain, dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang
disampaikan.
C. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body language). Menurut Arnold dan
Boggs (2017) komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan
dibandingkan komunikasi verbal karena mengandung komponen emosi
terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi sesuatu
yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya
penjelasan secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi
verbal dan nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima
pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
1. lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan
bagian penting pada proses komunikasi;
2. penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik,
merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi;
3. kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi;
4. postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang
yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
5. ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang
setuju terhadap pesan yang disampaikan;
6. suara: intonasi, volume, dan refleksi—cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.
Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara spesifik melalui strategi
perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu struktur, budaya, dan teknologi harus
mendapat perhatian yang sama.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi
efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap struktur
yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-
prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat
membantu penyelesaian masalah organisasi
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu
sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang
mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan mengingat
perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses
perubahan yang efektif.
Pada saat overan antarperawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta
respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan overan bersama dengan
perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan
kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif
daripada harus menghabiskan waktu orang lain sekadar untuk membaca
dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan membantu perawat
dalam menerima overan secara nyata.
B. Wawancara/Anamnesis
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:
1. hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, ciptakan suasana
yang hangat, dan kekeluargaan;
2. hindari interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh—wawancara merupakan proses komunikasi aktif yang
membutuhkan fokus dan perhatian terhadap pertanyaan;
3. hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak” karena akan mengakibatkan
tidak berjalannya komunikasi dengan baik, perawat kelihatan kurang
tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi;
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada sistem
manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data pasien melalui komputer
akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan
memberikan intervensi yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi
terbaru dapat cepat diperoleh dengan menggunakan Internet, yang akan
memudahkan perawat saat mengalami kesulitan dalam menangani masalah
pasien.
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi
antartim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian
asuhan keperawatan.
tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat.
BAB III
I. Kesimpulan
II. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and Management. Edisi 3. Philadelphia: FA Davis.
Walker, G., S. Evans, dan J. Robbson. 1996. Best Practice Communication Strategy. Sydney:
Princess Alexandra Hospital.