Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena dengan berkat
rakhmat-Nya tersusunlah Pedoman Komunikasi Efektif dan Edukasi Rumah Sakit
Umum Daerah Tanah Abang Tahun 2018. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada para pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini.
Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan. Komunikasi Efektif merupakan salah satu
unsur penting dalam Program Keselamatan Pasien. Komunikasi ini merupakan
penyampaian informasi antar para petugas rumah sakit baik perawat, dokter, bidan
dan petugas kesehatan yang lain. Proses Komunikasi ternyata tidak mudah, dan bila
dalam proses penyampaian tidak benar dapat menimbulkan salah persepsi, yang dapat
berakibat tidak baik. Berbagai variasi dapat terjadi dalam proses komunikasi dapat
berupa variasi dalam kata, intonasi, dialek, dan berbagai faktor lain termasuk faktor
lingkungan. Sehingga perlu disusun suatu pedoman dalam Komunikasi agar tercipta
suatu komuikasi yang efektif. Semoga Buku Pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI...........................................................................................................................1
BAB V DOKUMENTASI...........................................................................................................21
i
BAB I
DEFINIS
I
1
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi juga tergantung
pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam
memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi sangat
tergantung pada persepsi masing-masing staf yang terlibat didalamnya. Ketidaksamaan
pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan dalam
berkomunikasi.
1. Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
akan kita sampaikan.
2. Empathy
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator memiliki
sikapempathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator dalam memahami
dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.
3. Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui
media atau delivery channel.
4. Care
Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan komunikasinya.
Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikasi personal
merasa diperhatikan.
5. Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.
2
Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternative untuk
mengatasi permasalahnnya (KKI, 2006).
Tenaga kesehatan harus memperhatikan hak pasien termasuk hak menerima informasi
secara jelas sehingga pasien dan keluarganya akan merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien
puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien
merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain
tentang pengalaman buruknya.
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan jasa pelayanan dengan sebaik- baiknya, termasuk melakukan komunikasi
terhadap pelanggan dalam hal ini adalah pasien dengan mempertimbangkan latar
belakang budaya sehingga keluhan negative terhadap pelayanan kesehatan dapat
diminimalkan.
Bentuk-bentuk komunikasi adalah :
1. Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan)
Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan) di dalam rumah sakit adalah :
a. Jam pelayanan, berupa informasi tertulis di tempat-tempat tertentu, public area,
leaflet, lisan oleh frontliner.
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan, berupa komunikasi lisan oleh petugas front office,
IGD, semua titik-titik unit frontliner
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
2. Komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan promosi) di dalam rumah sakit dan
masyarakat adalah :
a. Edukasi tentang obat
b. Edukasi tentang penyakit
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
e. Edukasi tentang gizi.
5
Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai
sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang dimengerti
pasien?).
Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur ditambah umpan balik
tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
1. Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan
kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, parafrase,intonasi.
2. Mendengar, termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observasi), agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat
(bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar tidak
mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh, raut
muka dan sikap dokter.
6
yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit
dapat berupa :
a. Komunikasi Verbal Efektif
1) Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas.
Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah dipahami oleh
penerima informasi/perintah/pesan,mengulang bagian yang penting sehingga
penerima pesan mengetahui “apa, siapa, mengapa, kapan, dimana dan
bagaimana”. Ide-ide disampaikan secara ringkas dengan menggunakan kata-
kata sehingga dapat mengekspresikan ide secara sederhana.
2) Perbendaharaan kata.
Menyampaikan pesan dan informasi serta istilah-istilah yang mudah dimengerti
pasien sesuai dengan tingkat pendidikan,budaya dan format sehingga pesan
menjadi efektif.
3) Intonasi dan kecepatan berbicara.
Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan
dan budaya masyarakat setempat sehingga apa yang disampaikan menjadi jelas
dan dapat merubah perilaku penerima pesan.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal dapat berupa ;
1) Intonasi dan kecepatan berbicara.
2) Sikap tubuh dan cara berjalan.
3) Ekspresi wajah dan kontak mata.
4) Sentuhan (kasih saying, dukungan emosional dan perhatian diberikan melalui
sentuhan dan sesuai dengan norma sosial)
2. Jenis Informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan kepada pasien
meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Informasi diagnosa, pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan, terapi serta
rencana tindakan,inform consent.
c. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga
3. Pemberi Informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit yaitu
front office, kasir, staf klinik (dokter IGD dan DPJP, perawat) dan non klinik.
7
6. Menghindari Gangguan Komunikasi.
7. Membuat Suasana yang Menyenangkan.
8. Menggunakan Bahasa Tubuh (body language) yang Benar
8
BAB III
TATA LAKSANA
9
merupakan pegalaman unik, termasuk pendapat pasien, apa yang menjadi
kepentingannya, apa kekhawatirannya, harapannya apa, apa yang dipikirkannya akan
menjadi akibat dari penyakitnya (Kurtz, 1998)
Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang
pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien (doctor-patient
relationship), keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerjasama untuk
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
1
3
2 3
1
B. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
1. Dokter IGD dengan Pasien dan Keluarga
a. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis,fisik] kemudian dokter menjelaskan
diagnosa atau perkiraan diagnosa pasien, serta pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan.
b. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari pemeriksaan
penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
c. Untuk besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, pasien atau
keluarga di minta ke bagian kasir secara langsung untuk mendapatkan informasi
atau informasi dari perawat yang sebelumnya sudah konfirmasi dengan kasir.
d. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan.
e. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak dilakukan dan
keluarga menandatangani surat penolakan.
f. Setelah hasil pemeriksaan penunjang (Radiologi,lab,EKG,USG) sudah selesai
kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien .
1
Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf.
1
C. Komunikasi antar Pemberi Layanan (Dokter, Tenaga Keperawatan, dan
Tenaga Kesehatan Lainnya)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di RSUD Tanah Abang antar pemberi
layanan komunikasi yang terjadi menggunakan tekhnik SBAR.
SBAR merupakan suatu tekhnik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara
perawat dan dokter. Dengan komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan
laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur.
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Tekhnik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar
yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat
dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat (4) Unsur
SBAR yaitu:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien
2. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini
3. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M, dkk,
2006)
Situation (S) Sebutkan nama anda dan unit
Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar
pasien
Sebutkan masalah pasien tersebut
(misalnya sesak nafas, nyeri dada, dll)
1
Saya meminta dokter untuk :
Memindahkan pasien ke ICU
Segera datang melihat pasien
Mewakilkan dokter lain untuk datang
Konsultasi ke dokter lain
Pemeriksaan atau terapi apa yang
diperlukan:
Foto rontgen
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan EKG
Pemberian oksigenasi
Beta 2 agonis nebulizer
2. Komunikasi langsung
a. Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke masyarakat
sekitar/perusahaan
b. Kegiatan Edukasi penyakit dalam kegiatan senam lansia
c. Seminar kesehatan
1
Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka proses
komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan menggunakan media cetak
seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,
anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi) maka
proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan menggunakan
media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien untuk membacanya.
c. Tahap Verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kejelasan dan pemahaman edukasi yang diberikan:
Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan senang
maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi
yang telah diberikan
Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka veriikasi dapat dilakukan
dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan pertanyaan yang sama,
yaitu “Apakah Bpk/Ibu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan?”
Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah, depresi) maka
verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai
sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang
1
Saat pasien berada di Instalasi Rawat Jalan pasien harus melakukan timbang,
tensi, atau ukur tinggi badan di ruang nurse station (NS). Perawat akan melakukan
komunikasi dengan melakukan 5S (senyum, sambut, sapa, salam, santun) dan
mengarahkan pasien sesuai dengan dokter/keperluan yang dituju.
Rumah sakit menyediakan ruangan poliklinik untuk pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi. Konsultasi dilayani oleh
dokter spesialis, dokter umum, bidan dan konselor.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang
mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang
tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik, khususnya ruang tunggu,
dipasang poster-poster, disediakan selebaran (leaflet), dipasang televisi yang dirancang
untuk menayangkan informasi tentang kesehatan.
Konsultasi yang dilakukan secara individual dilakukan dengan sikap
profesional, menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), sikap profesional ini penting
untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya yang merupakan landasan bagi
berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998). Sikap profesional ini
hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi
berlangsung, dan di akhir konsultasi.
1
Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
Keterbatasan fisik dan kognitif.
Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
b. Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di temukan :
Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung)
dan menjelaskannya kepada mereka.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
c. Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali eduksi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak
keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari
?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan dan pahami.
1
6. Komunikasi efektif code blue
Komunikasi dan sosialisasi yang efektif terhadap seluruh Tim code blue, seluruh tenaga
medis dan security di lingkungan rumah sakit dalam menanggulangi kasus henti jantung.
Cara komunikasi adalah sebagai berikut :
Mengaktifkan code biru dengan menghubungi ext telepon 110. Sebutkan nama dan lokasi
kejadian.
Menginformasikan kejadian code blue kepada team code blue RSUD Tanah abang
dengan menyebutkan nama dan lokasi kejadian sebanyak 3x
7. Komunikasi efektif Code Black
Code black diaktifkan bila ditemukan adanya informasi ancaman bom dan benda- benda
yang dicurigai dan tidak dikenal, cara komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
Melaporkan kepada pos komando keamanan untuk menghidupkan code black dengan
menyebutkan lokasi secara mendetail, jangan di sentuh serta isolasi area atau benda yang
dicurigai.
Melaporkan ke Koordinator Keadaan darurat gedung dan keamanan serta kemudian
menghubungi kepolisian RI, mempertimbangkan untuk mengevakusi penghuni gedung
Jika menerima telepon ancaman atau peringatan; bertanya kepada penelpon informasi
sebanyak mungkin
8. Komunikasi Efektif antar pemberi asuhan staff klinis pada CPPT, Ringkasan pulang pasien
Rawat jalan / Rawat inap, dan saat transfer/ rujuk/ serah terima
Komunikasi efektif antar pemberi asuhan staff klinis dalam cppt harus menggunakan
SBAR. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian dan tindakan segera. Tekhnik SBAR terdiri dari unsur
Situation, Background, Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya SBAR
merupakan komunikasi standar yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang
terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan
dokter harus mengambil tindakan.
Ringkasan pulang memuat kapan pasien masuk dan dipulangkan, keadaan saat masuk
dan saat dipulangkan. Terapi yang sudah diberikan, tanggal kontrol, serta berisi tanda
tangan dari pemberi informasi tersebut. Baik pada pasien rawat jalan. Rawat inap,
maupun bila pasien dirujuk
Pada setiap serah terima selain berkomunikasi menggunakan prinsip SBAR, juga
wajib membubuhkan stempel serah terima pasien yang di tanda tangani tenaga medis
sebagai bukti komunikasi sudah efektif dan jelas.
2
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua
arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien
atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah
diberikan edukasi dan informasi yang benar.
2
BAB IV
DOKUMENTASI