Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB I
DEFINISI

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar
individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun
hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider
merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen
eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik
secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi
penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat
dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi
diantara orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada komunikasi.
Komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan aktifitas tempat pimpinan
mencurahkan waktunya untuk menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu
kepada staf atau unit-unit dibawahnya. Dengan komunikasi maka fungsi
menejerial yang berawal dari fungsi perencanaan,nimplementasi dan
pengawasan dapat dicapai.

1
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi juga
tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan
seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya
proses komunikasi sangat tergantung pada persepsi masing-masing staf yang
terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim
informasi akan menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan
menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun
mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi
pasien
6. Kejujuran dan terbuka
7. Mampu sebagai role model
8. Altruisme
9. Bertanggung jawab

a. KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI
a) Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
b) Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa
berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c) Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan
akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim
pesan.
d) Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara
ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau
badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.

2
e) Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada
pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik
merupakan proses yang kontinue karena memberikan respons pesan dan
mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan.

Jadi Isi Pesannya,


Ya… Benar …
Ini yah Pak .. .. Read
Isi Pesan : Tulbakon Back
a) Tulis
b) Baca Ulang (Read Back)
c) Konfirmasi

KOMUNIKATOR ISI PESAN KOMUNIKAN

b. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Beberapa factor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara
otoritas yang obyektif dalam organisasi, menurut pendapat Barnard (1968,175-
181) adalah :
1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti
2. Harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi
3. Jalur komunikasi seharusnya langsung dan sependek mungkin
4. Garis informasi formal hendaknya dipergunakan secara normal
5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah orang-
orang yang berkemampuan cakap
6. Setiap komunikasi haruslah disahkan
7. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi
baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima
komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas,
kabur, bahkan sulit diterima.

3
8. Kejelasan pesan.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan
yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang
disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti
komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur pokok
dalam proses komunkasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha untuk
mengubah perilaku.

4
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup manajemen komunikasi dan edukasi yang efektif terdiri dari :
1) Perencanaan komunikasi
2) Komunikasi dengan masyarakat
3) Komunikasi dengan Pasien dan keluarga
4) Komunikasi antar Staf Klinis

a. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Rumkital Dr. R. Gandhi A. T. dalam melaksanakan komunikasi melalui beberapa
alat yaitu :
1. Telepon.
Fungsinya untuk komunikasi verbal antar masyarakat atau instansi yang
terkait dengan rumah sakit,antara dokter konsultan dengan dokter jaga dan
antara staf di rumah sakit.
2. Rekam medis.
Merupakan alat komunikasi tertulis antar profesi dalam melakukan asuhan
keperawatan pasien dan antar profesi yang terkait. Semua profesi yang
melakukan asuhan keperawatan mencatat kegiatannyanya dalam rekam
medis sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Internet.
Merupakan media promosi
4. Bunner, Baliho dan spanduk

b. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


1) Populasi masyarakat
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi masyarakat
umum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat dengan peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan yaitu peserta
ex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan TNI/Polri), pasien kesecelakaan
dengan menggunakan asuransi Jasa Raharja, dan pasien peserta Asuransi
Kesehatan lain seperti Prudential, Asuransi Inhealth Mandiri dll serta
5
perusahaan-perusahaan swasta yang bekerjasama (PKS) dalam pelayanan
kesehatan bagi karyawan.
2) Strategi
Komunikasi dilakukan melaui banner, spanduk dan komunikasi langsung ke
masyarakat.
3) Isi informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di rumah
sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari masyarakat ke
rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan.

c. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


a. Cara informasi
Komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga harus
dilakukan komunikasi secara efektif. Komunikasi efektif merupakan
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attidute change)
pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif yang
dilakukan di rumah sakit dapat berupa :
4. Komunikasi verbal efektif
 Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas.
Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah
dipahami oleh penerima informasi/perintah/pesan,mengulang bagian
yang penting sehingga penerima pesan mengetahui “apa,
siapa,mengapa,kapan,dimana, dan bagaimana. Ide-ide disampaikan
secara ringkas dengan menggunakan kata-kata sehingga dapat
mengekspresikan ide secara sederhana.
 Perbendaharaan kata.
Menyampaikan pesan dan informasi serta istilah-istilah yang mudah
dimengerti pasien sesuai dengan tingkat pendidikan,budaya dan
format sehingga pesan menjadi efektif.
 Intonasi dan kecepatan berbicara.
Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dan budaya masyarakat setempat sehingga apa yang

6
disampaikan menjadi jelas dan dapat merubah perilaku penerima
pesan.
5. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berupa ;
A. Penampilan fisik
B. Sikap tubuh dan cara berjalan
C. Ekspresi wajah dan kontak mata
D. Sentuhan (kasih sayang,dukungan emosional dan
perhatian diberikan melalui sentuhan dan sesuai dengan
norma sosial)
b. Jenis informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan kepada
pasien meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Biaya perawatan dan tindakan
c. Informasi diagnose,pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan,
terapi serta rencana tindakan,inform consent.
d. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga
c. Pemberi informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit
yaitu front office, Kasir, staf klinik (dokter UGD dan DPJP, perawat) dan non
klinik.

d. KOMUNIKASI ANTAR STAF KLINIS


1.1.1 JENIS KOMUNIKASI
1.2 Komunikasi Verbal melalui telepon
1.3 KomKomunikasi verbal langsung
1.4 Komunikasi Tertulis misalnya:
a. Surat /Lembar permintaan pemeriksaan penunjang
b. Surat/Lembar Konsul, dll

7
2. TEKHNIK KOMUNIKASI
Tekhnik Komunikasi terdiri dari :
1) Teknik SBAR
2) Teknik Tulbakon (Tulis Baca Konfirmasi Kembaki)

Teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –


Recommendation) merupakan pola pikir dalam menyampaikan informasi agar
terstruktur. Komunikasi secara SBAR dipergunakan saat: melakukan timbang
terima pasien yang berisiko, melaporkan kondisi pasien/hasil pemeriksaan
penunjang yang kritis (critical value) kepada dokter/DPJP, konsultasi pasien
kepada DPJP serta transfer pasien antar ruangan.

Tulbakon (Tulis - Baca – Konfirrmasi kembali ), yang digunakan pada


saat menerima instruksi dari dokter, saat menerima hasil pemeriksaan penunjang
yang kritikal (critical value) , dan saat menerima nilai kritis dari laboratorium/
radiologi .

a. PEMBERI INFORMASI
Semua informasi disampaikan oleh seluruh karyawan Rsal Dr. R. Gandhi
A.T, antara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen dan petugas
yang berada di Instalasi Pelayanan Rsal Dr. R. Gandhi A.T.

e. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


a Hambatan Fisik
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna
rungu), tuna netra, tuna wicara atau pasien sudah lanjut usia (lansia).

b Hambatan Sematik
Hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang
digunakan oleh komunikator, maupun komunikan.

8
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


Komunikasi dengan menggunakan media
a. Spanduk
 Spanduk pelayanan rumah sakit
 Spanduk kegiatan – kegiatan sosial
b. Standing Bunner
Bunner himbauan kesehatan
c. Baliho
Baliho tentang pelayanan rumah sakit
d. Brosur dan flayer
a. Brosur tentang pelayanan rumah sakit
b. Flayer Cara pendaftaran
c. Flayer tentang Demam
d. Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit
Komunikasi langsung
1) Penyuluhan kesehatan
2) Kegiatan Edukasi penyakit

3.2 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


1) Dokter IGD dengan Pasien dan Keluarga
1. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis,fisik] kemudian dokter
menjelaskan diagnose atau perkiraan diagnose pasien, serta pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan.
2. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan,hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3. Untuk besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan,
pasien atau keluarga di minta ke bagian kasir secara langsung untuk
mendapatkan informasi atau informasi dari perawat yang sebelumnya
sudah konfirmasi dengan kasir.
4. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan.
9
5. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak
dilakukan dan keluarga menandatangani surat penolakan.
6. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [Radiologi,lab,EKG,USG] sudah
selesai kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien.

2) Informasi Dokter DPJP dengan Pasien dan Keluarga


1. DPJP wajib memberikan pendidikan kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap rumah sakit antara lain :
1. Memberi informasi yang benar, jelas dan jujur
2. Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
2. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
Pendidikan tersebut disampaikan secara lisan dan dicatat dalam Lembar
General Consent yang dilengkapi tanda tangan pasien.
3. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
a. Menuliskkan rencana pelayanan
a. Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan medis yang
akan ditangani
b. Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan, dapat
berupa rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan lain-lain.
c. Dokter menyususn rencana terapi atau intervensi guna menangani
masalah.
d. Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan.
b. Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/ keluarga
1) Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa pasien diperiksa
dan dibuat diagnose kerja.
2) Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaan/tindakan apa
yang akan dilaksanakan.
3) Dokter menyampaikan kemungkinan manfaat dan resikonya
terhadap tindakan.
10
4) Dokter memastikan apakah pasien sudah paham.
5) Dokter mempersilakan kepada pasien untuk menanyakan sesuatu
apabila belum jelas.
Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf.
3) Informasi Front Office/Pendaftaran Dengan Pasien
1. Pendaftaran Pasien
1) Petugas pendaftaran memberikan salam hangat kepada pasien /
keluarga pasien yang datang ke bagian pendaftaran.
2) Petugas pendaftaran mewawancari pasien atau keluarga pasien
terhadap identitas pasien.
3) Untuk data nama pasien dilakukan eja huruf oleh pasien/keluarga
pasien atau diulang oleh petugas pendaftaran dengan mengeja huruf
sehingga tidak terjadi kesalahan nama pasien.
4) Untuk data tanggal lahir/umur, petugas mengulang menanyakan
kebenaran data dan apabila masih diragukan maka pengecekan
langsung ke IGD untuk memastikan kesesuaian antara umur dengan
fisik pasien.
2. Pendaftaran Pasien Rawat Inap
a. Pasien/keluarga pasien datang ke bagian pendaftaran untuk
melakukan pendaftaran rawat inap.
b. Petugas pendafataran memberikan informasi tentang:
 Hak Dan Kewajiban Pasien
 Identifikasi Pasien
 Jenis Pelayanan
 Fasilitas Ruangan/Pelayanan
 Tarif Ruangan
 Tarif Tindakan
c. Petugas menuliskan terhadap isi penjelasan dari point 2 pada dokumen
rekam medis dan apabila hal-hal yang dijelaskan sudah dimengerti dan
disetujui oleh pasien/keluarga pasien maka dokumen rekam medis
ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien dan petugas pendaftaran

11
yang memberikan informasi. Data rekam medis dimasukkan ke list
pasien.
3. Setelah pasien setuju dengan informasi biaya dan tindakan medis,
petugas pendaftaran menginformasikan ke unit terkait.
4. Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas Pendaftaran
akan menginformasikan kepada Dokter yang merawat dan Dokter akan
memberikan solusi apakah akan memberikan keringanan biaya atau
disarankan ke rumah sakit pemerintah.
5. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.
4) Informasi antara perawat dengan pasien dan keluarga
a. Memberi salam pada pasien dan keluarga
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada di
ruang perawatan dan prosedur penggunaannya
c. Menjelaskan tata tertib di Rumah Sakit
d. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien
e. Memberikan penjelasan dokter/petugas yang merawat
f. Informasi waktu konsultasi
g. Informasi catatan perkembangan konsisi pasien dan rencana asuhan
perawatan
h. Informasi tentang persiapan pulang
i. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada checklist dan
ditanda tangani oleh kedua belah pihak

5) Upaya Atasi Hambatan Dalam Komunikasi Dengan Pasien Dan Keluarga


Pasien
Upaya –upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
komunikasi:
1) Petugas harus bersikap lembut dan sopan
2) Petugas lebih memaksimalkan volume suaranya khususnya untuk pasien
yang mempunyai hambatan fisik dan lansia.

12
3) Apabila pasien atau keluarga pasien kurang memahami apabila
menggunakan bahasa Indonesia maka petugas menyampaikan informasi
dengan menggunakan bahasa daerah.
4) Mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut)
5) Melakukan upaya :
a) Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut kepada pasien/keluarga pasien apakah ia sudah
mengerti apa yang dibicarakan.
Contoh: Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien “Apakah
sudah mengerti, Pak?”
Meminta penjelasan lebih lanjut
Petugas lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain
yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
b) Mengecek umpan balik atau hasil
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan mengenai
hal atau pesan yang telah disampaikan kepada pasien / keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?”
c) Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa
isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
d) Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini
(keluhan tentang penyakitnya).
e) Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-
buang waktu.
6) Hambatan bahasa untuk pasien asing
1) Apabila pasien membawa guide / penterjemah, maka informasi diberikan /
ditanyakan melalui guide / penterjemah.
2) Apabila pasien tidak membawa penterjemah / guide, petugas memanggil
petugas penerjemah rumah sakit.
13
3.3 Komunikasi Antar Staf Klinis di rumah sakit
Komunikasi Efektif antar staf klinis berisi tentang komunikasi secara
verbal/lisan, tulisan, dan elektronik,teknik komunikasi yang efektif menggunakan 2
macam yaitu :
1) SBAR (Situation – Background – Assessment – Recommendation) dan,
2) Tulbakon ( Tulis Baca dan Konfirmasi kembali).

TEKHNIK KOMUNIKASI EFEKTIF


Komunikasi efektif terdiri dari :
a. Teknik SBAR
Teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recommendation) merupakan pola pikir dalam menyampaikan informasi agar
terstruktur. Komunikasi secara SBAR dipergunakan saat: melakukan timbang
terima pasien yang berisiko, melaporkan kondisi pasien/hasil pemeriksaan
penunjang yang kritis (critical value) kepada dokter/DPJP, konsultasi pasien
kepada DPJP serta transfer pasien antar ruangan.
Situasi
Saya menelepon tentang(nama pasien, umur dan
lokasi
Masalah yang ingin disampaikan adalah:--------------
-------
S
-
Tanda-tanda vital:
TD: ..../....., Nadi: ........., Pernapasan: ......., dan
suhu :
Background/ Latar Belakang
B
Sampaikan masalah pasien sebelumnya
Assesment/ Penilaian
Hasil Penunjang yang sudah dilakukan.
Masalah yang ditemukan dari hasil penunjang
A misalnya ada kelainan jantung, infeksi, neurologis,
respirasi.
Pasien tampaknya tidak stabil dan
cenderung memburuk. .
Kita perlu melakukan sesuatu Dok
Rekomendasi

R Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)


Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan.
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan

14
b. Teknik Tulbakon

Tulbakon (Tulis - Baca – Konfirrmasi kembali ), yang digunakan pada saat


menerima instruksi dari dokter, saat menerima hasil pemeriksaan penunjang yang
kritikal (critical value) , dan saat menerima nilai kritis dari laboratorium/ radiologi .
Pasien kritis adalah pasien yang mengalami disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, dimana pasien memerlukan pemantauan yang canggih dan
terapi yang intensif. Kriteria pasien kritis secara umum, yaitu pasien yang
menunjukan tanda: Penurunan kesadaran, kejang, hiperventilasi, muntah,
penurunan pengeluaran urine, tekanan darah tak stabil, Perubahan suhu tubuh
(tidak normal), Nyeri hebat, perdarahan hebat.

a. Komunikasi lisan saat menerima instruksi per telepon dari DPJP


menggunakan metode Tulbakon, dengan langkah – langkah sebagai
berikut dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a) Penerima pesan menyiapkan rekam medis pasien, sesuaikan identitas
pasien dengan mencocokkan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik
pasien.
i. Tul :Tuliskan pesan yang disampaikan oleh DPJP ( pemberi pesan ) pada
lembar jawaban konsulatasi bila menerima jawaban konsul atau pada
lembar catatan terintegrasi bila melaporkan kondisi pasien.
i. Ba :Bacakan kembali ( Read Back ) pesan yang sudah ditulis kepada
DPJP ( Pemberi pesan ). Selesai membacakan pesan, penerima pesan
mengingatkan DPJP ( pemberi pesan ) untuk melakukan konfirmasi.
ii. Kon :Konfirmasi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam dengan cara DPJP
menuliskan nama, paraf / tanda tangan tanggal dan jam kehadiran di
kolom stempel Konfirmasi Read Back pemberi pesan.
b) Penerima pesan membubuhkan stempel Tulbakon pada lembar jawaban
konsultasi atau lembar catatan terintegrasi.
c) Penerima pesan menuliskan tanggal, jam, nama, paraf/ tanda tangan pada
kolom stempel Tulbakon penerima pesan.

15
Untuk instruksi per telepon terkait nama obat yang ucapannya terdengar mirip
(sound alike), maka nama obat dibacakan dengan cara di eja berdasarkan huruf
(Alphabet Fonetik International)guna menghindari kesalahan yaitu :

KARAKTER TELEPON
A Alfa
B Bravo
C Charlie
D Delta
E Echo
F Foxtrot
G Golf
H Hotel
I India
J Juliet
K Echo
L Lima
M Mama
N November
O Oscar
P Papa
Q Quebec
R Romeo
S Sierra
T Tanggo
U Uniform
V Viktor
W Whiskey
X X-Ray
Y Yankee
Z Zulu

16
4 Komunikasi lisan saat menerima nilai kritis per telepon dari
laboratorium menggunakan metode Tulbakon, dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
1) Penerima pesan (perawat) menyiapkan rekam medis pasien,
sesuaikan identitas pasien dengan mencocokkan nama, tanggal lahir
dan nomor rekam medik pasien.
a. Tul :Tuliskan pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan (
petugas Laboratorium atau petugas Radiologi ) pada lembar
catatan terintegrasi.
b. Ba :Bacakan kembali pesan yang sudah ditulis kepada pemberi
pesan (petugas Laboratorium)
c. Penerima pesan membubuhkan stempel Tulbakon pada catatan
terintegrasi.
d. Penerima pesan menanyakan nama petugas yang memberikan
pesan, dan menuliskan pada kolom stempel Konfirmasi Read
Back
e. Kon :Konfirmasi isi pesan dilakukan dengan cara memberikan
paraf/ tanda tangan pada kolom stempel Tulbakon pemberi pesan
oleh perawat yang saat itu menjadi saksi, mengatas namakan
pemberi pesan, kemudian menuliskan tanggal dan jam pesan
diterima.
f. Perawat penerima pesan menuliskan tanggal, jam, nama dan
paraf/ tanda tangan pada kolom stempel K onfirmasi Read Back
penerima pesan.

2) Komunikasi terkait obat – obat tertentu seperti obat narkotika


tidak dilakukan dengan komunikasi tertulis
a) Komunikasi tertulis :
1) Pada saat melakukan komunikasi secara tertulis, maka
petugas kesehatan harus memperhatikan beberapa aspek
antara lain:

17
2) Menuliskan secara jelas dan lengkap informasi pasien dalam
rekam medis misalnya : formulir pengkajian awal, discharge
planning, catatan terintegrasi resume medis
3) Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat
terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila
diperlukan verifikasi.
4) Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan penulis
pesan serta tanggal dan waktu penulisan pesan
5) Setiap profesi yang melakukan pencatatan pada formulir
catatan perkembangan terintegrasi menbubuhkan stempel
sesuai dengan profesinya
6) Dalam penulisan resep tidak boleh menyingkat, penyingkatan
harus sesuai dengan daftar singkatan (lihat pedoman MMU),
contoh: ( a. Satuan berat: mg (miligram), g, G (gram); b.
Sataun volume: ml (mililiter), l (liter); c. Satuan unit: IU/IU
(Internasional Unit), dan Dosis / nilai harus spesifik untuk
menghindari salah penapsiran Untuk penulisan angka, tidak
diperbolehkan menghilangkan angka 0 didepan koma mis :
2 0,2, dan menuliskan angka 0 dibelakang koma mis
2,0 2
1) Menuliskan secara jelas pemberian obat dengan
menggunakan metoda 7 benar (benar obat, benar dosis,
benar waktu, benar rute, benar pasien, benar informasi, benar
dokumentasi).
1 Benar Obat
- Cocokan semua obat untuk pasien dengan instruksi
dokter di Rekam Medik Pasien
- Bila benar, untuk kewaspadaan tinggi perlu di cek oleh
dua orang (double check), terutama obat parental. ii.
Benar Dosis
- Cocokan dosis obat dengan instruksi dokter di Rekam
Medik Pasien.

18
2 Benar Cara
Pemberian
- Cocokan cara pemberian obat dengan instruksi dokter di
Rekam Medik Pasien
- Pemberian diberikan jarak waktu, bila: dua obat/lebih,
obat dan nutrisi, ada interaksi obat saling melemahkan,
jadwal pemberian
3 Benar waktu pemberian
- Cocokan kapan saat pemberian obat sesuai instruksi
dokter di rekam medic pasien. (missal: sebelum makan,
setelah makan, saat makan)
- Liat jam saat itu, perhatian dan cocokan dengan waktu
pemberian di Rekam Medik pasien: ( 3 x sehari berarti
interval pemberian setiap 8 jam, 2 x sehari berarti
interval pemberian setiap 12 jam, sehari sekali berarti
interval pemberian setiap 24 jam)
4 Benar pasien
- Tanyakan nama lengkap pasien dan tanggal lahir,
sambil cocokan dengan nama dan tanggal lahir yang
tertulis pada gelang identitas pasien
Baca kembali catatan/Instruksi terapi di rekam medis
pasien, cocokan dengan identitas pasien.

- Tanyakan adakah riwayat alergi


5 Benar dokumentasi

- Dokumentasi dengan menulis jam pemberian dan inisial


perawat/pemberi pelayanan dalam kolom waktu.
- Setiap perubahan jenis/dosis/jadwal/cara pemberian
obat harus diberi nama dan paraf yang mengubahnya.
- Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu
garis dan diparaf diujungnya
- Bila terjadi reaksi alergi pada pasien setelah mendapat
obat. Buat dokumentasi dalam Rekam medic, isi laporan

19
efek samping obat dan formulir pelaporan insiden ke tim
keselamatan pasien
- Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terkait
pengobatan. Formulir pelaporan insiden ke tim
keselamatan pasien.
- Dokumentasikan kejadian tidak diharapkan (KTD)/
Kejadian sentinel . Formulir pelaporan insiden ke tim
keselamatan pasien.

20
BAB IV
DOKUMENTASI

Berkat rahmat Tuhan Yang maha Esa, kegiatan membuat Pedoman Manajemen
Komunikasi Dan Informasi Rumkital Dr. R. Gandhi A.T. dapat diselesaikan
walaupun masih belum sempurna. Semoga dengan adanya pedoman ini kualitas
pelayanan pasien dapat ditingkatkan seoptimal mungkin serta dijadikan pedoman
dalam melakukan komunikasi dan informasi di Rumkital Dr. R. Gandhi A.T.

Ditetapkan : Biak
Pada Tanggal : 08 JANUARI 2019
Kepala Rumkital Dr. R Gandhi A.T

dr.Syarif Mustika H,Sp.B.,M.Opsla


Mayor Laut (K) NRP. 15131/P

21

Anda mungkin juga menyukai