BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai
antar teman/pribadi, organisasi, atau massa. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah
aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana kegiatan komunikasi dipahami
sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain,
dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah rumah sakit
sangat ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas perawat dan dokter.
Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai karakter dan perilaku pasien
yang berkepentingan dengan jasa perawatan sehingga petugas. Perawat dan dokter harus
memahami dan mengerti bagaimana cara berkomunikasi yang bisa di terapkan di segala
situasi.
Dalam profesi kedokteran. Komunikasi dokter dengan pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus di kuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan
dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Di indonesia sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
berbincang-bincang dengan pasiennya sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,
dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan perananan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien
merasa berada dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan
bercerita atau mengungkapkan diri. Hasilnya, pasiennyamenerima saja apa yang dikatakan
dokter. Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam
kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bisa
menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi yang efektif
mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilam keputusan tentang rencana
tindakan selanjutnya.
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi berasal dari bahas latin “communts” yang artinya bersama. Secara
terminologis komunikasi di artikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau informasi
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Menurut ahli kamus
bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagai untuk mencapai kebersamaan.
Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling
dipertukarkan adalah tujan yang di inginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate
Dictionary edisi tahun 1977 antar lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau
tungkah laku.
A. KLASIFIKASI KOMUNIKASI
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan komunikasi diklasifikasikan menjadi :
1. Komunikasi Intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri
antara individu dengan Tuhannya. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan
internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan.
Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan
balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan
komunikan; antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara
seorang tenaga pasien dengan pasien.
3. Komunikasi Kelompok
Salah satu bentuk yang terjadi di dalam sebuah sebuah kelompok. Komunikasi tidak
hanya terjadi antar seorang dengan seseorang yang lainnya, komunikasi juag
dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengankomunikasi kelompok.
Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat, misalnya
organisasi profesi, kelompok remaja atau kelompok-kelompok sejenisnya. Komuniasi
dapat dalam bentuk komunikasi, rapat dan sebagainya.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang dilakukan didepan
umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu
informasi, ajakkan, gagasan. Komunikasi ini memerlukan keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan agar pesan dapat di sampaikan secara efektif dan efisien.
5. Komunikasi Organisai
Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau antar organisasi
baik secara formal maupun informal. Komunikasi organisasi pada umumnya
membahas tentang stuktur dan fungsi organisasi serta hubungan antar manusia.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikasi heterogen yang tersebar di
suatu wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada komunikasi yang sama.
B. JENIS KOMUNIKASI
Komunikai dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, komunikasi 1 arah, dan komunikasi dua arah.
1. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual
maupun melalui media seperti email, surat, media cetak. Lainnya.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis, yaitu :
Lengkap
Ringkas
Pertimbangan
Konkrit
Jelas
Sopan
Benar
Dalam rumah sakit, komunikasi tertulis dapat berupa catatan perkembangan pasien,
catatan medis, laporan perawat, dan catatan lainya yang memiliki fungsi sebagai
berikut :
Dalam menyebutkan kata yang sulit maka pemberi pasan harus mengeja hurufnya
dengan menggunakan kode alfabeth internasional, yaitu :
C. MODEL KOMUNIKASI
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan unsur-unsur
penting didalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi model adalah
penyederhanaan adalah penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar.
Model Komunikasi SMCR/BERLO
Merupakan salah satu model komunikas. Model ini mensyaratkan adanya empat
unsur komunikasi (sumber informasi, pean, saluran dan penerima pesan) untuk dapat
terjadinya komunikasi.
Unsur Komunikasi
1. Sumber informasi (Source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau
informasi yang dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan
bertanggng jawab dalam menerjemahkan pemikiran atau informasinya menjadi
suatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan tulisan atau
kombinasi dari ketiganya.
Pengirim pesan (komunikator) yang baik adalah komunikator yang menguasai
materi pengetahuannya luas tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya
jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan
(komunikan).
2. Pesan atau informasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah :
Tingkat kepentingan informasi
Sifat pesan
Kemungkinan pelaksanaannya
Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
Kondisi pada saat pesan diterima
Penerima pesan
Cara penyampaian pesan
3. Saluran (channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan dua, tiga atau
empat saluran berbeda secara simultan.
Contoh :
Dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendangarkan (saluran
suara), tetapi kita juga membirikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara
visual (saluran visual). Kita memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran
olfaktori) dan seringkali kita saling mnyentuh (saluran taktil).
Media fisik yang sering digunakan di rumah sakit adalah telepon, brosur, surat
edaran, memo, internet, royal news, dll
4. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
(komunikator). Penerima pesan akan menerjemahkan pesan (decoding) berdasarkan
pada batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi
kesengajaan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti
oleh penerima pesan yang disebabkan oleh adanya kemungkinan hadirnya
gangguan/hambatan. Hambatan ini bisa karena perbedaan sudut pandang,
pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa dan lainya.
Pada saat menyampaikan pesan, pengirim pesan (komunikator) harus
memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik atau tidak. Sementara
penerima pesan perlu berkosentrasi agar pesan di terima dengan baik dan
memberikan umpan balik (feedback) kepada pengirim pesan.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan komunikasi terhadap pesan yang
diberikan oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal atau non
verbal dan sangat penting sekali sebagai proses klarifikasiuntuk memastikan tidak
terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pesan.
Pada saat menerima pesan melakukan proses umpan balik, pengirim pesan
(komunikator) yang baik harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Cara berbicara
Komunikator harus menguasai cara berbicara termasuk cara bertanya
(mengerti waktu penggunaan pertanyaan tertutup dan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar
Komunikator harus mendengarkan dengan baik umpan balik dari penerima
pesan tanpa memotong pembicaraannya.
c. Cara mengamati
Komunikator harus bisa mengamati cara berbicara komunikan misalnya bahasa
non verbal yang digunakan di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerakan
tubuhnya.
d. Menjaga sikap
Komunikator harus menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan
(bahasa tubuh) agar tidak menggangu komunikasi dan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam mengartikan gerak tubuh yang dilakukan komunikator.
6. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi
kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan.
a. Pengacu indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah. Bau mengenyat, udara
panas, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan, dan lain-lain.
BAB III
KOMUNIKASI EFEKTIF
PERAWAT DAN PASIEN
Pelayanan Rumah Sakit tidak dapat dipisahkan dari peran komunikasi. Petugas dan
tenaga medis tidak dapat melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses pelayanan
kesehatan dengan baik tanpa kemampuan berkomunikasi dengan baik dengan pasien,
teman, atasan dan pihak-pihak lain.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit dalam hubungan perawat dan pasien adalah pertukaran informasi secra verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Kemampuan perawat melakukan komunikasi
verbal akan menentukan kualitas asuhan yang diberikan. Dalam setiap tahapan pelaksanaan
proses keperawatan, perawat selalu menggunakan komunikasi verbal. Oleh karena itu
perawat harus memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal.
1. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang dilakukan oleh
petugas registrasi/admisi dan perawat untuk mengumpulkan data pasien. Data tersebut
diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses leperawatan pada tahap selanjutnya.
Data pasien diperoleh dari :
a. Wawancara, terdiri dari :
Wawancara admisi
Wawancara ini dilakukan pada saat pertama kali pasien masuk rumah sakit
dengan tujuan untuk mendapatkan dat umum atau identitas pasien.
Wawancara riwayat hidup
Wawancara dapat dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi
mengenai keluhan pasien, riwayat kesehatan, perjalanan penyakit dengan
tujuan untuk mengetahui alasan pasien datang kerumah sakit dan menjadi
acuan rencana tindakann keperawatan.
Wawancara teraupeutik
Wawancara ini ditekankan paa fakta, ide dan isi dalam rangka
pengembangan hubungan sehat yang bertujuan untuk membantu pasien
mengidentifikasi masalahnya. Wawancara ini memberikan peluang kepada
pasien untuk mengungkapkan perasaan, mengenal dan mengetahui masa
lalunya. Wawancara terapeutik banyak digunakan oleh profesional kesehatan
seperti perawat, dokter, psikolog, dan psikiater, biasanya diterapkan pada
pasien yang mengalami gangguan psikologis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan diagnostic (laboratorium,radiologi, dsb)
d. Informasi/catatan dari tenaga medis lain dan dari keluarga pasien
Ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi pasien dalam menyampaikan,
menerima dan memahamai informasi yang diterimanya. Beberapa hal yang menjadi
kendala , antara lain:
a. Kemampuan bahasa
Perawat perlu memperhatikan bahasa yang mampu dipahami oleh pasien dalam
berkomunikasi karena penguasaan bahasa sangat berpengaruh terhadap persepsi
dan penafsiran pasien dalam menerima informasi yang sesuai.
b. Ketajaman panca indera
Ketajaman panca indera dalam mendengar, melihat, merasa dan mencium bau
merupakan factor penting dalam komunikasi. Pasien akan dapat menerima
pesan Komunikasi dengan baik apabila panca inderanya berfungsi baik. Bagi
pasien yang mengalami gangguan pendengaran, ada tahapan yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu informasi medik yang
mengindikasikan adanya kelemahan pendengaran, memperhatikan perlu /
tidaknya pasien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi,
memperhatikan kemampuan pasien membaca ekspresi wajah dan gerak bibir
perawat, dan apakah pasien mampu menggunakan gerak isyarat sebagai bentuk
komunikasi non verbal.
c. Kelemahan fungsi kognitif
Kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif, misalnya tumor otak yang dapat
mengpengaruhi kemampuan pasien untuk mengungkapkan dan memahami
bahasa.Dalam mengkaji pasien ini, perawat harus dapat menilai respon baik
secara verbal maupun non verbal yang disampaikan oleh pasien dalam menjawab
pertanyaan.
d. Gangguan structural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan organ
suara seperti mulut dan hidung dapat berpengaruh pada proses komunikasi.
BAB IV
KOMUNIKASI EFEKTIF
DOKTER DAN PASIEN
Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat
berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian.
Pasien sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab
pertanyaan tenaga medis sesuai dengan pengetahuannya. Sementara tenaga medis sebagai
pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana
pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi serta dampak dari dilakukan
dan tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, tenaga medis bertanggung
jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang di sampaikan.
Dalam dunia kesehatan, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, rasa yang
berbeda bisa menjadi hal yang sangat vital karena bisa membedakan intensitas radang,
intensitas nyeri yang pada akhirnya bermuara pada perbedaan diagnosa maupun jenis obat
yantg harus diminum. Peran dokter sebagai fasilitator pembicaraan sanagat penting agar
tidak terjadi salah interpretasi.
1 3
2 3
Kotak 1 : pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukan oleh dokter (patient takes the lead through open ended question by the
doctor)
Kotak 2 : pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/ terstruktur
yang telah disusunnya sendiri (doctor takes the lead through closed question by the
doctor)
Kotak 3 : kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi
kedua belah pihak (negotiating agenda by both)
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih melalui kecukupan dokter
akanlistening skills dan training skills yang dapat diraih melalui latihan.
Carma L Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication In
Physician-Patient Encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya empati ini
dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan psien .
2. Kemampuan afektifitas / sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien.
3. Kemampuan prilaku dokter dalam memperlihatkan / menyampaikan empatinya
kepada pasien.
Berikut adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh Bylund & Makoul 2002
Tingkat atau level empati dalam komunikasi dikodekan dalam suatu sistem.
Keterangan:
Contoh-contoh kalimat :
Menyilakan duduk, Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup
lelah).
spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang,
dan lain-lain).
Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah atau mimik, gerak atau bahasa tubuh)
pasien
Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
perlu.
Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
keputusan.
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
pihak.
yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan
kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan
dalam kotak kedua. Dalam Van Dalen (2005), Dokter merupakan seorang ahli
Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum
Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar? (severity)
(frequency)
Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat?
Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu? (aggravating and relieving factors)
Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon)
Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka dokter masuk
Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam
Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman atau
Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara).
Prognosis.
Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk
Di ruang diskusi.
Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien atau keluarga dan
dokter.
f. Bagaimana menyampaikannya
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
Persiapan meliputi:
Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga
atau orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari
satu orang).
dibicarakan.
Tanyakan kepada pasien atau keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan
dan amati kesiapan pasien atau keluarga menerima informasi yang akan
diberikan.
Agar tujuan komunikasi tercapai, seorang dokter harus menjadi pendengar yang aktif.
Bila terlihat amat lemas, tentunya dokter memberi kesempatan untuk berbaring,
Bila pasien terlihat tergesa-gesa, dokter dapat menawarkan segala sesuatu yang
Bila pasien terlihat ingin bertanya tetapi ragu-ragu, maka dokter hendaknya
“Apa yang ibu ingin sampaikan atau ingin didiskusikan hari ini?”
3. Dengarkan keluhan pertama kali yang disampaikan pasien yang belum tentu keluhan
medis
menganggukkan kepala
6. Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikut sertakan pendapat
atau putusan pasien, “jadi bapak mengeluh tentang pusing dan keluhan, apakah ada
lagi yang ingin disampaikan?”...kalau tidak, bisakah kita mulai sesi hari ini dengan...
KOMUNIKASI ANTAR
PEMBERI LAYANAN
SBAR merupakan kerangka acuan dalam laporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri atas unsur situation, background,
assessment, recommendation. Pada prinsipnya,SBAR merupakan komunikasi standar yang
ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari
dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
4 (empat) unsur SBAR :
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien.
Misalnya : penurunan tekanan darah, gangguan ira jantung, sesak nafas, dll.
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya
keluhan klinis.
Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah
diberikan, hasil pemeriksaan penunjang, dll.
3. Assessment
Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu diantisipasi
agar kondisi pasien tidak memburuk
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.
Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang, dll.
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR ( haigh, K.M.,
dkk.,2006) :
BAB VI
KOMUNIKASI ASUHAN DAN EDUKASI
PARIGI – 94371
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEFINA
NOMOR :
TENTANG
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA DEFINA TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
PADA RSIA DEFINA
KESATU : Kebijakan pemberian informasi dan Edukasi pada Pasien dan
Keluarga pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Defina
KEDUA : Kebijakan tentang Pemberian Informasi dan Edukasi sebagai
mana disebutkan pada dictum KESATU, sesuai yang tercantum
pada lampiran keputusan ini
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,dan apabila
dikemudian hariternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Parigi
Pada tanggal,
DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEFINA
PARIGI - 94371
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEFINA
TENTANG
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK DEFINA TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI
EFEKTIF PADA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
DEFINA
KESATU : Memberlakukan Panduan Komunikasi efektif pada Rumah Sakit
Ibu dan Anak Defina
KEDUA : Panduan komunikasi efektif sebagaimana dimaksud diktum
kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini, meliputi :
1. Komunikasi Efektif Perawat – Pasien
: 2. Komunikasi Efektif Dokter – Pasien
3. Komunikasi Efektif Antar Pemberi Pelayanan
4. Komunikasi Asuhan dan Edukasi
5. Daftar Singkatan
KETIGA Panduan Sasaran Keselamatan pasien dimaksud dalam diktum
kedua keputusan ini harus dijadikan acuan dalam melaksanakan
tindakan/kegiatan dalam lingkup pelaksanaan program
keselamatan pasien di RSIA Defina
KEEMPAT Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Parigi
Pada tanggal
DIREKTUR