5. Efek/umpan balik
3. pesan
1.Komunikator
2. Komunikan
4. media
KOMUNIKATOR PESAN MEDIA KOMUNIKAN EFEK
SOURCE
SENDER MASSAGE PANCA INDERA PENERIMA
PENGIRIM INFORMATION CETAK RECEIVER
ENCODER CONTENT ELEKTRONIK AUDIENCE
SASARAN
UMPAN BALIK
LINGKUNGAN
Komunikator (Sender)
Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan
/ ide / informasi kepada orang / pihak lain sebagai lawan bicara.
Komunikator
(Sender) Informasi / pesan / berita
Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator
disadari atau tidak disadari, secara langsung maupun tidak langsung.
Admosfir / Informasi /
konteks pesan / berita
Elemen
Komunikasi Komunikan (Reciever)
Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang
menerima pesan yang disampaikan komunikator.
Umpan balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya
Komunikan
Umpan balik
(Reciever)
Admosfir / konteks
Admosfir adalah lingkungan dimana komunikasi terjadi,
terdiri dari tiga dimensi yaitu : dimensi fisik, sosial-psikologis
dan temporal yang mempunyai pengaruh terhadap pesan
yang disampaikan.
5 faktor utama yang mempengaruhi komunikasi ditinjau dari elemen
komunikasi, yaitu:faktor komunikator, pesan / informasi, komunikan,
umpan balik dan admosfir.
Komunikator
“ Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan dipahami
dari pada pesan yang bersifat memaksa
“
Komunikan
“Supaya komunikasi efektif, sama halnya dengan komunikator maka seorang
komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik, sopan, serta
“
tidak sombong.
Umpan Balik
“ Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan
“
pesan yang disampaikan
Admosfir
Materi
Komunikasi Efektif di RS
Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif memungkinkan seseorang dapat
saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan
dan sikap antara dua orang atau kelompok yang
hasilnya sesuai dengan harapan.
Tujuan Komunikasi Efektif
RS yg terbuka adalah RS yg lebih aman!!. Pasien & staf perlu tahu bilamana telah terjadi suatu
yang merugikan dan mereka dilibatkan dalam penelitian insiden.
S P E A K – U P
1. Speak up if you have questions or concerns: it's
your right to know
2. Pay attention to the care you are receiving
3. Educate yourself about your diagnosis, test and
treatment
4. Ask a trusted family member or friend to be your
advocate
5. Know what medications you take and why you take
them
6. Use a health-care provider that rigorously evaluates
itself against safety standards
7. Participate in all decisions about your care.
MODEL REACH
# 1: Respect
Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi
seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga
diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun
secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
MODEL REACH
# 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
MODEL REACH
# 3: Audible
Audible berarti dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian
hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini
berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang
dapat diterima oleh penerima pesan.
MODEL REACH
# 4: Clarity
• Standar SKP.II.
Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para
pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan SKP.II
• Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan,
dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
• Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke
unit pelayanan.
Cont’
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk :
• mencatat / (memasukkan ke komputer) perintah
secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah;
• kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan;
• dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Cont’
• Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian SKP.II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon
atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten.
Identifikasi Masalah Komunikasi di RS
1. Tulis Lengkap
2. Baca Ulang
3. Konfirmasi
5
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-
PASIEN OPERASI
• Standar SKP.IV.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan SKP.IV
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada
operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan
tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi operasi.
Cont’
• Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan
adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang
sering terjadi.
Cont’
• Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
• Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan
pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat
dikenali.
Cont’
• Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang
yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai saat akan disayat.
• Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel
level (tulang belakang).
Cont’
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
− Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang
benar;
− Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang;
− Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan
khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan.
Cont’
• Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan
semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan.
• Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan
akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan
melibatkan seluruh tim operasi.
• Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan ceklist.
Identifikasi Masalah
• Tidak tepat lokasi
• Kesalahan dalam menulis rekam medis atau membaca
foto rontgen
• Tidak tepat prosedur
• Kuantitas SDM (tim OK) kurang shg mengganggu
kelangsungan op
• Kualitas tenaga medis terutama koas + residen krg baik
• Sarana dan prasarana tdk memenuhi syarat (bangunan,
alat2 Op, lampu / penerangan, prosedur sterilisasi /
CSSD)
• Tidak tepat pasien
• Salah identifikasi krn nama pasien sama
Masalah yang dihadapi
• Kendala biaya utk pemenuhan sarana-prasarana
• Terbatasnya tenaga medis anestesi
• Belum adanya kebijakan (mis utk CSSD,
mendatangkan SDM yg dibutuhkan)
• Blm ada pendataan / record ttg kekurangan /
kesalahan di OK
Kegiatan yang dilakukan
• Audit klinik harus berjalan dengan baik
• Kebijakan yang tegas dari manajemen
• Utk menyekolahkan tenaga medis
• Menambah tenaga medis
• Reward and punishment
• Perbaikan dan pembuatan gedung yg baru
• Monitoring dan evaluasi
Hambatan yg dihadapi
• Rasa sungkan / ketidakberanian dari pihak
manajemen
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole
1. READ BACK
2. DAFTAR SINGKATAN YANG DILARANG
DIGUNAKAN
3. CRITICAL RESULT (HASIL
PEMERIKASAAN KRITIS
4. KOMUNIKASI SAAT SERAH TERIMA
PASIEN
READ BACK
Perintah Lisan/Lewat Telepon
ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
untuk NORUM/LASA PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan
Sutoto.KARS
Sutoto.KARS
1. RS harus membakukan daftar singkatan, akronim, simbol, dan
penandaan dosis yang tidak boleh digunakan di seluruh bagian RS
Tujuan:
Untuk menyediakan informasi secara akurat,
tepat waktu tentang rencana keperawatan,
pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan
kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun
yang dapat di prediksi selanjutnya
Serah terima informasi pasien di RS
Antar perawat antar shift
Pengalihan tanggung jawab dari dokter kepada
• perawat
Pengalihan tanggung jawab dokter on-call
Pengalihan tanggung jawab sementara, mis:
saat
• istirahat makan.
Antar perawat antar ruangan
KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN
Komunikasi dokter - pasien
• Courtesy : pengenalan.
• Anamnesa ( wawancara )
- Auto anamnesa : lansung dengan pasien
- Allo anamnesa : dengan keluarga pasien mis:
pada anak , pasien tdk sadar, pasien psikosis.
* Keluhan utama,
* Keluhan tambahan,
* Riwayat penyakit sebelumnya
* Riwayat penyakit Keluarga
Komunikasi dokter - pasien
Pemeriksaan Fisik.:
* Inspeksi.
* Palpasi
*Perkusi
* Auskultasi.
Pemeriksaan Penunjang :
* Laboratorium.
* Pemeriksaan X – Ray.
*Patologi Anatomi.
* Lain-lain.
Komunikasi dokter – pasien
• Diagnose penyakit.
• Prognose penyakit.
• Biaya pengobatan.
PESAN BERANTAI
•
Pasang infus Dex5 dengan tetesan 30
tetes/menit, berikan obat penurunan
panas Parasetamol 3 x 500 mg,
ANTIBIOTIKA Amoksilin 4 x 500 MG,
kontrol tekanan darah setiap 15 menit
• Tolong ambilkan dondong di dalam dandang di
samping dinding kamar Dadang
• Kuku-kuku tanganku kaku-kaku di saku, kakak-
kakakku terpaku melihat kuku kuku tanganku lula-
luka dan minta dibawa ke dokter Kiko
KESIMPULAN
Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dipahami oleh penerima informasi dapat
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.