Anda di halaman 1dari 88

Komunikasi adalah suatu proses

Komunikasi berasal dari bahasa latin


“ ‘communicare’ – ‘communicatio dan
penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada piha
communicatus’ lain.".

KENAPA KOMUNIKASI PERLU ?.
1. KOMUNIKASI BAIK → Orang lain akan membantu untuk
mendapatkan PEKERJAAN , REJEKI , SAHABAT ,
PELANGGAN.
2. Banyak orang yang tidak mengenal ETIKA DALAM
BERKOMUNIKASI.
3. Dengan mengetahui konsep, teori dan praktek berkomunikasi
yang baik → MENUNJANG KARIR DAN
MENJADI PROFESIONAL.
4. Perkembangan TEHNIK KOMUNIKASI yang cepat,
membutuhkan dan memaksa orang umtuk mengetahui dan
mempelajarinya.
Berdasarkan beberapa pengertian / definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa secara umum tujuan komunikasi adalah sebagai
berikut :

1 Menyampaikan ide / informasi / berita


“Satu kesamaan ide antara apa yang ada dalam fikiran komunikator
dan komunikan”
2 Mempengaruhi orang lain
“Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita

sadari maupun tidak kita sadari akan mempengaruhi perilaku
orang lain.
3 Merubah perilaku orang lain

“ bicara dengan seseorang yang berperilaku berbeda dengan


Komunikasi bertujuan merubah perilaku, maksudnya jika kita

norma yang ada dan kita menginginkan.
4 Memberikan pendidikan


Komunikasi ini dilakukan dengan tujuan agar lawan bicara (komunikan)
memperoleh / mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dan
menunjukkan hal yang lebih baik dari sebelumnya.
5 Memahami (ide) orang lain
“ “
Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara
komunikator dan komunikan saling memahami ide masing-masing
dan mereka saling berusaha untuk memberi makna pada
komunikasi yang disampaikan atau diterima.
KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN

5. Efek/umpan balik
3. pesan

1.Komunikator

2. Komunikan

4. media
KOMUNIKATOR PESAN MEDIA KOMUNIKAN EFEK
SOURCE
SENDER MASSAGE PANCA INDERA PENERIMA
PENGIRIM INFORMATION CETAK RECEIVER
ENCODER CONTENT ELEKTRONIK AUDIENCE
SASARAN

UMPAN BALIK

LINGKUNGAN
Komunikator (Sender)
Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan
/ ide / informasi kepada orang / pihak lain sebagai lawan bicara.
Komunikator
(Sender) Informasi / pesan / berita
Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator
disadari atau tidak disadari, secara langsung maupun tidak langsung.

Admosfir / Informasi /
konteks pesan / berita

Elemen
Komunikasi Komunikan (Reciever)
Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang
menerima pesan yang disampaikan komunikator.

Umpan balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya

Komunikan
Umpan balik
(Reciever)
Admosfir / konteks
Admosfir adalah lingkungan dimana komunikasi terjadi,
terdiri dari tiga dimensi yaitu : dimensi fisik, sosial-psikologis
dan temporal yang mempunyai pengaruh terhadap pesan
yang disampaikan.
5 faktor utama yang mempengaruhi komunikasi ditinjau dari elemen
komunikasi, yaitu:faktor komunikator, pesan / informasi, komunikan,
umpan balik dan admosfir.
Komunikator

“Komunikasi akan efektif jika komunikator menunjukkan penampilan yang



baik, sopan dan menarik, serta ber wibawa dan tidak sombong
Pesan / Informasi

“ Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan dipahami
dari pada pesan yang bersifat memaksa

Komunikan
“Supaya komunikasi efektif, sama halnya dengan komunikator maka seorang
komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik, sopan, serta

tidak sombong.
Umpan Balik
“ Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan

pesan yang disampaikan
Admosfir

“ Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang



kondusif (condisive) dan nyaman (Comfortable).
FAKTOR YANG MEMPANGARUHI
KOMUNIKASI
• Latar Belakang Budaya
• Ikatan Kelompok atau Group
• Harapan
• Pendidikan
• Situasi
LATAR BELAKANG BUDAYA

Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola


pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga
semakin sama latar belakang budaya antara
komunikator dengan komunikan maka komunikasi
semakin efektif.
IKATAN KELOMPOK ATAU GROUP

Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat


mempengaruhi cara mengamati pesan.
HARAPAN

Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga


dapat menerima pesan sesuai dengan yang
diharapkan.
PENDIDIKAN

Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks


sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang
disampaikan.
SITUASI
• Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam).
• Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang).
• Faktor temporal, misal keadaan emosi.
• Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara
berbicara.
• Teknologi.
• Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial
dan karakteristik sosial individu.
• Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang
terhadap lingkungannya.
• Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.
Hambatan dalam Komunikasi
(DeLaune & Ladner, 2002)

Perbedaan • Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara


efektif dengan petugas kesehatan dapat
bahasa mempengaruhi respon klien terhadap intervensi.

• Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada


Perbedaan berbagai budaya.
budaya • Setiap budaya menggunakan bahasa yang berbeda-
beda.

• Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat


Gender bervariasi antara pria dan wanita.
Hambatan dalam Komunikasi
(DeLaune & Ladner, 2002)

Status • Komunikasi dipengaruhi oleh perubahan persepsi


Kesehatan sensorik, seperti hilangnya penglihatan atau
pendengaran.

Tingkat • Tingkat perkembangan klien diperlukan dalam


perkembangan pemahaman pesan.

Perbedaan • Perawat secara konsisten menilai tingkat


pengetahuan pengetahuan klien untuk menentukan cara
terbaik untuk memperbaiki defisit pengetahuan.
Uraian

Materi
Komunikasi Efektif di RS
Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif memungkinkan seseorang dapat
saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan
dan sikap antara dua orang atau kelompok yang
hasilnya sesuai dengan harapan.
Tujuan Komunikasi Efektif

Memberi kemudahan dalam memahami pesan yang


disampaikan antara pemberi dan penerima pesan.
Sehingga tercipta feed back yang baik antara pemberi
dan penerima pesan.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila
memenuhi tiga hal berikut :
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami
sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat
disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan
perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
CARA BERKOMUNIKASI
EFEKTIF

1. Gunakan kalimat seefektif mungkin


2. Jangan mengungkapkan pengulangan
ide/pokok bahasan
3. Jangan berbicara terlalu lambat
4. Hindari gumaman yang terlalu sering
5. Hindari humor yang tidak perlu
Bentuk Komunikasi Efektif
1. Komunikasi verbal efektif :
- Berlangsung secara timbal balik.
- Makna pesan ringkas dan jelas.
- Bahasa mudah dipahami.
- Cara penyampaian mudah diterima.
- Disampaikan secara tulus.
- Mempunyai tujuan yang jelas.
- Memperlihatkan norma yang berlaku.
- Disertai dengan humor.
2. Komunikasi non verbal :
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal
adalah :
- Penampilan fisik.
- Sikap tubuh dan cara berjalan.
- Ekspresi wajah.
- Sentuhan
Uraian
Materi

Pengembangan Komunikasi Efektif


Dengan Model SBAR dan REACH
MODEL SBAR
SEBAGAI STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF SAAT SERAH TERIMA
INFORMASI PASIEN

MENINGKATKAN PATIENT SAFETY


SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF
MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS
, PROFESI
S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN

B BACKGROUND TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR


OBAT-OBATAN DAN HASIL LAB
A ASSESSMENT PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER
R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA
DAN APA YANG PERLU DILAKUKAN SELAMA
BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN
REKOMENDASI LAIN UNTUK PERAWATAN
Q/A QUESTION N KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM
ANSWER PROSES HANDOFF
7 Langkah Keselamatan Pasien
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN, Ciptakan
kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat
& jelas tentang keselamatan pasien di RS Anda
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem &
proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah
dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada
KKPRS
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dgn pasien
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KESELAMATAN PASIEN, Dorong
staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &
mengapa kejadian itu timbul
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN,
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn
pasien.

RS yg terbuka adalah RS yg lebih aman!!. Pasien & staf perlu tahu bilamana telah terjadi suatu
yang merugikan dan mereka dilibatkan dalam penelitian insiden.

Ini dapat dilakukan dengan :


1. Membuat suatu kebijakan keterbukaan yg aman
2. Memperoleh dukungan dari tingkat dewan direksi untuk kebijakan dan kemudian memberikan
pelatihan kepada staf,
3. Melibatkan para pasien dan bila memungkinkan keluarga mereka & Staf dlm melakukan
analisis akar masalah (RCA) dari IKP yg menuju pada cedera yg parah atau kematian
4. Melibatkan para pasien, dan keluarga serta Staf dalam membuat rekomendasi dan solusi yang
dikembangkan dari suatu IKP
Th 2001 JCAHO melakukan kampanye SPEAK-UP utk pasien / masyarakat
WHO : “ WORLD ALLIANCE FOR PATIENT SAFETY, FORWARD PROGRAMME 2005”

S P E A K – U P
1. Speak up if you have questions or concerns: it's
your right to know
2. Pay attention to the care you are receiving
3. Educate yourself about your diagnosis, test and
treatment
4. Ask a trusted family member or friend to be your
advocate
5. Know what medications you take and why you take
them
6. Use a health-care provider that rigorously evaluates
itself against safety standards
7. Participate in all decisions about your care.
MODEL REACH
# 1: Respect
Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi
seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga
diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun
secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
MODEL REACH
# 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
MODEL REACH
# 3: Audible
Audible berarti dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian
hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini
berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang
dapat diterima oleh penerima pesan.
MODEL REACH
# 4: Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan


baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu
adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di
Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang
paling utama dalam menyiapkan korespondensi
tingkat tinggi.
MODEL REACH
# 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan
unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya
didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki
Uraian
Materi

Komunikasi Efektif Dalam


Akreditasi Rumah Sakit
DAPATKAH SEORANG PETUGAS RS
YANG TIDAK PATUH TERHADAP
STANDAR PROSEDUR OPERATIONAL
KOMUNIKASI EFEKTIF ”MEMBUNUH
PASIEN” ?
STANDAR AKREDITASI RS SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
SASARAN II : PENINGKATAN
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

• Standar SKP.II.
Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para
pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan SKP.II
• Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan,
dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
• Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke
unit pelayanan.
Cont’
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk :
• mencatat / (memasukkan ke komputer) perintah
secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah;
• kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan;
• dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Cont’
• Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian SKP.II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon
atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten.
Identifikasi Masalah Komunikasi di RS

• Masalah komunikasi lisan


• Salah terapi  perawat salah mengidentifikasi nama obat yang
didiktekan oleh dokter sec lisan
• Kesalahan dalam mengkomunikasikan komplikasi tindakan
kpd pasien
• Kesalahan komunikasi lisan saat konsul dokter via telp, atau
info dari lab atau radiologi via telp
• Dokter menyerahkan edukasi pasien pada koas yg kdg blm
berpengalaman
• Masalah komunikasi tertulis
• Salah membaca terapi dokter krn tulisan dokter yang buruk
• Dokter yang terburu2 dlm melayani pasien
Masalah yang dihadapi
• Resistensi / penolakan dari dokter senior
• Keluhan dokter ttg penurunan kecepatan pelayanan
dan banyaknya pasien yg bs dilayani jika SOP
diberlakukan
• Subyektifitas penerima informasi  krn pengalaman
dan pengetahuan krg, latar belakang berbeda
• Teknologi komunikasi spt telp krg baik
Kegiatan yang akan dilakukan
• Masalah komunikasi lisan :
• Konfirmasi ulang saat konsul / komunikasi lisan dgn dokter
• Pelatihan2 komunikasi yang efektif di RS sec menyeluruh
(dokter, perawat, dll)
• Kebijakan2 komite medis u/ tingkatkan komunikasi efektif
• Masalah komunikasi tulisan :
• Penerapan SIM dalam penulisan resep
• Dokter yg terburu2
• Menambah jml SDM / dokter
• Membatasi jml pasien
Hambatan yg dihadapi
• Monitoring dan evaluasi berjalannya SOP
SPO MENERIMA PERINTAH LISAN /
LEWAT
TELEPON “CHECK BACK”

1. Tulis Lengkap
2. Baca Ulang
3. Konfirmasi

5
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-
PASIEN OPERASI

• Standar SKP.IV.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan SKP.IV
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada
operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan
tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi operasi.
Cont’
• Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan
adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang
sering terjadi.
Cont’
• Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
• Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan
pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat
dikenali.
Cont’
• Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang
yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai saat akan disayat.
• Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel
level (tulang belakang).
Cont’
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
− Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang
benar;
− Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang;
− Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan
khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan.
Cont’
• Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan
semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan.
• Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan
akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan
melibatkan seluruh tim operasi.
• Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan ceklist.
Identifikasi Masalah
• Tidak tepat lokasi
• Kesalahan dalam menulis rekam medis atau membaca
foto rontgen
• Tidak tepat prosedur
• Kuantitas SDM (tim OK) kurang shg mengganggu
kelangsungan op
• Kualitas tenaga medis terutama koas + residen krg baik
• Sarana dan prasarana tdk memenuhi syarat (bangunan,
alat2 Op, lampu / penerangan, prosedur sterilisasi /
CSSD)
• Tidak tepat pasien
• Salah identifikasi krn nama pasien sama
Masalah yang dihadapi
• Kendala biaya utk pemenuhan sarana-prasarana
• Terbatasnya tenaga medis anestesi
• Belum adanya kebijakan (mis utk CSSD,
mendatangkan SDM yg dibutuhkan)
• Blm ada pendataan / record ttg kekurangan /
kesalahan di OK
Kegiatan yang dilakukan
• Audit klinik harus berjalan dengan baik
• Kebijakan yang tegas dari manajemen
• Utk menyekolahkan tenaga medis
• Menambah tenaga medis
• Reward and punishment
• Perbaikan dan pembuatan gedung yg baru
• Monitoring dan evaluasi
Hambatan yg dihadapi
• Rasa sungkan / ketidakberanian dari pihak
manajemen
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole

• Paralytic agent vs antacid


KARS
From the JCAHO Web Site October 2007 http://www.jointcommission.org
10
DEFINISI KOMUNIKASI EFEKTIF
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
• Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran
dan mencapai tujuan5.
• Syarat Komunikasi efektif ;
• informasi, ide atau pesan yang disampaikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik sehingga terbentuk
kesamaan persepsi, perubahan perilaku atau saling
mendapatkan informasi atau menjadi paham
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PATIENT
SAFETY
1. TEPAT WAKTU,
2. AKURAT,
3. LENGKAP,
4. JELAS,
5. DIPAHAMI OLEH PASIEN/PETUGAS KESEHATAN
6. AKAN MENGURANGI KESALAHAN, DAN MENGHASILKAN
• PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
SAAT BAHAYA TERJADINYA
KOMUNIKASI TAK EFEKTIF DI RS
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
•saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telpon.
•Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium
klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan
STANDAR KOMUNIKASI PATIENT
SAFETY

1. READ BACK
2. DAFTAR SINGKATAN YANG DILARANG
DIGUNAKAN
3. CRITICAL RESULT (HASIL
PEMERIKASAAN KRITIS
4. KOMUNIKASI SAAT SERAH TERIMA
PASIEN
READ BACK
Perintah Lisan/Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
untuk NORUM/LASA PENERIMA PERINTAH
 TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan

Sutoto.KARS
Sutoto.KARS
1. RS harus membakukan daftar singkatan, akronim, simbol, dan
penandaan dosis yang tidak boleh digunakan di seluruh bagian RS

2. Menetapkan dan mengimplementasikan daftar singkataan baku,


akronim, simbol-simbol dan penandaaan dosis yang tidak boleh
digunakan di seluruh bagian RS dan menggunakannya pada semua
pendokumentasian.
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan
hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan
menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
• RS mempunyai Prosedur yang meliputi
– penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
– oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
– menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
HAND OFF COMMUNICATIONS
( KOMUNIKASI SERAH TERIMA PASIEN
ANTAR/DIANTARA DOKTER DAN PERAWAT )

RS mengimplementasikan pendekatan yang


baku untuk “ Metode komunikasi
serah terima informasi kesehatan
pasien “.
 Serah terima terjadi kapanpun pada saat ada
pengalihan tanggung jawab pasien dari satu tenaga
kesehatan kepada yang lain.

 Tujuan:
 Untuk menyediakan informasi secara akurat,
tepat waktu tentang rencana keperawatan,
pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan
kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun
yang dapat di prediksi selanjutnya
Serah terima informasi pasien di RS
 Antar perawat antar shift
 Pengalihan tanggung jawab dari dokter kepada
• perawat
 Pengalihan tanggung jawab dokter on-call
 Pengalihan tanggung jawab sementara, mis:
saat
• istirahat makan.
 Antar perawat antar ruangan
KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN
Komunikasi dokter - pasien
• Courtesy : pengenalan.
• Anamnesa ( wawancara )
- Auto anamnesa : lansung dengan pasien
- Allo anamnesa : dengan keluarga pasien mis:
pada anak , pasien tdk sadar, pasien psikosis.
* Keluhan utama,
* Keluhan tambahan,
* Riwayat penyakit sebelumnya
* Riwayat penyakit Keluarga
Komunikasi dokter - pasien
Pemeriksaan Fisik.:
* Inspeksi.
* Palpasi
*Perkusi
* Auskultasi.
Pemeriksaan Penunjang :
* Laboratorium.
* Pemeriksaan X – Ray.
*Patologi Anatomi.
* Lain-lain.
Komunikasi dokter – pasien
• Diagnose penyakit.

• Pengobatan : Cara meminum obat , dosis ,


frakuensi, kemungkinan efek sampingan

• Prognose penyakit.

• Biaya pengobatan.
PESAN BERANTAI

Pasang infus Dex5 dengan tetesan 30
tetes/menit, berikan obat penurunan
panas Parasetamol 3 x 500 mg,
ANTIBIOTIKA Amoksilin 4 x 500 MG,
kontrol tekanan darah setiap 15 menit
• Tolong ambilkan dondong di dalam dandang di
samping dinding kamar Dadang
• Kuku-kuku tanganku kaku-kaku di saku, kakak-
kakakku terpaku melihat kuku kuku tanganku lula-
luka dan minta dibawa ke dokter Kiko
KESIMPULAN
 Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dipahami oleh penerima informasi dapat
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.

 RS harus mengembangkan kebijakan dan prosedur


terkait komunikasi efektif ini untuk menjamin
keselamatan pasien saat komunikasi antar petugas RS
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai