0
YAYASAN KRISTEN UNTUK KESEHATAN UMUM (YAKKUM) PURWODADI QSC NO. 00581
ME MUTUSKAN:
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI
EFEKTIF ANTAR PEMBERI PELAYANAN.
Kedua : Panduan komunikasi efektif antar pemberi pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam diktum kesatu tercantum dalam Lampiran Peraturan
ini.
Ketiga : Panduan komunikasi efektif antar pemberi pelayanan digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan komunikasi efektif antaer pemberi
pelayanan di Rumah Sakit Panti Rahayu.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Purwodadi
Pada Tanggal : 7 Januari 2015
Direktur Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
2
LEMBAR LEGALISASI
Disusun oleh
Nama Dr. Cahyo Budi Utomo
Jabatan Ketua KKPRS
Tanda Tangan
Diperiksa oleh
Nama Saryoto, S.Si
Jabatan Ketua Komite Mutu
Tanda Tangan
Disetujui oleh
Nama Dr. Tri Siswiyati, M.Kes
Jabatan Wa. Direktur Pelayanan
Tanda Tangan
3
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN....................................................................................................................................6
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................6
B. TUJUAN......................................................................................................................................7
C. DEFINISI KOMUNIKASI..........................................................................................................7
G. KOMPONEN KOMUNIKASI..................................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................17
Tabel 3. Konsensus daftar nilai atau hasil kritis yang segera harus dikomunikasikan.....................21
Tabel 5. Contoh komunikasi SBAR petugas non klinis kepada petugas lain....................................23
BAB IV..................................................................................................................................................27
PETUGAS LAIN...............................................................................................................................27
Lampiran :..............................................................................................................................................29
5
Lampiran : Peraturan Direktur
Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
Nomor : 033/Pr-Per.Dir/I/2015
Tentang Panduan Komunikasi Efektif
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (jeleknya) komunikasi verbal dan tertulis diantara pelayanan kesehatan
menjadi keprihatinan organisasi pelayanan kesehatan. Komunikasi yang kurang baik
sering terjadi yang diikuti oleh kejadian yang tidak diharapkan. Organisasi Akreditasi
Amerika Serikat disebut The Joint Commission on the Accreditation of Healthcare
Organizations (JCAHO) menyatakan dalam makalah tahun 2005 bahwa 66 - 70%
sentinel event disebabkan oleh :
1. Komunikasi yang kurang baik
2. Kesalahan assessment penderita
3. Tidak taat/menyimpang (compliance) terhadap standar operating procedure
4. Environmental safety
5. Kompetensi petugas pelayanan kesehatan
6. Kepemimpinan
7. Kurang tersedianya informasi dan perencanaan pelayanan kesehatan, organisasi,
training orientasi, staff, dan continuum of care.
Sejak 1 Januari 2006, JCAHO membuat tujuan kedua dari keselamatan pasien adalah
memperbaiki komunikasi efektif diantara pelayanan kesehatan. Seiring dengan tujuan
tersebut semua organisasi kesehatan harus melaksanakan komunikasi yang
berstandar pendekatan untuk kepentingan pasien dalam hal komunikasi antara petugas
kesehatan yang saat hand off communication yang tidak menutup kesempatan
bertanya dan respons terhadap pertanyaan tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan penggunaan SBAR komunikasi adalah :
Komunikasi yang efektif melalui telepon atau media komunikasi lain, antara perawat
6
dinas, dokter jaga bangsal, dokter IGD, dokter penanggung jawab pasien (yang
merawat pasien) dan dokter konsulen mengenai problem pasien, sehingga tercapai
pelayanan medis yang bermutu serta mengutamakan keselamatan pasien.
C. DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu perilaku dimana informasi disharingkan diantara manusia.
Hal tersebut mencakup keinginan/niat kebutuhan, persepsi pengetahuan, dan
keadaan afektif manuasia. Proses komunikasi melibatkan dua orang atau lebih
berinteraksi dan merupakan dialog bukan monolog, dalam hal ini harus :
Mendengarkan (menyimak)
Bukan sekedar mendengar (to hear)
Tetapi mendengarkan (to listen) dan memahami (bukan sekedar mengerti tetapi
tidak paham) dengan passion dan respek sambil memberikan ekspresi dan ide
dan menyampaikan informasi kepada orang lain dengan jelas dan berperilaku
pantas dan layak.
Tiga tiang utama komunikasi adalah ketepatan, efisiensi, supportif yang digabungkan
ke dalam bentuk komunikasi efektif. Komunikasi adalah seni dan merupakan
keterampilan yang dapat dipelajari (learned skill) dan dipengaruhi oleh adanya talenta
atau yang pasti bakat seseorang.
8
Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab kegagalan komunikasi adalah sebagai
berikut :
Kegagalan system ; tidak ada system komunikasi, tidak berfungsinya system yang
ada, atau tidak mempergunakan system komunikasi yang baku
Kegagalan pesan ; system komunikasi ada tetapi informasi yang penting tidak
disampaikan
Kegagalan penerimaan ; system ada, cara benar tetapi penerimaan terlambat
atau salah interpretasi
Dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya kegagalan komunikasi adalah sebagai
berikut :
Patient error dan adverse events
Ketidakpastian keputusan perawatan pasien
Keraguan
Inefisiensi, keterlambatan, kerja berulang-ulang
Ketegangan tim
Menghabiskan waktu, tenaga
Penderita tidak nyaman
Kesan jelek bila komunikasi jelek
Beberapa hal yang harus ada dalam komunikasi petugas kesehatan :
Status pasien ; daily patients goal sheets, asuhan, ketaatan, rencana keperawatan
(askep)
Huddles ; laporan antar petugas operasi tentang kebutuhan pasien, review kerja
dan rencana selanjutnya
SBAR
Ronde ; Bedside
9
G. KOMPONEN KOMUNIKASI
Komponen-komponen dalam komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Pemberi pesan/komunikator (Sender)
Pemberi pesan adalah orang/individu yang bertugas mengirimkan
pesan/mengeluarkan stimulus dalam bentuk informasi-informasi yang harus
disampaikan kepada pihak atau orang lain, dengan harapan orang/pihak lain
tersebut dapat memberikan suatu respons/jawaban. Sumber (pengiriman berita
atau komunikator) adalah tempat asalnya pesan.
2. Penerima pesan (Receiver)
Penerima pesan adalah seseorang yang menerima pesan/stimulus serta
memberikan respons. Bisa dalam bentuk pesan yang diterima maupun pesan yang
sudah dinterpretasikan. Dalam hal ini respons yang diberikan tersebut dapat
bersifat pasif dengan memahami/mengerti sesuatu yang dimaksud oleh pemberi
pesan atau dalam bentuk aktif yakni nonverbal (isyarat/symbol- simbol).
3. Pesan (Message)
Pesan merupakan informasi yang diterima/isi stimulus yang dikeluarkan oleh
pemberi pesan (sender) kepada penerima pesan (receiver). Pesan tersebut pada
dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan
kepada orang lain. Penyampaian isi pesan bisa berupa kata-kata, ide, atau
perasaan. Pesan akan menjadi efektif apabila yang diekspresikan oleh si
pengirim pesan jelas dan terorganisir secara positif dan aktif yang dapat berupa
perilaku atau tindakan.
4. Saluran (Media)
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pemberi pesan (sender)
dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada si penerima pesan
(receiver). Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Ada yang menilai bahwa
media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar
pribadi, pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.
10
5. Umpan balik (Feed back)
Umpan balik (feed back) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan dan dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki ataupun
menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Penerima pesan memberikan
informasi/pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang
efektif. Dengan adanya reaksi ini, sumber akan mengetahui apakah komunikasi
berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya baik, maka akan disebut positif
dan jika hasilnya buruk, maka disebut negative.
6. Akibat (Impact)
Akibat (Impact) adalah hasil dari suatu komunikasi, yakni terjadinya perubahan
pada diri sasaran. Perubahan dapat ditemukan pada pengetahuan, sikap, ataupun
perilaku. Terjadinya perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari kegiatan
komunikasi.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi merupakan factor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis,
dan dimensi waktu.
11
4. Pelaporan hasil pemeriksaan (kritikal result) oleh petugas penunjang (radiologi,
laboratorium) dan pelaporan oleh petugas farmasi, apoteker, rehabilitasi medik
kepada perawat/dokter menggunakan komunikasi SBAR dan di dokumentasikan
di buku pelaporan masing-masing unit tersebut
5. Pelaporan nilai hasil pemeriksaan adalah nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke dokter DPJP dalam
waktu kurang dari 1 (satu) jam.
6. Pelaporan hasil kritis disampaikan dari unit Laboratorium, Radiologi, Perawatan
yang melakukan perekaman EKG ke Unit Rawat inap, Unit Rawat Jalan dan
IGD
7. Komunikasi SBAR digunakan dalam pelaporan serah terima perawat antar shift,
perawat dengan dokter, saat melaporkan kondisi pasien dan hasil penunjang
yang kritikal, dokter dengan dokter, petugas penunjang dengan dokter serta
pelaporan antar seluruh staf non klinis baik melalui telepon maupun secara lisan
8. Petugas kesehatan/petugas penunjang yang menerima instruksi lisan / lewat
telepon wajib melakukan penulisan/pencatatan (writing down), pembacaan
ulang (read back), konfirmasi ulang (check back) dan minta verifikasi kepada
dokter
9. Prosedur pembacaan ulang (read back) tidak dilakukan untuk diruangan kamar
operasi, IGD, ICU bila kondisi pasien dalam keadaan gawat darurat/emergency.
12
BAB II
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI EFEKTIF (SBAR)
Komunikasi SBAR diambil dari template komunikasi Angkatan Laut Amerika Serikat yang
membiasakan komunikasi tepat, pendek, tetapi informasi lengkap. Selanjutnya dikembangkan
oleh Kaiser Permante di Colorado, Amerika Serikat, sebagai alat komunikasi untuk melaporkan
petugas pelayanan kesehatan mengenai situasi dan keadaan yang perlu tindakan segera saat
melaporkan pasien, mengoperkan pasien pada shift jaga, pindah unit atau rumah sakit dalam
bentuk laporan yang bermutu dan aman.
Secara lebih lengkap, komunikasi efektif akan berlangsung dengan baik apabila :
1. Komunikasi interaktif yang memungkinkan pemberi informasi dan penerima informasi
memperoleh kesempatan untuk saling bertanya
2. Pesan yang disampaikan bersifat terkini (update), yang berisi tentang perawatan
pasien, pengobatan, pelayanan, kondisi dan perubahan-perubahan yang baru saja dialami
dan yang perlu diantisipasi
3. Dalam proses komunikasi, terjadi proses verifikasi informasi yang diterima dengan cara
melakukan mengulang kembali (repeat back) dan membaca kembali (read back)
setepat mungkin
4. Kesempatan bagi penerima informasi untuk melakukan peninjauan kembali data
historis pasien, yang meliputi data perawatan dan terapi sebelumnya
5. Dalam proses komunikasi hand-overs yang efektif interupsi, harus diminimalisasi agar
supaya pesan dapat dilakukan seoptimal mungkin, tanpa terjadi kesalahan.
Ada berbagai titik dalam proses perawatan pasien, dimana terjadi komunikasi antar petugas,
seperti :
1. Perpindahan pasien pada tingkat perawatan
a. Pasien masuk rumah sakit dari bagian gawat darurat atau poliklinik, rujukan dokter b.
Perpindahan pasien dari ICU ke bangsal atau dari bangsal ke ICU
c. Perpindahan rawat sementara
d. Pengiriman pasien dari bangsal ke ruang operasi, ruang radiologi, fisioterapi, dsb
e. Penyerahan pasien dari kamar operasi ke bangsal/ruangan
2. Pasien pulang
a. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain
b. Pasien pulang
13
3. Perubahan petugas yang merawat a.
Pergantian tugas perawat/bidan b.
Pergantian tugas dokter jaga
4. Penyampaian informasi hasil pemeriksaan penunjang
5. Komunikasi antara perawat/bidan dan dokter atau antar dokter dalam proses
konsultasi medis
A. Komunikasi Antar Profesi di Rumah Sakit
Message
Speaker
(Informasi
Dokter
keadaan
Perawat
pasien):
Bidan
Farmasi
Perawatan
Apoteker
pengobatan
Radiologi
kondisi terkini
Petugas
Perubahan
lain
yang perlu
diantisipasi
14
Effect
15
Komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu communis atau common yang dalam
Bahasa Inggris berarti “sama”. Berkomunikasi dapat diartikan bahwa kita berusaha
untuk mencapai kesamaan makna commonness. Istilah organisasi berasal dari bahasa
latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang
satu sama lainnya saling bergantung. Diantara para ahli ada yang menyebut paduan
itu system, ada juga yang menamakannya sarana (Parwijanto,2008).
Komunikasi antara dokter dan perawat merupakan salah satu aspek kolaborasi
antara dokter dan perawat, mengingat bahwa kedua profesi tersebut memiliki peran
yang interdependen. Dokter memerlukan perawat untuk melaksanakan tugas yang
harus didelegasikan kepada perawat dan perawat juga perlu pendelegasian dari
dokter
baik juga akan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif untuk semua
terutama dalam hal penentuan penggunaan sediaan farmasi untuk pasien. Menurut
Corser (2000) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kolaborasi antara dokter
dan perawat. Faktor-faktor tersebut meliputi kesalahpahaman perawat, perbedaan
persepsi mengenai penggunaan wewenang, posisi dan rasa saling menghormati
(Pallas,2005).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam sebuah rumah sakit, dokter dan perawat
merupakan ujung tombak terselenggaranya pelayanan kesehatan. Komunikasi baik
verbal maupun tulisan diantara kedua profesi tersebut sangat penting terutama
menyangkut kondisi kesehatan pasien sehingga dapat mendukung kolaborasi yang
baik juga.
Menurut Fox (2000) dalam Pallas (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
antara dokter dengan perawat adalah kesadaran (awareness), pengalaman (experience),
interaksi (interaction), profesi (profession) dan lingkungan (environment).
Kewaspadaan terhadap panduan dalam komunikasi yang efektif tidak terlalu diketahui
baik oleh perawat maupun oleh dokter. Hal tersebut menyebabkan hambatan dalam
16
melakukan komunikasi diantara kedua profesi tersebut. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fox (2000) perawat memang tampak lebih menguasai teknik-teknik
komunikasi efektif dibandingkan dokter, terutama perawat-perawat senior. Sedangkan
dalam intern profesi dokter sendiri, dokter senior lebih mampu berkomunikasi dengan
baik dibandingkan dokter-dokter yang masih muda.
Dalam konsensus umum, komunikasi yang berjalan dengan baik antara dokter
dan perawat menimbulkan kondisi kerja yang lebih baik. Bahkan disebutkan bahwa
komunikasi antara dokter dan perawat merupakan proses komunikasi yang paling sulit
terjalin dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain. Hal tesebut diakibatkan hirarki
yang membedakan kedua profesi tersebut.
penting, tetapi dokter memiliki persepsi yang berbeda mengenai komunikasi tersebut.
Perbedaan persepsi ini memiliki dampak yang negative terhadap jalannya proses
komunikasi.
Faktor yang terakhir adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang baik akan
lebih mendukung terjalinnya komunikasi yang baik, tetapi sebaliknya komunikasi yang
baik juga akan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif untuk semua
profesi yang ada di rumah sakit.
17
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF
18
Background (latarbelakang) :
Apa yang melatarbelakangi sehingga pasien mengeluh atau sesuatu terjadi pada
diri pasien
Data-data klinis apa yang mendukung keluhan pasien (tanda vital, pemeriksaan
laboratorium, dan imaging yang mendukung problem pasien )
Misalkan, pasien mengeluh sesak nafas maka data yang mendukung adalah :
frekuensi nafas, saturasi dan analisis gas darah
Assesment (penilaian)
Masalah apa yang dialami pasien berdasarkan analisis situasi dan background
Seberapa besar tingkat kegawatan masalah sehingga harus dicarikan jalan keluar
Misalnya, pada pasien yang mengalami sesak nafas, penilaian dari perawat atau
dokter jaga adalah pasien mengalami gagal nafas
Recommendation (tindak lanjut)
Tindak lanjut apa yang harus dilalukan untuk memecahkan masalah diatas
Mengambil contoh pasien dengan sesak nafas yang mengalami gagal nafas,
rekomendasi yang diharapkan adalah memindahkan pasien ke ICU.
19
Assessment : Sebutkan problem pasien :
Problem kardiologi (syok kardiogenik,
aritmia maligna, dsb)
Problem gastro-intestinal (perdarahan massif dan
Recommendation : Rekomendasi : (pilih sesuai kebutuhan)
Saya meminta dokter untuk :
- Memindahkan pasien ke ICU ?
- Segera datang melihat pasien ?
- Mewakilkan dokter lain untuk datang ?
Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan :
- Foto Rontgen ?
- Pemeriksaan analisa gas darah ?
- Pemeriksaan EKG ?
- Pemberian oksigenasi ?
- Beta 2 agonis , nebulizer ?
Apabila ada perubahan terapi, tanyakan :
- Seberapa sering diperlukan pemeriksaan tanda
vital ?
- Bila respon terapi tidak ada kapan harus
menghubungi dokter lagi ?
Konfirmasi :
- Saya telah mengerti rencana tindakan pasien
- Apa yang harus saya lakukan, sebelum dokter
sampai disini ?
Sasaran yang ingin dicapai dalam model komunikasi SBAR, adalah agar informasi
yang disampaikan oleh perawat ke dokter dapat akurat dan tepat, dalam rangka
pengambilan keputusan terhadap situasi klinis yang dihadapi pasien. Sebuah survey
yang dilakukan di rumah sakit Moncton memperlihatkan, sebelum diterapkan
model komunikasi SBAR, sebanyak 25 % dokter mengatakan tidak puas terhadap
informasi yang diberikan perawat. Keadaan berubah, setelah SBAR digunakan sebagai
metode komunikasi di rumah sakit tersebut.
20
ingin menjawab tiga pertanyaan, yaitu : What is it ? (apa yang terjadi), What do
you need me to do ? (apa yang diharapkan dari perawat terhadap dokter yang
dihubungi), When do I have to do it ? (kapan dokter harus segera ambil tindakan).
Sebelum seorang perawat menghubungi dokter, sebaiknya ia lebih dulu memeriksa
pasien, mempelajari catatan medis, mengetahui diagnosis dan masalah yang
dialami pasien.
Situation. Apa yang ingin ditampilkan dalam situation adalah : apa yang
terjadi pada diri pasien. Keluhan atau tanda klinis yang mendorong untuk
dilaporkan, misalnya sesak nafas, nyeri dada, penurunan tekanan darah, gangguan irama
jantung, dsb.
Background. Dalam unsur background, pertanyaan yang harus dijawab
adalah latar belakang klinis apa yang menyebabkan keluhan tersebut.
Informasi yang terkandung dalam unsur background, berupa data terapi yang
sudah diberikan, diagnosis pasien dan data klinis pasien yang mendorong perawat
melaporkan pasien tersebut ke dokter. Data klinis pasien yang dilaporkan dapat berupa
data klinis terkait dengan gangguan system neurologis, kardiovascular, gastro-
intestinal, hasil pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya. Tentunya data klinis
yang dilaporkan yang mendukung problem pasien. Misalnya, pasien dengan penyakit
paru obstruktif : data klinis yang dilaporkan sebaiknya yang berhubungan dengan
gangguan fungsi respirasi, misalnya frekuensi nafas, saturasi, analisis gas darah.
Assessment. Assessment atau penilaian lebih difokuskan pada problem yang
terjadi pada pasien, sehingga apabila tidak segera diantisipasi akan menyebabkan
kondisi pasien memburuk. Misalnya, pada pasien dengan penyakit PPOK,
kegawatan yang mungkin terjadi adalah gagal nafas.
Recommendation. Perawat menghubungi dokter tentu mempunyai maksud tertentu,
apakah perawat mengharapkan dokter segera datang ke bangsal, atau cukup meminta
pemeriksaan penunjang, terapi yang perlu diberikan saat itu. Contoh komunikasi
SBAR pada saat perawat melaporkan kondisi pasien ke dokter.
21
Situation : “Selamat siang dr. Lukas, Background : “Pasien tersebut yang
saya Dwi perawat Ruang Anggur. Saat ini sedang menderita PPOK kesadarannya
pasien dokter, Tn. Herman, 45 th menurun, frekuensi nafasnya 40x/mnt
mengalami sesak nafas serius”. dan saturasi O2 70 %”.
Assessment : “ Kondisinya semakin Recommendation : “Dokter apakah
lemah dan sesak, saya pikir ia pasien perlu segera dipindahkan ke ICU
mengalami gagal nafas”. ?”.
Tabel 3. Konsensus daftar nilai atau hasil kritis yang segera harus dikomunikasikan
(diringkas dan dimodifikasi dari Doris et al., 2005)
Definisi Kategori Keterangan
Pemeriksaan
LABORATORIUM
Glukosa Darah Tinggi (misal > 500 mg/dl), Rendah
(missal < 50 mg/dl)
Kalium Tinggi (misal > 6,5 mEq/L), Rendah
(misal < ,2,5 mEq/L)
Bicarbonat Rendah (misal < 10 mEq/L)
CKMB Meningkat Meningkat
mengindikasikan
adanya miokard
infark akut
Troponin Meningkat Meningkat
mengindikasikan
adanya miokard
infark akut
Lactat Acid Tinggi (misal > 5 mEq/L)
Ureum Tinggi (misal > 100 mg/dl)
Kreatinin Tinggi (misal > 4 mg/dl)
Gas darah PH tinggi (misal > 7,6), PH rendah (misal Menilai tingkat
< 7,2) asidosis
PO2 Rendah (misal < 60) / basa
EKG
Elektrokardiogram Mengindikasikan kearah miokard infark
akut, aritmia maligna dsb
RADIOLOGI
Sinar X dada Effusi pleura, pneumonia,pneumothorax,
dsb
CT Scan Perdarahan otak, stroke
hemorrhagies/non hemorrhagies
22
C. KOMUNIKASI PETUGAS/PENUNJANG MEDIS /DOKTER/PERAWAT/BIDAN
Metode komunikasi SBAR, tidak hanya digunakan saat terjadi komunikasi antara
perawat dan dokter, melainkan juga dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi,
seperti:
1. Situasi kritis atau waktu yang mendesak
2. Apabila diputuskan akan membuat suatu keputusan medis dan setiap petugas
memerlukan konsistensi terhadap rencana tindakan
3. Saat perawat atau dokter jaga menelepon dokter yang merawat
pasien/konsultasi melalui telepon
4. Saat serah terima tugas atau transisi
5. Apabila petugas membutuhkan kejelasan informasi
23
ditindaklanjuti, Terima kasih
Tabel 5. Contoh komunikasi SBAR petugas non klinis kepada petugas lain
24
Tabel 6. Contoh komunikasi SBAR bagian security kepada perawat/petugas
SBAR KETERANGAN CONTOH
Situation (situasi) Sebutkan nama anda dan Selamat pagi suster Rini, saya
unit/bangsal Sugito petugas keamanan di parkiran
Ceritakan dengan jelas bawah. Saat ini ada pasien atas
kondisi/situasi yang nama Ny. Nurhayati umur 50 th
membuat anda khawatir sendirian di lobi bawah.
Recommendation Berikan usul atau saran Saya minta suster untuk turun
(rekomendasi) bersama-sama keluarganya untuk
menjemput pasien
verifikasi Dokumentasi
26
dalam lembar format komunikasi SBAR/catatan terintegrasi
6. Catat semua rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang merawat dalam
BAB IV
DOKUMENTASI KOMUNIKASI EFEKTIF
27
A. KEBIJAKAN KOMUNKASI EFEKTIF
B. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
1. SPO yang digunakan di RS. Panti Rahayu adalah SPO Komunikasi Efektif
(SBAR) antara :
a. Perawat/Bidan dengan Dokter
b. Dokter Jaga dengan Dokter DPJP
c. Petugas Penunjang dengan Dokter
2. SPO Menghubungi Dokter Via Telpon
3. SPO Pelaporan Hasil Kritis
BAB V
PENUTUP
28
Komunikasi SBAR sudah diimplementasikan di Rumah Sakit Amerika Serikat baik dirawat
jalan, Bagian Gawat Darurat, EMS (Emergency Medical Services), rawat inap sebagai model
komunikasi jelas, singkat dan efektif mengurangi mis komunikasi dan digolongkan sebagai..
Best Practice Communication Model oleh persatuan Rumah Sakit di A.S. Ini
merupakan salah satu hal penting dalam usaha-usaha perbaikan mutu pelayanan kesehatan
(the most important continuous care, improvement efforts). SBAR ini diakui sebagai
system baku (standar) untuk pengoperan pasien (hand off patient) dan format laporan
diantara petugas pelayanan kesehatan.
Direktur,
Dr Sunarima,MKes
Lampiran :
Standar Alfabet
29
Sumber: Wikipedia
30