E-Mail rsukemayoran@gmail.com
DEFINISI
1. Populasi Masyarakat
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi
masyarakat umum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat dengan
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan yaitu peserta ex Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan
TNI/Polri), pasien kecelakaan menggunakan asuransi Jasa
Raharja, dan pasien peserta Asuransi Kesehatan lain seperti Garda
Medika Asuransi, Asuransi Sinarmas, serta perusahaan-
perusahaan swasta yang bekerjasama (PKS) dalam pelayanan
kesehatan bagi karyawan.
2. Strategi
Komunikasi dilakukan melalui radio, banner, spanduk, dan
komunikasi langsung ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan.
3. Isi Informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat
di rumah sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan
dari masyarakat ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang
diberikan.
2.3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA
1. Cara Informasi
Komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga
harus dilakukan komunikasi secara efektif. Komunikasi efektif
merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam
komunikasi. Komunikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit dapt
berupa :
a. Komunikasi Verbal Efektif
1. Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas
Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih
mudah dipahami oleh penerima informasi/perintah/pesan,
mengulang bagian yang penting sehingga penerima pesan
mengetahui “apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan
bagaimana”. Ide-ide disampaikan secara ringkas dengan
menggunakan kata-kata sehingga dapat mengekspresikan
ide secara sederhana.
2. Perbendaharaan Kata
Menyampaikan pesan dan informasi seerta istilah-istilah
yang mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat
pendidikan, budaya, dan format sehingga pesan menjadi
efektif.
3. Intonasi dan kecepatan berbicara
Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan
tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat
sehingga apa yang disampaikan menjadi jelas dan dapat
merubah perilaku penerima pesan.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal dapat juga berupa :
1. Penampilan fisik
2. Sikap tubuh dan cara berjalan
3. Ekspresi wajah dan kontak mata
4. Sentuhan (kasih saying, dukungan emosional dan perhatian
diberikan melalui sentuhan dan sesuai dengan norma
sosial)
2. Jenis Informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan
kepada pasien, meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Biaya perawatan dan tindakan
c. Informasi diagnosa, pemeriksaan yang dilakukan dan akan
dilakukan, terapi serta rencana tindakan, inform consent.
d. Asuhan keperawatan, pendidikan pasien dan keluarga
3. Pemberi Informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf
rumah sakit, yaitu front office, Kasir, staf klinik (dokter IGD dan
DPJP, perawat / bidan) dan non klinik.
c. Menurut Keresmiannya :
1) Komunikasi Formal
Suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya
dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau
sifatnya instruktif.
2) Komunikasi Informal
Komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi,
akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam
struktur organisasi.
1. Hambatan Fisik
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat
pendegaran (tuna rungu), tuna netra, tuna wicara, atau pasien
sudah lanjut usia (lansia).
2. Hambatan Semantik
Merupakan hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang
digunakan oleh komunikator maupun komunikan.
3. Hambatan Psikologis
Merupakan hambatan-hambatan karena adanya unsur-unsur dari
kegiatan psikis manusia.
BAB III
TATA LAKSANA
Komponen SBAR
Introduction : identitas diri penelpon, jabatan penelpon,
identitas pasien (nama,umur,ruang pasien,tanggal
masuk,diagnosa masuk).
1. S (Situation)
Kondisi terkini yang terjadi pada pasien atau hasil
pemeriksaan penunjang terbaru yang akan
dilaporkan. Pada fase ini yang dapat dilaporkan :
keluhan utama pasien, kondisi kegawatan, hasil
pemeriksaan penunjang terbaru.
2. B (Background)
Informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
REPEAT BACK
4. Antar DPJP
1) Pelayanan medis di RSUD Kemayoran dilaksanakan oleh
dokter spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat
melaksanakan tugasnya, maka yang bersangkutan wajib
melapor kepada atasan dan mendelegasikan tugas-tugas
kepada dokter spesialis di lingkungan SMF nya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis
atau jika semua dokter spesialis disuatu SMF berhalangan
hadir (tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan
tugas-tugas pelayanan kesehatan kepada dokter umum
(asisten), sesuai dengan kompetensinya yang ditentukan oleh
dokter spesialis yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya
DPJP Utama wajib melakukan konsul dalam hal :
a) Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan
lanjutan dari SMF tersebut.
b) Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawa oleh
suatu SMF dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan
perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih tepat
dirawat oleh SMF lain.
c) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat kompleks dan harus
mendapat penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF
dengan DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat
kegawatannya paling tinggi.
5) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam
form konsul yang tersedia dan diletakkan dalam les pasien.
6) Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya.
5. Antar DPJP dengan Perawat
1) Pelayanan medis di RSUD Kemayoran dilaksanakan oleh
dokter spesialis dokter umum, dan perawat.
2) Perawat IGD, Poliklinik, dan Ruangan wajib melaksanakan
instruksi dari DPJP dalam pemberian pelayanan medis pasien
yang ditulis form perkembangan penyakit pasien.Segala
tindakan yang dilakukan oleh perawat atas instruksi DPJP
harus tercatat dalam form tindakan keperawatan dan apabila
terjadi sesuatu pada pasien setelah diberikan tindakan segera
dan perawat harus wajib melaporkan ke DPJP yang merawat.
Pasal 1 :
Yang dimaksud rahasia kedokteran adalah segala sesuatu
yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada
waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan
kedokteran.
Paasal 3 :
Yang wajib menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
adalah :
a) Tenaga kesehata menurut pasal 2 UU Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara th.1963 No.78).
b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan
dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.749a/Men.Kes/XII/1989, secara tegas dijelaskan pada
bab III pasal II, bahwa : Rekam medis merupakan berkas
yang wajib dijaga kerahasiaannya.
Sedang bab III pasal 12, dijelaskan :
a) Pemapran isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien.
b) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat
memaparkan isi rekam medis tanpa seizin pasien
berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan-peraturan yang tersebut diatas, maka
setiap petugas yang dalam pekerjaannya berurusan dengan
pasien atau yang mengetahui keadaan pasien, yang telah
mengucapkan sumpah jabatan atau tidak, wajib menjunjung
tinggi rahasia mengenai keadaan pasien.
b) Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan rekam medis aktif terletak pada ruang
rekam medis, dan ruang penyimpanan in aktif terletak pada
ruang rekam medis yang diberi pembatas.
2) Tata Laksana :
Dokter yang merawat pasien atau perawat membuat surat
permohonan tertulis dan ditanda tangani pada lembar/bon
pinjam yang telah disediakan di ruangan masing-masing
Surat permhonan dibuat rangkap dua dan disampaikan ke
bagian rekam medis
Setelah diagendakan oleh urusan pengadministrasian
rekam medis, kepala urusan rekam medis mendisposisikan
ke petugas files untuk melayani peminjaman berkas rekam
medis.
Dalam waktu paling lama 7 hari berkas rekam medis yang
di pinjam harus sudah dikembalikan ke bagian rekam
medis dengan dicatat pengembaliannya di buku kendali
sebagai bukti pengembalian dan dibubuhi tanda tangan
oleh petugas rekam medis yang menerima.
8. Petunjuk Keluar
Petunjuk keluar/tracer adalah suatu alat penting untuk
menggantikan berkas rekam medis yang dikeluarkan dari rak
penyimpanan. Pada tracer memuat informasi tentang :
a) Nomor rekam medis
b) Nama pasien
c) Tanggal dikeluarkan
d) Peminjam
e) Tanda tangan peminjam
Cara ini harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas
rekam medis dalam rangka membina ketelitian kerja, serta disiplin
dalam rangka memudahkan pengawasan terhadap berkas rekam
medis yang keluar dari penyimpanan.