Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RSU KUNINGAN MEDICAL CENTER

RUMAH SAKIT UMUM


KUNINGAN MEDICAL CENTER
Jln RE Martadinata No.1 Kertawangunan Sindangagung
KUNINGAN
PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat


bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada dan
dengan komunitas, pasien dan keluarganya, serta antar staf klinis, terutama PPA
( Profesiaonal Pemberi Asuhan ). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah
satu akar masalah yang paling sering menyebabkan insiden keselamatan pasien.
Komunikasi dapat efektif apabila pasien diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan/ komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan / komunikan , dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehantanya
sehingga pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan
mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya serta
mendapat informasi lain mengenai rumah sakit.
Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh staf klinis terutama PPA
yang sudah terlatih ( dokter, perawat, nutrisionist, apoteker dll ). Meningat banyak
profesi yang terlibat dalam edukasi pasien dan keluarganya maka perlu koordinasi
kegiatan dan focus pada kebutuhan edukasi pasien.
Edukasi efektif diawali dengan assesment kebutuhan edukasi pasien dan
keluarganya. Assesment ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan
pemebelajaran, tetapi juga proses edukasi dapat dilaksanakan dengan baik. Edukasi
paling efektif apabila sesuai dengan pilihan pembelajaran yang tepat dan
mempertimbangkan agama, nilai budaya, juga kemampuan membaca serta bahasa.
Edukasi akan berdampak positif bils diberikan selama proses asuhan.
Edukasi termasuk pengetahuan yang diperlukan selama proses asuhan
maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ( discharged ) ke
pelayanan kesehatan lain atau kerumah. Dengan demikian edukasi dapat mencakup
informasi sumber-sumber dikomunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut
pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila
dibutuhkan. Edukasi yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan
format visual dan elektroik, serta berbagai edukasi jarak jauh dan tehnik lainnya.
B. Tujuan Komunikasi efektif

1. Tujuan Umum
Memeberikan pedoman terselenggaranya komunikasi efektif di RSU Kuningan Medical
Center
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif fengan komunitas masyarakat di
RSU Kuningan Medical Center
b. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif dengan pasien dan keluargaa di
RSU Kuningan Medical Center
c. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif antar tenaga kesehatan pemberi
asuhan di dalam dan luar RSU Kuningan Medical Center
d. Sebagai pedoman pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga di RSU Kuningan
Medical Center
e. Menyelenggarakan informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah
komprehensif, konsisten, dan efektif
f. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di RSU Kuningan Medical Center

C. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Rebublik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang Rebublik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
4. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012
tentang Petujuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

D. KONSEP KOMUNIKASI

Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita senang


menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi
dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik melibatkan
pemahaman bagaimana orang-orang berhubungan dengan yang lain,
mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi berbagi ide dan pengetahuan. Hal
ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan / dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai
pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat
secara aktif. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan
atau memikirkan sesuatu.

 Adapun beberapa pengertian lain adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari


seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. ( Komarudin, 1994 ; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994 ; Koontz &
Weihrich, 1988 ).
2. Komunikasi Efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. ( Komarudin, 1994 ; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994 ; Koontz &
Weihrich, 1988 ).
3. Sumber / Pemberi Pesan / Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataan kepada penerima pesan/komunikan. Hal-hal yang menjadi tanggung
jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memiih media yang
sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima dengan
baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8)
4. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuanya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan. Cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh
penerima pesan ( komunikan ).
5. Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya kelengkapan perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.
6. Media / Saluran Pesan ( Elektronik, Lisan, Tulisan ) adalah sarana komunikasi
dari komunikator kepada komunikan. Media berpesan sebagai jalan atau saluran
yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat berkominikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
7. Penerima pesan / Komunikan adalah pihak / orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga
proses komunikasi berlangsung dua arah (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
8. Umpan Balik adalah respon / tindakan dari komunikan terhadap respon pesan
yang diterimanya.

 Pemberi Pesan / komunikator yang baik :


Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalm hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicaara ( talking ), termasuk cara bertanya ( kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka ), menjelaskan
klarifikasi paraphrase, intonasi.
2. Mendengar ( listening ), termasuk memotong kalimat
3. Cara mengamati ( observation ) agar dapat memahami yang tersirat dibalik yang
tersurat ( bahasa non verbal dibalik ungkapan kata / kalimatnya, gerak tubuh ).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan ( bahasa tubuh ) agar
tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut muka, dan sikap komunikator

 Sifat komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah :
1. jam pelayanan
2. Pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumaah sakit.
 Akses informasi dapat diperoleh dengan melalui customer service, Admission, dan
Website. Sedang komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi tentang obat ( Lihat pedoman pelayanan Farmasi )
2. Edukasi tentang penyakit ( Lihat Pedoman Pasien )
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari ( Lihat Pedoman pelayanan
fisiotherapy )
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit. ( Lihat Pedoman Pelayanan Pedoman Gizi,
Pedoman Fisiotherapy, Pedoman Farmasi )
5. Edukasi tentang Gizi ( Lihat Pedoman Gizi )
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS ( Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit )
 Syarat Komunikasi Efektif
Syarat dalam komunikasi efektif adalah :
1. Tepat waktu
2. Akurat
3. Lenkap
4. Jelas
5. Mudah diapahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
( Kesalah pahaman )

E. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan / komunikator, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan / komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003 ) Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi.
Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi.
Untuk mendapatkan komunikasi efektif dilakukan melalui prinsip sebagai berikut :
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
2. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
3. Isi pesan dibacakan kembali ( Read Back ) secara lengkap oleh penerima pesan
4. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
5. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan
verifikasi.

Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama
orang, dll. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya
mengeja huruf demi huruf menggunakan alfabeth standart internasional yaitu :
F. Hukum dalam Komunikasi Efektif
Lima hukum Komunikasi Yang Efektif terangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya
adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian,
simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum komunikasi efektif
yang pertama adalah :
1. Respect pengertianya adalah Hukum pertama dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang kita sampaikan. Jika kita membangun komunikasi dengan
rasa dan sikap saling menghargai daan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai
sebuah tim.
2. Hukum Komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy
Empathy adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarata utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati
akan menimbulkan respek atau penghargaan dan rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi
sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau
penolakan dari penerima.
3. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible
Makna dari Audile antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa
pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga
dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada
kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau
alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik.
4. Hukum komunikasi efektif yang keempat adaalah Clarity
Selain bahwa pesan yang harus dapat dimengerti dengan baik, maka hokum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidaka menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlaianan.
Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai
penafsiran akan menimbulkan dampaak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan daan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka ( tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan ),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya ( trust ) dari penerima pesan atau
anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan
pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim
kita.
5. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki. Sikap rendah hati yang pada intinya antara lain : sikap yang
penuh melayani ( dalam bahasa pemasaran Customer Fisrt Attitude ), sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidaak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.

G. Aspek Komunikasi efektif juga meliputi lima hal :


1. Kejelasan ( Clarity ) – Pesan yang disampaikan
2. Ketepatan ( Accuracy ) – kebenaran informasi
3. Konteks ( Context ) – Gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situasi yang
tepat
4. Alur ( Flow ) – urutan pesan atau sistematika penyampaian
5. Budaya ( Culture ) – Sesuai dengan bahasa, gaya bicara, dan norma etika yang
berlaku

H. Secara tekniks untuk mencapai komunikasi efektif, secara verbal komunikasi


“memainkan” tehnik vocal :
1. Speed / Tempo – kecepatan bicara; variatif, jangan terlalu cepat jangan pula
terlalu lambat

2. Volume – tinggi – rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah
audiens
3. Aksentuasi – penekanan ( stressing ) pada kata-kata tertentu
4. Artikulasi – kejelasan kata demi kata yang diucapkan
5. Projection – memproyeksikan ( mengarahkan ) suara sampai kebagian paling
belakang ruangan tanpa harus berteriak
6. Pronounciation ( pelafalan ) – pelafalan kata demi kata secara jelas dan benar
7. Reseptition ( pengulangan ) – untuk mengulangi kata-kata penting dengan irama
yang berbeda
8. Hindari gumaman ( Intruding Sound ) terlalu sering
9. Ringkas namun jelas. Jangan bertele- tele
Secara non verbal komunikasi dapat dibangun dengan gesture atau gerakan
tubuh, cara berpakaian sesuaikan dengan acara atau suasana dan raut wajah.
Hasil survey Mechribian & Ferris menunjukan dalam komunikasi verbal
keberhasilan menyampaikan informasi :
1. 55 % ditentukan oleh bahasa tubuh ( body language ), postur, isyarat, dan kontak
mata.
2. 38 % ditentukan oleh nada suara
3. 7 % saja ditentukan oleh kata-kata
I. Faktor yang menentukan komunikasi efektif antara lain :
1. Kepercayaan komunikan terhadap komunikator
2. Kejelasan pesan yang disampaikan
3. Keterampilan komunikasi komunikator
4. Daya tarik pesan
5. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan
6. Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan ( decoding )
7. Setting Komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan

J. Strategi komunikasi efektif antara lain :


1. Menguasai pesan / materi
2. Mengenali karakter komunikan / audiens
3. Kontak mata ( Eye Contact )
4. ekspresi wajah
5. Postur / Gerak Tubuh
6. Busana yang sesuai dengan suasana

Jika suasana komunikasi yang kita bangun didasarkan

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG PELAYANAN PKRS
Pembagian ruangan untuk PKRS terdiri dari beberapa area berdasarkan kegiatan
yaitu 1. Ruang konseling di Unit Gawat Darurat
2. Ruang konseling di Unit Medical Center dan Center Of Excellent
3. Ruang konseling di Unit Medical Center Kebidanan
4. Ruang konseling di Unit Medical Center Anak
5. Ruang konseling di Unit Perawatan Umum
6. Ruang konseling di Unit Perawatan Anak
7. Ruang konseling di OK/ VK
8. Ruang konseling di ICU
9. Ruang konseling di Unit Perawatan Perina
10. Ruang konseling di Unit Kebidanan

B. STANDAR FASILITAS
Lokasi Tim Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) menyatu dengan sistem
pelayanan rumah sakit. Fasilitas yang tersedia adalah adanya ruangan khusus untuk
edukasi, peralatan edukasi berupa laptop, LCD, leaflet, flayer dan poster dan adanya
berbagai macam alat peraga.
Standar Minimal Fasilitas
1. Komputer/ LAPTOP
2. Printer
3. Furniture (meja, kursi, rak lemari, filling cabinet)
4. Alat tulis kantor
5. Telepon dan faximile
6. LCD
7. Alat peraga untuk demonstrasi
8. Flayer
9. Leaflet
10. Poster
11. Banner

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pengelolaan kegiatan poromosi kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai
dari perencanaan sampai evaluasi yang terkait satu dengan yang lain mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Kegiatan Perencanaan Promosi kesehatan
Tim promosi kesehatan rumah sakit membuat perencanaan tentang kegiatan promosi
kesehatan kepada pasien keluarga dan masyarakat meliputi kebutuhan akan adanya
edukasi, ketersediannya tenaga edukator yang dibutuhkan, peralatan yng dibutuhkan,
ruangan dan materi sesuai kebutuhan pasien.
2. Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit Sari Asih Karawaci secara umum dapat
dikategorikan sebagai berikut :
A. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain :
1. PKRS diruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien harus melapor/
mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan
2. PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-poliklinik seperti
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik
penyakit dalam, poliklinik bedah dan lain-lain.
3. PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat darurat, rawat
insentif, dan ruang rawat inap.
4. PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan obat obat,
pelayanan laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.
5. PKRS dalam pelayanan bagi pasien sehat yaitu seperti pelayanan KB, konseling
gizi, bimbingan senam, periksa kesehatan (chek up) dan lain-lain.
6. PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu ruang dimana pasien rawat inap harus
menyelsaikan pembayaran rawat inap sebelum meninggalkan rumah sakit.

Promosi kesehatan yang dilakukan didalam gedung rumah sakit adalah sebagai
berikut :
1) Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat jalan
Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi
a) Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana setiap petugas
rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang
harus ditelannya, maka dapat disediakan satu ruang khusus bagi para pasien
rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau i ngin mendapatkan informasi.
b) Bina Suasana
Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling berpengaruh terhadap
pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka
ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia dipoiklinik, khususnya
diruang tunggu, perlu dipasang poster-poster, disediakan selebaran (leaflet).
Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita
pasien yang diantarannya, sipengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit
memberikan juga penyuluhan kepada pasien. Bahkan jika pasien yang
bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang
disajikan, maka seolah-olah ia berada dalam suatu lingkungan yang
mendorongnya untuk berprilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau
masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.
c) Advokasi
Advokasi bagi kepentingan pasien rawat jalan umumnya diperlukan juga pasien
tersebut tidak mampu. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi pasien tidak
mampu memang sudah dibayar melalui program BPJS.
2) Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang
acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera
dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus
dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya masalah.
Sementara itu, pasien yang dengan penyakit kronis dapat menunjukan reaksi yang
berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini
dikarenakan penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan
serta dampak social kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini
kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam
pelaksanaan pemberdayaan.
a) Pemberdayaan
Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien
rawat inap pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap
pasien rawat inap penyakit kronis(kanker, tuberkolusis, dan lain-lain). Terdapat
beberapa cara pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal
ini.
 Konseling di Tempat Tidur
Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien
rawat inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya
dan harus terus berbaring. Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi
konselor harus mendatangi pasien demi pasien, duduk di samping tempat
tidur pasien tersebut, melakukan pelayanan konseling.
 Konseling berkelompok
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya barang sejenak,
dapat dilakukan konseling secara berkelompok (3 – 6 orang). Untuk itu maka
di bangsal keperawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat
atau ruangan berkumpul. Konseling berkelompok ini digunakan untuk
meningkatan pengetahuan pasien, mengubah sikap dan perilaku pasien serta
merupakan sarana bersosialisasi para pasien. Untuk konseling berkelompok
sebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi untuk kelompok.
b) Bina suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para
penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan
beberapa saat sebelum jam besuk di mulai.
 Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit
menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika demikian, maka ruang tunggu
ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang
tunggu dapat dipasang berbagai poster, juga dapat disediakan
selebaran/leaflet.

 Pendekatan Keagamanaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan
keagamaan. Dalam hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya
sendiri atau pun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk
melakukan pembacaan doa-doa yang disambung dengan tausiah/nasihat
tentang pentingnya melaksanakan perilaku tertentu.
c) Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi juga diperlukan,
khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan perundang-
undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan menghimpun dukungan sumber
daya, khususnya untuk membantu pasien yang tidak mamapu.
 Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran
Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya
singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang ini pasien/keluarga tidak
berada dalam waktu yang lama namun hendaknya promosi kesehatan tetap
harus dilakukan seperti pemasangan poster-poster atau leaflet-leaflet.

B. Di luar Gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS
yaitu :
1. PKRS di tempat parkir yaitu pemanfataan ruangan yang ada gedung parkir sejak
dari bangnuan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung parkir.
2. PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-lain.
3. PKRS diluar gedung dilaksanakan pada saat kegiatan bakti sosial di daerah yang
sudah di tentukan oleh direktur RSU KMC.

C. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan kesehatan


Setiap 3 bulan sekali panitia PKRS membuat laporan pelaksanaan kegiatan edukasi
yang dilakukan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan edukasi dan rencana tindak
lanjut dari kegiatan yang sudah dilakukan dan dilaporkan kepada Direktur RS
Kuningan Medical Center.
BAB V
LOGISTIK

Logistik yang diperlukan untuk tim PKRS dalam melakukan kegiatan promosi
kesehatan meliputi persediaan peralatan dan perbekalan seperti alat audiovisual, alat
tulis, materi penkes ( leaflet ), dan formulir dokumentasi.
Kelompok peralatan yang dibutuhkan
1. Laptop
2. LCD
3. Alat Kesehatan
4. Materi penkes berupa poster, leaflet, banner, spanduk dll
5. Formulir dokumetasi
6. Alat peraga

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Promosi kesehatan rumah sakit yang diberikan pada pasien dan keluarga berfokus
pada keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi,
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah
kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara
menyeluruh dan terpadu. Upaya untuk meningkatakan keselamatan pasien salah satu cara
yang dapat dilaksanakan adalah dengan melakukan promosi kesehatan kepada pasien dan
keluarga agar pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat terkait masalah
kesehatan yang dialami.
A. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien melalui tindakan
pendidikan kesehatan antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang :
1. Proses penyakit dan penatalaksanaan medis
2. Penggunaan obat yang aman dan interaksi obat
3. Keamanan penggunaan peralatan medis
4. Pencegahan resiko jatuh pada pasien anak, dewasa dan lansia
5. Pencegahan infeksi di rumah sakit
B.Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Cedera
Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan
disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
1.Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
2.Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
3.Kejadian Sentinel

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu perlindungan
bagi tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

A. TUJUAN
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar tercapai
pelayanan dan produktifitas kerja yang optimal, dengan tujuan khusus yaitu :
1. Memberikan perlindungan kepada sekuruh staf, pasien dan pengunjung
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran
lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan kerja aman.

B. PENGENDALIAN K3 PADA SAAT PEMBERIAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN


KELUARGA
Petugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena petugas berhubungan
langsung dengan pasien terutama saat pemberian pendidikan kesehatan secara tatap
muka. Oleh karena itu petugas perlu memperhatikan upaya pencegahan infeksi tersebut
antara lain :
1. Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan
2. Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien atau keluarga pasien yang
diberikan edukasi memiliki penyakit menular seperti TBC
3. Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi
4. Memberikan pendidikan tentang pencegahan infeksi seperti cara cuci tangan, cara batuk
efektif, pengelolaan sampah diruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. DEFINISI
Mutu Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah pelayanan PKRS
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya
sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan.

B. TUJUAN
1. Terciptanya pelayanan PKRS yang menjamin efektifitas pemberian pendidikan kesehatan
2. Meningkatkan efisiensi pelayanan
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan
4. Tercapainya mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya dalam pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga maka disusun suatu indikator untuk
mengukur kualitas pelayanan.

C. KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU


Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan PKRS maka ditetapkan Standar Mutu
Pelayanan PKRS yang merupakan bagian dari standar mutu rumah sakit.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian
standar mutu tahun sebelumnya.
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun
3. Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Ketua Panitia PKRS dan
dilaporkan setiap triwulan kepada Direksi.
Indikator mutu yang digunakan adalah presentase pasien yang dilakukan edukasi oleh
tenaga kesehatan.

D .KEGIATAN PENINGKATAN MUTU


1. Merupakan kegiatan – kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan yang telah
dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahunan berikutnya yang
meliputi :
 Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat
 Program pengembangan peralatan
 Program pengembangan ruangan dan fasilitas
 Program pengembangan sistem
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukan kedalam program
kerja tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun
sebelumnya(Rekapitulasi data, analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan
desember untuk membuat program peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi standar
mutu yang merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal – hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan maka
tindak lanjut perbaikan mutu harus segera dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Ketua Tim PKRS
BAB IX
PENUTUP

Dengan adanya buku Pedoman ini diharapkan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat
meningkatkan keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan
yang dialami.
Bagi para staf promosi kesahatan rumah sakit (PKRS) diharapkan Buku Pedoman ini
dapat membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan
upaya-upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

RSU. KUNINGAN MEDICAL CENTER

dr. Toto Taufikurohman Kosim


Direktur

Kegiatan Tim PKRS


RSUD Dr. R. Soeprapto
Cepu
1. Promosi Kesehatan di
Ruang Pendaftaran

Anda mungkin juga menyukai