PENDAHULUAN
1.1 Defenisi
Secara umum, definisi komunikasi adalah sebuah proses
penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang
lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; )
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampain pikiran-
pikiran komukiasi atau informasi.
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak
mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang
bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.
Komunikasi yang efektif dan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan
yang dipahami oleh penerima, akan mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
dilaksanakan secara elektronik, lisan atau tertulis. Kesenjangan dalam
komunikasi saat serah terima atau pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Komunikasi lain juga mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium
klinik menelpon unit pelayanan pasien unuk melaporkan hasil
pemeriksaan segera atau cito.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui penelpon untuk
menuliskan (atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap
atau hasil pemeriksaan untuk penerima informasi, penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan
menginformasikan bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan
ulang adalah akurat.
Komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering
disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus sentinel, komunikasi
harus tepat pada waktunya, akurat, lengkap, tidak rancu dan dimengerti
oleh sang penerima. Penelitian juga menunjukkan bahwa penundaan
dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi secara
negatif hasil akhir pasien.
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga
berpartisipasi dalam proses pelayanan, rencana pelayanan
dan pengobatan dengan cara dan pelayanan, rencana
pelayanan dan pengobatan dengan cara dan bahasa yang
dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga sehingga pasien
atau keluarga dapat berpartisipasi dalam membuat keputusan
pelayanan tanpa merasa dipaksa dan rasa takut. Untuk itu
staf rumah sakit dididik dan dilatih untuk dapat memberikan
informasi yang tepat dan lengkap, dapat berkomunikasi efektif
dan jelas dengan pasien dan keluarga.
Dalam menunjang pelayanan kesehatan dibutuhkan
informasi dan komunikasi yang akurat antar Profesional
Pemberi Asuhan (PPA), antara unit dengan unit baik pelayanan
maupun penunjang, antara PPA dengan kelompok non
profesional, antara PPA dengan manajemen, antara PPA
dengan pasien dan keluarga serta antara PPA dengan
organisasi di luar Rumah Sakit.
Untuk memberikan akses yang lebih luas, rumah sakit juga
mengembangkan informasi ke masyarakat melalui media sosial
RSUD Munyang Kute Redelong.
1.2 Tujuan Pedoman
a. Sebagai pedoman dalam melakukan komunikasi, informasi
dan edukasi kesehatan di RSUD Munyang Kute Redelong
b. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan
komunikasi yang efektif sehingga dapat menyampaikan
informasi dalam lingkungan rumah sakit secara akurat
dan tepat waktu.
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
1. Pengertian
Komunikasi yang dilakukan antar staf klinis dalam rangka
berkolaborasi untuk memberikan asuhan kepada pasien.
2. Sasaran
a) Dokter
b) Perawat
c) Bidan
d) Apoteker
e) Ahli Gizi
f) Fisioterapi
a) Pengertian
Tahapan yang harus dikerjakan pada saat pengisian
formulir pencatatan dan perencanaan terintegrasi
b) Prosedur
1) Pastikan semua form CPPT sudah di tempel label
identitas pasien.
2) Dokter rawat bersama : menulis nama dikolom yang
sesuai
3) Dokter dan PPA lain : tulis tanggal dan jam, tanda
tangan dan nama terang dikolom yang sesuai setiap
melakukan pencatatan perkembangan pasien.
4) DPJP/Dokter : menulis perkembangan pasien dengan
metode SOAP
5) DPJP mengisi stempel VERIFIKASI DPJP yang berisi
7
tanggal, jam, tandatangan dan nama DPJP sebagai
bukti bahwa DPJP telah memverifikasi catatan
asuhan PPA lain pada tanggal yang sama disaat visite.
8
4) DPJP menulis di lembar konsultasi
5) Bidan atau perawat ruangan menghubungi dokter
yang ditunjuk
6) Dokter yang di tunjuk memberikan jawaban bisa
secara Iisan atau datang, memeriksa pasien dan
kemudian menulis jawaban konsul di lembar konsul.
Untuk kunjungan/ tindakan berikutnya, dokter yang
ditunjuk menulis hasil pemeriksaan di catatan
terintegrasi.
5. Prosedur komunikasi dengan menggunakan SBAR
Format muatan informasi dalam proses komunikasi antar
petugas medis (baik saat perawat melakukan laporan atau konsultasi
ke dokter, saat perawat melakukan pergantian shift dan atau
konsultasi antar dokter yang merawat) menggunakan pendekatan
atau formula SBAR atau Situation, Background, Assesment,
Recommendation, dengan Langkah :
a) Ucapkan salam sesuai waktu saat komunikasi (pagi, siang, sore)
b) Perkenalkan : nama, asal rumah sakit, ruangan mana ?
c) Bila komunikasi dilakukan melalui telepon, pastikan orang yang
dihubungi adalah benar dengan mengkonfirmasi namanya
(“apakah benar saya berbicara dengan....?”)
d) Jelaskan Situation (situasi atau kondisi yang dilihat pada pasien)
yang terjadi
1) Sebutkan identitas petugas yang berbicara: nama, ruangan
dan rumah sakit tempat bertugas
2) Sebutkan identitas pasien yang dilaporkan: Nama
(Tn/Ny/Nn/An....), tanggal lahir atau umur dan ruang
perawatan.
3) Jelaskan perubahan kondisi pasien yang diamati: berdasarkan
pengamatan petugas, keluhan subyektif pasien, atau
perubahan tanda-tanda obyektif yang ditemukan pasien
e) Jelaskan Background (latar belakang medis) yang berkaitan
dengan situasi tersebut :
9
1) Tanggal mulai dirawat
2) Diagnosa awal dan diagnosa kerja saat ini
3) Hasil pemeriksaan sebelumnya: pemeriksaan fisik, laboratoris,
radiologis, dan lain-lain
4) Terapi (obat-obatan dan tindakan) yang diberikan sebelumnya
5) Riwayat alergi obat (bila ada)
f) Sebutkan Assesment (penilaian atas kondisi) terkait dengan
situasi tersebut :
1) Kemungkinan-kemungkinan yang tejadi pada pasien terkait
perubahan kondisi yang ditemukan pada pasien menurut anda
sebagai petugas medis saat itu
2) Tindakan-tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu.
g) Sebutkan Recommendation (rekomendasi tindak lanjut) yang
dianjurkan sebagai petugas medis saat itu, rekomendasi yang
dianjurkan bisa antara lain :
1) Permintaan untuk : melihat pasien sesegera mungkin, rujuk
atau mentransfer pasien, konsultasi ke dokter lain, atau
menjelaskan pada pasien atau keluarganya tentang perubahan
kondisi yang terjadi
2) Permintaan untuk : advis pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan
3) Permintaan untuk : advis perubahan terapi atau tindakan lain
yang diperlukan
h) Setelah diberikan advis untuk melakukan tindak lanjut, lakukan
prosedur Write back – read back – repead back terhadap advis
tersebut sebelum dilakukan
i) Ucapkan terima kasih dan salam penutup
10
terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan
baik. bila di waspadai ada nama-nama obat yang
NORUM/LASA (Nama obat rupa sama/ Look Like Sound
Like) di eja menggunakan kode alfabet yang sudah
distandarisasi yang berlaku di RSUD Munyang Kute
Redelong . Contoh :
“cefotaxime (charlie, echo, foxtrot, oscar, tanggo, alfa, x-
ray, india, mike, echo).
c) Penerima pesan dan pemberi pesan saling
mengkonfirmasi kebenaran isi pesan atau perintah
(KONFIRMASI)
hasil instruksi dari pemberi pesan dilakukan konfirmasi
ulang untuk memastikan kebenaran isi pesan. Contoh :
“sudah benar ya, dokter,,,?”
d) Petugas mendokumentasikan pesan yang disampaikan
melalui lisan atau per telepon di CPPT rekam medik
pasien dengan dengan format SOAP dan membubuhkan
tambahan tulisan/stempel “Verifikasi” dilengkapi tanggal
dan jam lapor serta stempel nama pemberi dan penerima
pesan.
e) Semua perintah lisan/pertelpon yang berhubungan
dengan pengobatan/ prosedur dan hasil-hasil
pemeriksaan yang disampaikan sebelumnya, dikonfirmasi
ulang pada saat DPJP Visite, instruksi harus dicek
kembali oleh DPJP kemudian ditanda tangani pada
kolom cap konfirmasi paling lambat 1x24 jam pada hari
aktif. atau harus pada kesempatan pertama kali bertemu
dokter. Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat
maka cap konfirmasi dapat ditandatangani oleh dokter
jaga.
7. Hand-over (Timbang Terima)
a) Pengertian
11
handover. Operan adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan / kondisi pasien dan hal-hal
penting lainnya.
b) Hand over antar shif jaga
12
1) Serah terima menggunakan form transfer intra rumah
sakit
2) Siapkan rekam medis pasien dan dokumen penunjang
pasien yang akan ditransfer
3) Pastikan form transfer intra rumah sakit sudah terisi
lengkap
4) Lakukan identifikasi pasien yang akan ditransfer
5) Lakukan serah terima pasien di kamar ruangan
pasien
6) Sampaikan hal-hal yang sudah dilakukan, tindak
lanjut selanjutnya dan infromasi penting lainnya
terkait pasien.
7) petugas yang menyerahkan dan yang menerima
pasien saling mengkonfirmasi informasi terkait
pasien sudah tersampaikan dengan benar.
8) Petugas yang menyerahkan dan yang menerima
pasien tanda tangan di form transfer intra rumah
sakit, tulisa tanggal, jam dan beri stempel nama
petugas.
d) Serah terima pasien (hand over) dari rawat inap ke unit
penunjang medis (radiologi, fisioterapi)
1) Serah terima menggunakan form serah terima pasie ke
penunjang medis yang berisi identitas pasien, tanggal,
jam, diagnosa, jenis pemeriksaan, hal penting terkait
pasien, tanda tangan perawat/bidan dan bagian
petugas penunjang medis.
2) Pastikan form permintaan untuk pemeriksaan
penunjang radiologi sudah terisi lengkap.
3) Identifikasi pasien sebelum di kirim ke instalasi
penunjang medis.
4) Lakukan serah terima dengan petugas penunjang
medis dan sampaikan hal-hal penting terkait pasien.
5) Perawat/ bidan dan petugas penunjang medis pasien
tanda tangan di form serah terima pasien ke
13
penunjang medis.
e) Pelaporan hasil pemeriksaan kritis
a) Proses penyampaian hasil pemeriksaan kritis kepada
DPJP.
b) Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai
hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan
segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
kurang dari 30 menit sejak hasil diverifikasi oleh PPA
yang berwenang di unit pemeriksaan penunjang
diagnostik.
PERAWAT PERAWAT
DPJP / dr. Jaga / Konsulen Jaga DPJP / dr. Poli / Dokter spesialis
15
1) Petugas menyiapkan dokumen rekam medis
2) Petugas melakukan pengkajian kemauan dan
kemampuan belajar pasien dan keluarga pasien
dengan menggali informasi mengenai :
Keyakinan dan nitai-nilai pasien dan keluarga
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan, gaya
bicara dan bahasa yang digunakan
Hambatan emosional dan motivasi
Keterbatasan fisik dan kognitif
Kesediaan pasien atau keluarga menerima
informasi dan kebutuhan pembelajaran
3) Jika pasien atau keluarga bersedia menerima
informasi yang akan disampaikan petugas,
maka petugas dapat melakukan pengkajian
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
pasien
4) Jika pasien atau keluarga tidak bersedia
menerima informasi maka petugas mencatatnya
dalam rekam medis
5) Petugas memberikan kesempatan pada pasien dan
atau ketuarga untuk bertanya dan memberikan
kritik saran kepada RSUD Munyang Kute
Redelong
6) Petugas membuat rencana pendidikan yang akan
diberikan kepada pasien berdasarkan hasil
pengkajian kemauan belajar pasien
7) Petugas mencatat hasil pengkajian kemauan
belajar pasien dalam dokumen rekam medis
pasien
2. Asasmen kebutuhan edukasi
a. Pengertian
Kegiatan pengkajian untuk mengidentifikasi
kebutuhan pengetahuan masing-masing pasien dan
keluarganya.
16
b. Prosedur
1) Petugas menganalisa kebutuhan edukasi pasien
dan atau keluarga dengan melihat data rekam
medis dan menanyakan gejala penyakit yang
dirasakan, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, pengobatan yang dilakukan
sekarang, dan cara cuci tangan.
2) Setelah menganalisa, petugas memberikan
informasi tentang kondisi kesehatan dan
diagnosa penyakit pasien, penggunaan obat,
manajemen nutrisi dan diet, manajemen nyeri,
rencana tindakan,penggunaan peralatan medis,
rencana rehabilitasi dan cara cuci tangan yang
benar.
3) Petugas memberikan edukasi sesuai keyakinan,
tingkat edukasi, hambatan emosional,
keterbatasan fisik dan kognitif, kesediaan pasien
menerima informasi, kebutuhan pasien dan atau
keluarga pasien dengan sopan dan bahasa yang
mudah dimengerti dengan menggunakan materi
penunjang berupa leaflet
4) Petugas memberikan kesempatan pada pasien dan
atau keluarga untuk bertanya dan memberikan
kritik saran
5) Petugas melakukan review materi edukasi yang
telah diberikan untuk mengetahui tingkat
pemahamani penerimaan materi yang telah
disampaikan
6) Jika pasien dan atau keluarga belum paham
dengan materi yang diberikan maka petugas akan
kembali memberikan penjelasan
7) Jika pasien dan atau keluarga telah memahami
materi yang diberikan, petugas segera mengakhiri
pemberian edukasi
17
8) Petugas mencatat hasil pengkajian edukasi
pasien dalam rekam medis dengan benar, jelas,
lengkap dan jujur
9) Petugas menulis hari, tanggal dan nama petugas
yang melakukan asesmen
10) Petugas menandatangani form asesmen edukasi
19
informasi yang berkaitan dengan proses penyakit yang
dideritanya
b. Prosedur
20
rawat inap secara individu agar pasien dapat
mengetahui alur atau prosedur yang diperlukan
b. Prosedur
1) Kaji kebutuhan edukasi pasien dan atau keluarga
saat di rawat inap
22
secara kolaboratif dari disiplin klinis maupun bagian
lain
2) Dokter merencanakan edukasi yang akan
diberikan kepada pasien
3) Dokter merekomendasikan disiplin klinis atau
bagian lain seperti dokter spesialis lain, gizi,
farmasi, rehabilitasi medis atau Hu Care untuk
melakukan edukasi kepada pasien secara bersama
4) Dokter menulis dalam rekam medis pasien advis
untuk disiplin klinis atau bagian lain yang
dibutuhkan pasien
5) Perawatibidan menyampaikan advis tersebut kepada
disiplin klinis atau bagian yang dituju
6) Perawatibidan mempersilakan petugas untuk
melakukan edukasi, pemeriksaan atau tindakan
kepada pasien sesuai dengan kompetensinya
7) Apabila dalam melakukan asesmen kepada
pasien didapatkan permasalahan, maka petugas
berkomunikasi dengan disiplin klinis atau bagian
yang dituju secara langsung atau dengan
menuliskan dalam lembar asuhan komprehensif
untuk mencari solusi yang relevan bagi pasien
8) Petugas mendokumentasikan kegiatan datam
rekam medis
9. Pemberian penyuluhan kepada pasien atau keluarga
a. Pengertian
Tata cara penyuluhan kepada pasien atau keluarga
pasien tentang hal-hai yang berhubungan dengan
penyakit. Pasien dapat mengerti tentang haf-hal yang
berhubungan dengan penyakit
b. Prosedur
1) Membuat SAP sesuai materi penyuluhan
2) Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
pasien
23
3) Mengunakan bahasa yang mudah di terima
4) Mengunakan cara diskusi dan atau demonstrasi
5) Mengunakan alat bantu bila di periukan
6) Mengadakan evaluasi
7) Memberikan umpan balik
8) Menyusun perencanaan lanjutan
b. Melalui Rapat
1. Rapat koordinasi
Rapat koordinasi dilakukan secara rutin dan isidentil,
dalam Rapat koordinasi ini semua pejabat struktural
hadir dan membicarakan mengenai hal-hal terkait
pelayanan maupun informasi – informasi lainnya yang
harus dibahas atau dikoordinasikan dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Rapat rutin
Rapat rutin dilakukan setiap hari dan disebut
disebut morning Report, dalam morning report juga
disampaikan informasi- informasi terkini sehingga
seluruh atasan dapat mengetahui dan meneruskan
informasi tersebut kepada staf dibawahnya. Koordinasi
bersifat dua arah dimana unit lain dapat melakukan
timbal balik terhadap informasi yang disampaikan oleh
unit lain.
3. Rapat insidentil
Rapat insidentil dilakukan untuk melakukan
koordinasi antar unit dimana dalam rapat tersebut
informasi diproses sehingga dapat dilakukan tindak
lanjut oleh seluruh peserta rapat, bahkan ketika harus
dilaksanakan oleh seluruh staf rumah sakit.
4. Surat Edaran
Surat edaran merupakan salah satu bentuk
penyampaian informasi tentang perubahan terhadap
suatu hal seperti peraturan / ketentuan tertentu atau
informasi baru. Contoh surat edaran adalah
pemberitahuan perubahan jadwal praktek dokter,
25
informasi dokter baru, surat edaran hari libur,
pemakaian seragam dan lain-lain.
5. Disposisi
Disposisi dapat digunakan untuk melakukan
komunikasi dari direktur untuk mendapatkan
persetujuan atau pertimbangan ke Pemerintah Kota
atau dari direktur ke unit lain. Disposisi dapat
digunakan sebagai media dalam berkomunikasi dan
dapat melibatkan banyak unit. Namun hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan pada lembar disposisi
harus jelas, sehingga penerima informasi dapat
memahami informasi sehingga dapat melakukan tindak
lanjut.
6. Diklat
Dalam kegiatan diklat dapat tersampaikan juga
informasi kegiatan-kegiatan yang perlu diikuti oleh
staf/Instalasi/unit untuk menambah wawasan dan
pengetahuan petugas yang ada di Rumah sakit
7. Kotak saran
Kotak saran dapat merupakan sarana komunikasi
efektif yang didapat dari unit/instalasi untuk
mendapatkan/ menerima masukan- masukan
sehubungan dengan budaya keselamatan di Rumah
sakit
8. Aplikasi Komunikasi
Aplikasi komunikasi dapat juga melalui SMS, WA,
Group WA, email dan aplikasi yang lainnya
b. Melalui Rapat
1. Rapat koordinasi
27
hadir dan membicarakan mengenai hal-hal terkait
pelayanan maupun informasi – informasi lainnya yang
harus dibahas atau dikoordinasikan dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Rapat rutin
28
pada lembar disposisi harus jelas, sehingga penerima
informasi dapat memahami informasi sehingga dapat
melakukan tindak lanjut.
F. Komunikasi Efektif Antara Rumah Sakit Dengan Masyarakat
Komunikasi yang dilakukan rumah sakit terhadap
masyarakat merupakan hal penting yang harus dilakukan.
Selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
rumah sakit, dari komunikasi yang dilakukan tersebut dapat
terjalin kerja sama sehingga dari rumah sakit akan mendapatkan
banyak masukan terkait dalam pemberian pelayanan kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
Selain itu, bahasa yang digunakan oleh rumah sakit juga
harus diperhatikan. Dalam hal ini rumah sakit menentukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, namun karena rumah
sakit yang mayoritas penduduknya Suku Jawa, maka proses
komunikasi menggunakan bahasa jawa. Penggunaan bahasa
jawa disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan usia lawan bicara.
Untuk melakukan bentuk komunikasi rumah sakit
terhadap masyarakat, maka hal yang harus dilakukan Rumah
sakit adalah terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan dari
populasi tersebut. Cara rumah sakit mengidentifikasi adalah
melalui data cakupan mengenai daftar dusun terbanyak yang
datang berobat ke rumah sakit. Dari data tersebut dapat
ditentukan zona mana yang dapat didatangi rumah sakit untuk
diberikan informasi mengenai pelayanan rumah sakit dan
memfasilitasi akses terhadap ke pelayanan dan maupun akses
terhadap informasi tentang pelayanan asuhan pasien.
Bentuk implementasi komunikasi rumah sakit terhadap
masyarakat dilakukan dalam beberapa bentuk, meliputi :
1) Penyuluhan Kesehatan secara berkelompok di ruang tunggu pasien
2) PKRS melalui media Media sosial
3) Papan neon box tentang jenis layanan , daftar dokter di
halaman RSUD Munyang Kute Redelong
4) Poster atau spanduk tentang informasi pelayanan yang ada di
29
RSUD Munyang Kute Redelong
BAB IV
DOKUMENTASI
30