Anda di halaman 1dari 26

1

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RS BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF


DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya
dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum.
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua
berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan
teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka,
melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama.
Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi.
Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah
“dialog antara orang satu”.
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

/B.TUJUAN.....
Pedoman komunikasi efektif
2

B. Tujuan
Mencapai suatu komunikasi yang efektif dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan di
Rumah Sakit yang mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi efektif
pada masyarakat, pasien dan keluarga, serta antar staf klinis di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu.

C. Ruang Lingkup
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pelayanan, Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui
pembuatan keputusan tentang pelayanan, bertanya tentang pelayanan, dan bahkan
menolak prosedur diagnostik dan pengobatan. Rumah sakit mendukung dan
meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
dengan mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang
terkait.
Komunikasi efektif yang dilakukan adalah mengenai penjelasan dokter atau petugas
pelayanan kepada pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga berpartisipasi
untuk terlibat dalam proses pelayanan melalui pembuatan keputusan tentang
pelayanan, sehingga tercapainya kepuasan pasien/keluarga atas pelayanan kesehatan
di RS Bhayangkara Hasta Brata Batu.
Komunikasi Efektif juga untuk Kepuasan Pasien sebagai pelanggan, kepuasan
pasien secara umum mengandung pengertian :
1. Respons emosional yang menyenangkan pasien/pelanggan berdasarkan penilaian
terhadap apa yang telah diterima/dirasakan.
2. Pelayanan yang diterima dibandingkan harapannya, atau pengalamannya terdahulu
terhadap suatu produk/jasa maupun pelayanan di tempat lain lebih baik. Memahami
harapan pasien sebagai pelanggan adalah kunci karena:
a. Pasien akan memiliki beberapa harapan yang mendasar atau utama, yakni:
1) Kesopanan yang wajar.
2) Pengetahuan tentang produk atau jasa
3) Waktu untuk menjawab yang memadai
4) Harga yang wajar
5) Kejujuran.
b. Harapan Pasien adalah mendapatkan nilai kepuasan terhadap pelayanan anda
yang diharapkan akan diterimanya.
c. Harapan pasien dapat berubah-ubah berdasarkan tempat pelanggan melakukan
bisnis dan sangat dipengaruhi oleh faktor Emosional.

/D.batasan.....
Pedoman komunikasi efektif
3

D. Batasan Operasional
1. Komunikasi dengan masyarakat
2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
a. Asuhan pelayanan yang di sediakan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu;
b. Akses terhadap pelayanan yang disediakan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu;
c. Assesmen kemampuan dan pelayanan;
d. Penjelasan hasil Assesmen, diagnosis, dan rencana asuhan;
e. Penjelasan hasil asuhan dan pengobatan termasuk yang tidak diharapkan;
f. Persetujuan tindakan kedokteran;
g. Penjelasan hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam proses asuhan;
3. Komunikasi efektif antar staf klinis
a. Pelaporan hasil nilai kritis laboratorium
b. Hal-hal kritikal di komunikasikan di antara professional pemberi asuhan pada
waktu serah terima pasien.
4. Informasi yang harus disampaikan secara akurat dan tepat waktu ke seluruh Rumah
Sakit.
5. Penetapan pertemuan disetiap dan antar tingkat Rumah Sakit.

E. Landasan Hukum
1. PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) 004 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;

/BAB…..

Pedoman komunikasi efektif


4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi.(Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz
&Weihrich,1988).
Menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain. Seseorang dapat mempengaruhi sikap, pendapat dan
perilaku orang lain apabila terjalin komunikasi yang komunikatif. Paradigma Lasswell
dalam Effendy (2005) menjelaskan komunikasi meliputi unsur-unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan (Who says, what in, which channel, to whom,
with what effect?) diantaranya: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Adapun makna komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005) adalah
komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan
yang disadari. Sedangkan menurut Walter Lippman dalam Effendy (2005) bahwa
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang tepat
agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat dimengerti,
diterima bahkan dilakukan oleh komunikan. Komunikasi dapat efektif apabila pesan
diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

B. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
C. Unsur komunikasi
1. Sumber/ komunikator (dokter, perawat, apoteker, analis, radiographer, admission,
administrasi irna, kasir, dll
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic, Lisan, dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, apoteker, analis,
radiographer, admission, administrasi irna).
4.sumber…..
Pedoman komunikasi efektif
5

D. Sumber/ Komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal – hal yang menjadi tanggung jawab pengirim
pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta
kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
penerima pesan (komunikan).

E. Isi Pesan (Apa yang disampaikan)


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.Pada kesempatan tertentu, media
dapat tidak digunakan oleh pengirimya itu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran
Indonesia, hal 8).
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet,
vcd, (peraga).
G. Penerima / Komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim
dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan baik
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung
dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
H. Pemberi / Komunikator Yang Baik Adalah:
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

/1.cara…..

Pedoman komunikasi efektif


6

1. Cara berbicara (talking) termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan


tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi;
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat;
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata / kalimatnya, gerak tubuh);
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak

mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,


raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

I. Komunikasi yang Efektif


Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalah pahaman).
Prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap
isi pesan tersebut oleh si penerima pesan
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

/10.komunikasi…..

Pedoman komunikasi efektif


7

J. Komunikasi Dengan Masyarakat


Masyarakat memiliki struktur dan lapisan yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya, hal ini tergantung pada komplektifitas masyarakat itu sendiri. Semakin
besar perbedaan kebudayaan yang mereka miliki, maka semakin rumit proses-proses
sosial yang dapat dilakukan. Oleh karena itu komunikasi yang baik, sangat diperlukan
untuk mempermudah proses sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik berupa pesan, ide,
maupun gagasan dari suatu pihak kepada pihak yang lain. Komunikasi dapat dilakukan
dengan cara verbal/lisan seperti berbicara secara langsung denga menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh kedua pihak, maupun dengan cara non verbal apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti dengan cara menggunakan bahasa
tubuh atau gerak badan seperti menganggukan kepala, menggelengkan kepala dan
menunjukan ekspresi wajah dengan tersenyum. Subtansi dalam komunikasi ditentukan
oleh:
1. Pihak yang terlibat komunikasi
2. Cara yang digunakan dalam berkomunikasi
3. Kepentingan dan tujuan komunikasi
4. Ruang lingkup
5. Media informasi
Oleh karena itu, komunikasi yang terjadi pada masyarakat dapat berupa komunikasi
secara langsung, seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat atau dalam komunikasi
interpersonal dan kelompok. Selain itu masyarakat juga biasa melakukan komunikasi
secara tidak langsung seperti yang terjadi pada komunikasi massa
a. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan dan
bertatap muka antara individu satu dengan yang lain maupun kelompok dengan
kelompok. Dimana mereka saling bertukar pikiran atau informasi yang mereka
miliki.
Dalam komunikasi langsung komunikator dan komunikan harus bertemu dan
proses komunikasi yang terjadi akan dipengaruhi oleh perasaan, maupun emosi
kedua belah pihak.
b. Komunikasi Masa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa
dengan maksud dan tujuan tertentu untuk disampaikan.
Unsur-unsur penting dalam komunikasi masa adalah :

/komunikator…..
 Komunikator
Pedoman komunikasi efektif
8

Komunikator dalam media masa adalah:


 Pihak yang mengandalkan media masa dengan teknologi
telematika modern sehingga dapat menyebarkan informasi,
maka informasi ini akan cepat ditangkap oleh publik.
 Komunikasi dalam penyebaran informasi mencoba berbagi
informasi, pemahaman, wawasan dan solusi.
 Media Masa
 Informasi (pesan) masa
 Umpan balik

K. Penerapan prinsip komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat

Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makhluk Tuhan, individu
dan sosial budaya. Yang saling berkaitan dimana kepada Tuhan memiliki kewajiban
untuk mengabdi pada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan
pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan
orang lain dalam kehidupan selaras dan saling membantu. Dalam menjalani kehidupan
selaras dengan manusia lain, diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi adalah
proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima melalui saluran atau media.
Sehingga terbentuk interaksi dalam masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.
Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya
pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan
dibahas di artikel ini adalah aspek kesehatan.
Khususnya tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan pada dasarnya merupakan
masalah semua manusia. Karena tidak ada satu manusiapun yang dapat terbebas dari
penyakit. Namun, terkadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan
kesehatan sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi dirinya maupun
orang lain disekitarnya. Masalah kesehatan juga dapat timbul dari faktor penyakit
(agent) yang dapat menyebabkan seseorang menderita sakit. Oleh karena itu,
diperlukan tenaga ahli dalam bidang kesehatan masyarakat, yang dapat membawa
masyarakat ke hidup yang lebih sehat. Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah
sarjana kesehatan masyarakat atau biasa disebut SKM.

/prinsip…..
Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.
Pedoman komunikasi efektif
9

Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan apa yang
dilakukan masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat
menyampaikan informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon
mereka. Apakah mereka senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka
yang kurang sedap. Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat
dilakukan. Misalnya jika respon audience hanya diam saja atau menunjukkan respon
yang kurang baik seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan
sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik dan
menyenangkan sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat kembali. Maksudnya, apa
yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada.
Mungkin memang kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun,
ucapan itu tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja. Sehingga
sebagai seorang SKM, dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat
harus selalu berhati-hati. Jangan sampai informasi-informasi tersebut disampaikan
dengan cara yang kurang sopan atau mungkin menyakiti hati audience. Sekali hati
seseorang terluka, akan sulit untuk mengobatinya. Dengan demikian untuk mencapai
sebuah komunikasi yang efektif, prinsip yang satu ini juga harus diperhatikan.

L. Komunikasi Dengan Pasien Dan Keluarga

1. Asuhan Pelayanan yang disediakan


Asuhan pelayanan yang disediakan di RS meliputi:
a. UGD 24 jam
b. Layanan Rawat Inap
c. Layanan Poli, terdiri dari :
1) Poli Penyakit dalam
2) Poli bedah
3) Poli urologi
4) Poli anak
5) Poli obgyn
6) Poli THT
7) Poli saraf
8) Poli paru
9) Poli orthopedi
d. Layanan Laboratorium
e. Layanan Radiologi
f. Layanan Farmasi
2. Akses terhadap pelayanan yang disediakan
Pedoman komunikasi efektif
10

Pasien dapat melakukan akses untuk mendapat perawatan :


a. Rawat Jalan – Poliklinik
b. IGD
Pasien dapat mengakses layanan perawatan di Pendaftaran dengan membuat
perjanjian atau dengan datang langsung. Pasien akan dilayani di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu jika tersedia jenis layanan yang di butuhkan.
Apabila layanan yang di butuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien
harus di rujuk ke rumah sakit lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang
dibutuhkan pasien saat itu dengan sebelumnya dilakukan test pemeriksaan
penunjang sebagai dasar pengambilan keputusan sesuai standard pelayanan
medis.
Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan
yang sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu atau jika pasien ingin untuk dipindahkan ke
rumah sakit dikarenakan asuransi atau masalah lainnya (merujuk kepada
kebijakan transfer pasien).
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan, atau
yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam
data pasien dan mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap
(termasuk bayi baru lahir), pasien rawat jalan, dan pasien yang hanya
memeriksakan spesimen (contoh: sample darah) diregisterkan sebagai pasien.
Keberhasilan mengidentifikasi pasien menurunkan angka duplikasi registrasi.
Jika pasien tidak mempunyai satu identitas unik dan spesifik maka hal ini dapat
mengganggu pelayanan pasien.
1. Proses Penerimaan Pasien Rawat Jalan:
a. Pasien datang di bagian loket pendaftaran dan diterima oleh petugas
pendaftaran.
b. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru
(pasien yang baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu
berobat dan kehilangan kartu) atau pasien lama;
c. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran
mendaftar pasien sebagai berikut:
Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan
pasien baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
1) Petugas pendaftaran mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat)
2) Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
/3)petugas…..
3) Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien kepoli /
unit pelayanan yang dituju;
Pedoman komunikasi efektif
11

d. Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat pasien.


Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang
akan dituju dengan mewawancarai pasien tersebut;
1) Petugas membuat tracer berdasarkan KIB pasien.
2) Petugas mengambil berkas rekam medis pasien ke filing sesuai
dengan tracer tersebut.
3) Apakah berkas rekam medis pasien sudah terkumpul
4) Jika berkas belum terkumpul, maka petugas menunggu sampai berkas
terkumpul di bagian admisi.
5) Jika berkas sudah terkumpul, maka petugas mendistribusikan semua
berkas rekam medis pasien ke poliklinik yang dituju.
e. Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan
1) Petugas Instalasi Rawat Jalan memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien.
2) Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain
3) Jika Ya petugas, maka petugas membawa formulir rujukan ke unit
yang dituju.
4) Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di
bagian farmasi.
5) Kemudian petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan
administrasi pembayaran di kasir.
f. Jenis-jenis pendaftaran:
1) Pendaftaran Instalasi Rawat Jalan: Pemesanan kamar bagi pasien
rawat jalan yang akan rawat inap oleh bagian pendaftaran. Dokumen
yang diperlukan akan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien
akan mendapatkan kamar perawatan yang sesuai dan tersedia di
Instalasi rawat inap.
2) Pendaftaran dari IGD: Pasien dari IGD yang memerlukan pendaftaran
rawat inap, pemesanan kamar oleh petugas IGD ke rawat inap
kemudian keluarga membawa formulir permintaan rawat inap dari IGD
ke pendaftaran. pasien akan diberikan kamar rawat yang tersedia di
ruang rawat inap.

/3)pendaftaran…..
3) Pendaftaran pasien observasi: Pasien dapat di observasi di emergensi
sesuai kondisi pasien sejak pasien masuk rumah sakit, selanjutnya
dokter harus memutuskan apakah pasien masuk dalam perawatan
Pedoman komunikasi efektif
12

rumah sakit, rujuk ke rumah sakit lain atau pasien di pulangkan dan di
informasikan kepada pasien atau keluarga. Selama observasi pasien
dimonitor secara berkala. Ketika pasien diobservasi dan diputuskan
oleh dokter memerlukan perawatan rawat inap, harus melengkapi
formulir dan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan
diberikan kamar rawat yang tersedia di ruang rawat inap.
4) Pasien transfer dari rumah sakit lain : Ketika permintaan transfer
diterima oleh dokter jaga IGD, selanjutnya pemesanan kamar rawat
inap oleh petugas IGD.
5) Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap :
Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter spesialis
yang memiliki Surat Ijin Praktek di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu. Dokter spesialis akan menjabarkan kondisi pasien dan
diagnosis sementara kepada admission dalam Surat pengantar rawat
inap. Surat tersebut berlaku tidak lebih dari 24 jam. Jika lebih dari
masa berlaku tersebut, pasien harus dikaji ulang. Penerimaan pasien
non-emergensi atau pasien rujukan ke Rumah Sakit Bhayangkara
Hasta Brata Batu harus dilakukan verfikasi terlebih dahulu mengenai
kelayakan pasien serta kesediaan unit pelayanan sesuai kebutuhan
pasien untuk dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu.
Semua admission memerlukan kelengkapan lembar kerja admission dari
dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter spesialis, yaitu:
lembar admission (Surat Pengantar Rawat Inap), dan diagnosis saat datang.

2. Proses penerimaan pasien rawat inap:


1. Pasien datang di bagian pendaftaran dan diterima oleh petugas pendaftaran.
2. Petugas menyerahkan Surat Pengantar Rawat Inap yang berasal dari
poliklinik, IGD maupun rujukan dari dokter swasta.
3. Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada
pasien mengenai tempat/fasilitas dan jaminan kesehatan yang diinginkan.
4. Petugas mengecek / mencarikan tempat / fasilitas yang diinginkan.
5. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai
dengan permintaan pasien :

/a)jika…..
a) Jika setuju, maka petugas mengisi formulir persetujuan sesuai tempat
yang diinginkan pasien.
b) Jika tidak setuju, maka petugas merujuk pasien ke rumah sakit lain sesuai
permintaan pasien.
Pedoman komunikasi efektif
13

c) Petugas mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data sosial pasien.


6. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru
oleh petugas IGD jika pasien dari IGD dan dari petugas pendaftaran jika
pasien berasal dari instalasi rawat jalan ;
a) Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah
disiapkan.
b) Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap.
7. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien ;
a) Apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak.
b) Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke
unit pemeriksaan yang dituju.
c) Jika tidak, maka pasien tetap mendapatkan pelayanan kesehatan rawat
inap.
8. Pengaturan Kamar Rawat
Pengalokasian kamar dikendalikan oleh bagian pendaftaran jika melalui
Instalasi rawat jalan dan dikendalikan oleh bagian IGD jika pasien melalu IGD .

3. Assesmen Kemampuan dan Pelayanan


Kita melakukan Assesmen kemampuan dan pelayanan sesuai dengan tingkat
pendidikan pasien, agama, budaya, status ekonomi.
Jadi, strategi kita dalam memberikan edukasi berdasarkan data dan identitas
pasien dan keluarga.

4. Penjelasan Hasil Assesmen, Diagnosis, dan rencana asuhan


Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan tindakan untuk
memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak.
Dokter memang dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namun tanggungjawab tetap berada pada dokter
pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar
dan layak.

/jika…..
Jika seorang dokter akan memberikan informasi dan menerima persetujuan
pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya
mampu menjawab secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan pasien
berkenaan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya, untuk
memastikan bahwa persetujuan tersebut dibuat secara benar dan layak.
Pedoman komunikasi efektif
14

Kewajiban dalam memberikan informasi penjelasan tentang tindakan yang


dilakukan adalah merupakan kewajiban dari dokter atau dokter gigi atau apabila
berhalangan dapat didelegasikan kepada dokter lain yang memang berkompeten
untuk menjelaskan.
Penjelasan yang diberikan harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami atau cara lain yang dapat dimengerti oleh pasien dan
keluarga. Hal – hal yang disampaikan dalam penjelasan, antara lain:
a. Diagnosa dan tatacara tindakan kedokteran, meliputi :
a) Tindakan klinis dan hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut
b) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka sekurang –
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.
c) Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukkannya
tindakan
d) Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan
b. Tujuan tindakan kedokteran yang akan di lakukan, meliputi :
a) Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapiutik, ataupun rehabilitative.
b) Tatacara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan
setelah tindakan beserta efek samping dan ketidaknyamanan yang di
timbulkan.
c) alternative tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan tindakan yang direncanakan
d) resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing – masing alternative
tindakan
e) perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan
darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga
lainnya.
f) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya,
hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan
tindakan kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan
penjelaskan kepada pasien untuk keluarga terdekat.

/penjelasan…..
5. Penjelasan Hasil Asuhan dan Pengobatan termasuk yang tidak diharapkan
- Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi :
a) risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b) risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat
ringan
Pedoman komunikasi efektif
15

c) risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan ssebelumnya


(unforeseeable)
- Alternatif tindakan lain dan resikonya
- Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan
a) prognosis tentang hidup matinya (ad vitam)
b) prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
c) prognosis tentang kesembuhan (ad senationam)

6. Persetujuan Tindakan Kedokteran


Cara Memberikan Informed Concent Pada Pasien
1. Komunikasi 
Komunikasi yang dilakukan adalah yang bisa memberi pencerahan kepada
pasien, yang etis dimana tidak melanggar etika-etika medis. Penggunaan bahasa
komunikasi pun bertujuan agar pasien dapat memahaminya, sehingga dokter harus
menjelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.

2.  Kondisi 
Dalam hal ini dokter secara langsung harus memahami bagaimana kondisi
klinis dan kompetensi dari pasien pada saat dokter memberikan informasi tersebut.
Jika yang dihadapi pasien dewasa yang sadar dan kompeten, tentuinformed
consent harus terjadi pada dokter dan pasien. Tetapi untuk pasien anak-anak dan
pasien yang tidak kompeten maka consent diberikan pada pihak ketiga, boleh orang
tua, wali atau orang yang dikuasakan dll. Tentu saja consent diputuskan setelah
mereka mendapatkan informasi yang jelas.
Lalu, apa yang dimaksud dengan pasien yang tidak kompeten? Menurut hukum
secara sederhana yaitu orang yang tidak sadar, keterbelakangan mental, pikun dll.

/3. Klarifikasi…..
3. Klarifikasi
Dokter juga harus memberikan clarification (penjelasan). Minimal pasien harus
tahu mengapa perlu dilakukan tindakan medis, apa saja komplikasinya,
bagaimana prosedur tindakan medis yang akan dilakukan, dan seberapa besar
keberhasilannya. Pasien/keluarganya harus mendapatkan masalah-masalah ini

Pedoman komunikasi efektif


16

dengan jelas. Bila diperlukan, seorang dokter berhak memberikan kesempatan


kepada pasien dan keluarga untuk meminta second opinion sesuai dengan
kompetensi dokter tersebut. Dari hasil klarifikasi ini diharapkan pemahaman
pasien/keluarga akan semakin tercerahkan(enlightened).
4. Tujuan dari informed consent
Tujuan dari informed consent adalah mendapatkanpersetujuan dari
pasien/keluarga. Dengan pemahaman yang diperoleh setelah mendapatkan
klarifikasi, pasien dapat mengambil keputusan untuk mengabulkan tindakan
medis. Consent ini harus murni benar-benar terjadi karena kesadaran dari
pasien.

7. Penjelasan Hak dan Kewajiban Untuk Partisipasi Proses Asuhan


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku Rumah
Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
/12.didampingi…..
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit
Pedoman komunikasi efektif
17

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

M. Komunikasi Efektif Antar Staf Klinis


8. Pelaporan Nilai Kritis
Sebagai bagian dari International Patien Safety Goal (IPSG) yang
berhubungan dengan komunikasi efektif, maka pelaporan hasil dari tes diagnostik
yang kritis adalah bagian dari pokok persoalan keselamatan pasien. Setiap hasil tes
yang secara signifikan berada diluar batas nilai normal atau terjadinya perubahan
ekstrim dari nilai laboratorium sebelumnya sehingga memberi indikasi risiko tinggi
atau kondisi yang membahayakan kehidupan pasien harus segera dilaporkan.
Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan pada setiap lembaran
hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan hasil yang dilaporkan dari pemeriksaan berada dalam batas normal
atau diluar batas normal dan dianggap kritis untuk dapat segera dilaporkan kepada
klinisi. Petugas laboratorium yang bertugas melaporkan hasil kritis kepada
dokter/perawat yang bertugas saat itu. Petugas yang melaporkan adalah analis
laboratorium yang jaga pada shift tersebut.
Apabila nilai kritis dilaporkan ke dokter umum/perawat yang bertugas pada
saat itu, maka dokter/perawat tersebut harus mendokumentasikan hasil pelaporan
tersebut dalam rekam medis pasien dalam catatan terintegrasi pasien.

/petugas…..
Petugas laboratorium harus mencatat pelaporan hasil kritis pemeriksaan,
mencakup nama petugas laboratorium yang melaporkan, jam dan tanggal
pelaporan, nama dokter yang meminta laporan dan stempel readback pada formulir
pemeriksaan. Petugas laboratorium yang akan melaporkan nilai kritis kepada dokter
yang meminta pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan verifiksi terhadap hasil
Pedoman komunikasi efektif
18

pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek kelayakan/kondisi sampel,


melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya, pengerjaan in
duplo, konfirmasi manual atau konsultasi dengan dokter penanggung jawab
laboratorium (SpPK). Setelah proses verifikasi selesai dilakukan, maka petugas
laboratorium yang melakukan pemeriksaan wajib melaporkan nilai kritis tersebut
kepada dokter yang meminta atau kepada dokter jaga atau kepada perawat yang
dinas saat itu dalam waktu segera mungkin (as soon as possible/ASAP) dengan
menggunakan prinsip “SBAR” situation, background, assesment and
recommendation. Pelaporan nilai kritis oleh petugas laboratorium diawali dengan
menyebutkan salam dan menyebutkan identitas diri petugas (nama, jabatan, dari
bagian laboratotium) dan menyebutkan nama tes laboratorium yang akan
dilaporkan. Petugas laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, nomor RM,
asal/ruangan, keterangan klinis pasien yang signifikan secara singkat dan jelas dan
dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes, lengkap dengan satuan dan nilai rujukan.
Petugas laboratorium dan dokter yang menerima laporan melaksanakan prosedur
read back. Read back yaitu membacakan kembali hasil kritis laboratorium yang
mempengaruhi suatu pengobatan. Lakukan stempel readback yang diisi lengkap
dan telah diparaf oleh yang melakukan read back pada hasil laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang diberikan oleh dokter
yang menerima laporan di hasil seperti permintaan pengulangan pemeriksaan
dengan sampel baru, pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil pemeriksaan
atau permintaan konfirmasi ke laboratorium rujukan.
PRINSIP
1. Semua prosedur komunikasi antar petugas adalah sesuai dengan pedoman
komunikasi efektif.
2. Tujuan utama dari komunikasi efektif adalah untuk mengurangi terjadinya
kesalahan informasi antar tenaga kesehatan
3. Pedoman komunikasi ini digunakan pada proses untuk melakukan pelaporan
melalui telepun, kondisi pasien dan hasil nilai kritis pasien kepada dokter atau
petugas laborat dan petugas radiologi.

/kewajiban…..
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
1. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan prosedur komunikasi secara benar.

Pedoman komunikasi efektif


19

b. Memastikan komunikasi yang benar dengan pendekatan/metode SBAR,


ketika melakukan pelaporan kondisi pasien dan atau pelaporan hasil nilai kritis
pasien.
c. Mencatat dan memberikan cap / stempel SBAR - TBaK pada formulir catatan
terintegrasi
d. Dalam waktu 1x24 jam sudah di tanda tangani oleh pemberi perintah.

/nilai…..

Nilai kritis pemeriksaan laboratorium


Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu

Pedoman komunikasi efektif


20

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


No TES BATAS BAWAH BATAS ATAS
1. Hematocrit (Hct) < 21 % > 60 %
2. Hemoglobin (Hb) < 7 g/dL > 20 g/dl
3. Lekosit < 2.000/cmm > 25.000/cmm
4. Trombosit darah dewasa <30.000 mm3
5. Trombosit darah anak <20.000 mm3
PREMATUR

9. Hemoglobin, 0-1 hari < 108. g/dL > 25.5 g/dL


10. Hemogbin, 1-3 hari < 10.5 g/dl > 25.0 g/dl
11. Hemogbin, 3 – 13 hari < 10.4 g/dl > 22.5 mg/dl
12. Hemoglobin, 14 – 30 hari < 7.0 g/dl > 22.0 mg /dl
13. Hemoglobin, 1 bulan – 12 tahun < 7.0 > 18.0 g/ dL
15. Lekosit, 0-3 hari < 2.000/ cmmm > 34.000/cmm
16. Lekosit, 3 – 14 hari < 2.000/cmm > 25.000/cmm

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA


No TES BATAS BAWAH BATAS ATAS
1 Bilirubin Total - > 18 mg / dl
2 Bilirubin Total - > 18 mg / dl
3 SGOT - > 1000 UL
4 SGPT - > 1000 UL
5 Calcium < 6 mg /dl > 14 mg/dl
6 Albumin <3 -
8 Glucose < 50 mg / dl >600 mg/l
15 Uric Acid - > 13 mg/
PREMATUR
18 Bilirubin direk - >1.5 mg/dL
19 Bilirubin total - > 15 mg/dL
20 Ureum - >150 mg/dL
24 Creatinine - > 1.6 mg/dL
25 Glucose < 40 mg/dL > 250 mg/dL

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN ELEKTROLIT


No Pemeriksaan Batas Bawah Batas Atas
Pedoman komunikasi efektif
21

.
01. Kalsium <8.0 mg/dL >11 mg/dL
03. Natrium <120 mmol/L >160 mmol/L
04. Kalium < 2.8 mmol/dL > 6.7 mmol/dL
05. Klorida 80 mmol/L 120 mmol/L

Sumber:
- Reference information for the clinical laboratory. In: Burtis CA, Ashwood ER, Bruns
DE, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 4 th ed.
Missouri: Elsevier; 2006. p. 2317-8.
- Wallach J. Interpretation of diagnostic test. 8th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams-Wilkins. P. 26-29

Daftar nilai kritis diatas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan klinisi (dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis paru, dokter spesialis
anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis saraf, dokter spesialis kebidanan dan
disertai oleh Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu.

 Informasi klinis saat transfer dan dirujuk


1. Lakukan komunikasi dan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah
sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RS Bhayangkara
Hasta Brata Batu.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi,
informed consent dan persiapan.

/5. Pengambilan…..
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit

Pedoman komunikasi efektif


22

akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan
dan kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
 Serah terima/Operan
Didokumentasikan di F.RM 5 (CPPT) , dan F.RM 6.

N. Informasi Harus Disampaikan Secara Akurat Dan Tepat Waktu Diseluruh Rumah
Sakit
Penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu, ini meliputi penyampaian
informasi bila ada code blue, code red, code black.
1. Code Blue
Bila terjadi code blue langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberikan
tata laksana BHD (Bantuan Hidup Dasar) kemudian menghubungi 103 (IGD RS
Hasta Brata Batu).
2. Code Red
Bila terjadi code red langkah pertama yang harus dilakukan adalah melaksanakan
pemadaman api ringan dengan APAR kemudian kita menghubungi satpam/petugas
keamanan RS untuk memadamkan api, apabila api belum padam maka segera
menghubungi petugas Pemadam Kebaran.
3. Code Black
Bila terjadi code black langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi
satpam atau petugas keamanan lalu petugas keamanan menutup semua akses
pintu keluar sehingga tidak ada satupun yang dapat masuk atau keluar dari wilayah
tersebut. Selanjutnya menghubungi petugas yang berwenang/pihak kepolisian.

O. Penetapan Pertemuan Di Setiap Dan Antar Rumah Sakit


1. Rapat Dewan Pengawas
Pedoman komunikasi efektif
23

1) Rapat Rutin
Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara dewan pengawas dengan pejabat
pengelola Rumah Sakit dan Komite Medik serta pejabat lain yang dianggap perlu
untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah
di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu.
Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam satu tahun dengan
interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan Dewan Pengawas.
2) Rapat Khusus
Rapat Khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan pengawasntuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
3) Rapat Tahunan
Rapat Tahnan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap
tahun dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional Rumah
Sakit. Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.

2. Rapat Komite Medik


1) Rapat rutin bulanan, dilakukan bersama dengan staf medis yang diselenggarakan
setiap 1 bulan sekali
2) Rapat Koordinasi dengan pejabat pengelola Rumah Sakit yang diselenggarakan
minimal 3 blan sekali.
3) Rapat Khusus, dilakukan sewaktu-waktu guna membahas yang sifatnya urgent.
4) Rapat Tahunan, diselenggarakan sekali setiap tahun.

3. Rapat Koordinasi Keperawatan


1) Rapat Kerja Keperawatan, dilaksanakan dalam setahun sekali dan bersifat
terbuka. Rapat Kerja Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau
Kauryanwat dan dihadiri oleh sekretaris Komite Keperawatan, sub komite,
panitia- panitia keperawatan dan kepala ruang keperawatan.
Agenda rapat kerja adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 5 tahun.
2) Rapat Rutin Keperawatan, dilaksanakan 3 bulan sekali diikuti oleh Kauryanwat,
komite keperawatan, kepala ruang keperawatan dan seluruh anggota komite
keperawatan. Rapat Rutin dipimpin oleh Kauryanwat atau Ketua Komite
Keperawatan.
Agenda rapat rutin adalah membahas masalah-masalah keperawatan.
3) Rapat Pleno, diadakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan, rapat pleno dipimpin oleh
Ketua Komite keperawatan ata Kauryanwat dan dihadiri oleh sekretaris komite
keperawatan, sub komite keperawata, panitia-panitia keperawatandan kepala
ruang keperwatan.
Pedoman komunikasi efektif
24

4) Sidang Tahunan
Sidang tahunan keperawatan diadakan satu kali dalam satu tahun.
Agenda siding tahunan membuat rencana kerja keperawatan dalam 1 tahun dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun yang lalu.

/BAB III…..
BAB III
DOKUMENTASI
Pedoman komunikasi efektif
25

Pendokumentasian komunikasi efektif dilakukan di masing-masing unit dan di


dokumentasikan dalam rekam medis pasien, antara lain sebagai berikut :
1. General Consent
2. Rencana Pelayanan pasien
3. Lembar Pemilihan Dokter
4. Penitipan barang berharga
5. Permintaan second opinion
6. Asesmen pasien tahap terminal
7. Catatan Edukasi Terintegrasi
8. Persetujuan Tindakan Medis Khusus
9. Surat Penolakan Tindakan Medis
10. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi

/BAB IV…..

BAB IV

Pedoman komunikasi efektif


26

PENUTUP

Buku pedoman komunikasi efektif Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu ini
mempunyai peranan penting sebagai panduan bagi pelaksananaan kegiatan sehari-hari
tenaga medis dan paramedic serta tenaga lainnya yang bertugas di unit terkait sehingga
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Penyusunan buku panduan
komunikasi efektif ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan dukungan dan kerjasama berbagai pihak dalam penerapannya untuk
mencapai tujuan.

Ditetapkan di : Batu
pada Tanggal : 12 Januari 2018
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
HASTA BRATA BATU

drg.WAHYU ARI PRANANTO.MARS

KOMISARIS POLISI NRP 76030927

Pedoman komunikasi efektif

Anda mungkin juga menyukai