I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kesadaran kesehatan konsumen dan bertambahnya kebutuhan akan
layanan kesehatan yang baik, membuat para pemasar di industri rumah sakit harus berfikir
lebih keras untuk mencari cara agar bisa menarik hati para pasien. Untuk Indonesia, hal ini
harus menjadi perhatian khusus, mengingat sangat gencarnya upaya pemasaran yang
dilaksanakan oleh industri rumah sakit di negara tetangga.
Dalam upaya peningkatan pelayanan rumah sakit tersebut salah satu yang perlu
diupayakan dan ditingkatkan adalah pelayanan komunikasi di lingkungan rumah sakit.
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu
menyampaikan pemikiran-pemikiran atau informasi (verbal atau non verbal) untuk mengubah
tingkah laku orang lain/ individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses
penyampaian arti tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif.
Berdasarkan definisi di atas, kita simpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah laku orang
lain/individu lain. Tujuan yang diharapkan dalam proses komunikasi yaitu perubahan berupa
penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat, merubah sikap dan
perilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu
kognitif, afektif, behavioral.
Bentuk Komunikasi Interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat,
ataupun paramedik dengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi interpersonal seperti
ini juga dkenal dengan Komunikasi Terapeutik. Komunikasi semacam ini biasanya berfokus
1.2 Tujuan
Rumah Sakit menyusun komunikasi yang efektif baik dengan komunitas, pasien, dan
keluarga, tenaga kesehatan profesional lain maupun antar unit kerja di Rumah Sakit agar
tidak terjadi atau setidaknya meminimalkan kegagalan dalam berkomunikasi yang
mengancam keselamatan pasien. Tujuan dari panduan ini adalah:
a. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).
b. Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien untuk kepentingan pasien
dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.
c. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit atau
masalah yang dihadapinya
d. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal
yang telah disetujui pasien
1.3 Pengertian
a. Menetapkan sebuah proses atau prosedur untuk perintah yang disampaikan melalui
telepon (lisan) atau penyampaian hasil uji klinis penting yang harus diverifikasi dengan
“mengulang” selengkapnya perintah ataupun hasil uji klinis yang diterima dan harus
dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut.
b. Mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintah maupun
hasil uji yang diterima harus di verifikasi atau “ dibacakan ulang” kepada pihak yang
memberi perintah atau hasil uji klinis tersebut. Termasuk pula proses dokumentasi dan
penanda tanganan sebagai bentuk komunikasi atas perintah atau hasil uji yang diterima.
c. Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran atau informasi (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt dan
Osborn, 1994; Koontz dan Weihrich, 1988) dalam Konsil Kedokteran 2006.
Berikut adalah penjabaran dari masing masing unsur diatas untuk membantu kita dalam
perancangan program komunikasi yang efektif :
a. Sumber atau komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi) adalah orang yang menyampaikan
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan yang diterima sudah diterima dengan baik (Konsil Kedokteran Indonesia,
halaman 5). Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuan luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas,
dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh penerima pesan (komunikan).
b. Isi pesan (apa yang disampaikan)
Panjang pendeknya, kelengkapan isi pesan perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi
melalui penyampaiannya, penerimanya.
c. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui pernyataan yang disampaikan
pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Pada kesempatan tertentu media
dapat digunakan oleh pengirim saat berkomunikasi atau tatap muka langsung dengan efek
yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap.
Komunikasi Efektif adalah : tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman)
Format muatan informasi dalam proses komunikasi lisan lewat telepon antar
petugas kesehatan menggunakan pendekatan atau formula “SBAR” yakni
SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMMENDATION.
Background:
……….
Assessment:
…….
Recommendation:
Ditetapkan
Pada tanggal :
Direktur :
Hardjana. 2003. Komunikasi Inter Personal & Komunikasi Intra Personal. Yogyakarta:
Kanisius