Anda di halaman 1dari 16

Lampiran : Keputusan Direktur RSU Aliyah Kendari

Nomor :181 /KEP/RSUA/XII/2016


Tanggal : 13 Desember 2016
Tentang : Sasaran Keselamatan Pasien di RSU Aliyah Kendari

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar,
norma, pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami,
diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat
fakta atau kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan
diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru ( Craven dan Hirnle,
1996 dalam suliha, 2002).

B. Tujuan

1. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.


2. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di
rumah sakit. Sehingga edukasi kesehatan (penkes) dapat berjalan lancar dan
sesuai prosedur yang ada.
3. Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan
proses perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih
cepat.
4. Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya
mengikuti rejimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat
meningkatkan motivasi untuk berperan aktif dalam menjalani terapi obat.

BAB II

1
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PETUGAS DI RUMAH SAKIT DAN
PETUGAS KEPADA PASIEN/KELUARGA

A. Langkah Awal Assesmen Pasien Dan Keluarga

Assesmen merupakan proses pengumpulan menganalisis dan


menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan
lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar untuk memahami
individu dan untuk pengembangan program pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan.

Pengkajian pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan


pasien
akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis pelayanan yang paling tepat
untuk pasien, bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan pemeriksaan
penunjang diagnostik yang paling tepat,sampai penanganan perawatan, gizi, psikologis
dan aspek lain dalam penanganan pasien di rumah sakit merupakan keputusan yang diambil
berdasarkan pengkajian (assessment). Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih
dulu dilakukan pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan
mendiagnosis penyebab masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan
dengan melihat factor - faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. Faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:
Pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan,
sosial ekonomi, dsb.
2. Faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:
Fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan
bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS,
poliklinik, puskesmas, rs, posyandu, polindes, bides, dokter, perawat dsb.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:
Sikap dan perilaku: , petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket/quesioner
4. Dokumentasi

2
5. Letfleat/ gambar
Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:
1. Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang dibantu
2. Masalah lain yang kita lihat
3. Masalah yang dilihat oleh petugas lain
4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini
5. Kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah
6. Alasan yang ada bagi munculnya masalah tersebut
7. Penyebab lain dari masalah tersebut.
Tujuan pengkajian
1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang dirasakan.
2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.
Memahami masalah
1. Mengapa muncul masalah
2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan
3. Jenis bantuan yang akan diberikan
Prioritas masalah

Disusun berdasarkan hirarki kebutuhan maslow:

Aktualisasi diri

Harga diri

Kasih sayang

Aman / nyaman

Biologis / Fisiologi

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assesment/penilaian


terhadap pasien dan keluarga meliputi :
1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya
2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Kemauan pasien untuk menerima informasi

3
Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan
maupun untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.
B. Cara Penyampaian Informasi Dan Edukasi Yang Efektif

Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering


menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita
berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang
baik melibatkan pemahaman bagaimana orang-orang berhubungan dengan yang
lain, mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut

Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan


pengetahuan. Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide,
perasaan atau opini disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun
isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa
para pihak terlibat secara aktif. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami
cara baru mengerjakan atau memikirkan sesuatu.

Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran


atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai
pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).

1. Teori komunikasi
a. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan/komunikan
dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).Gambar berikut
memberikan ilustrasi proses komunikasi.
Umpan Balik

4
Saluran

Gangguan Komunikan
Komunikator Pesan

2. Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif

a. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter, perawat, admission,


Administrasi (Kasir) dll, adalah orang yang memberikan pesan.
1) Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-
hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim
pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta
kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8)
2) Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang
disampaikan, cara berbicaranyanya jelas dan menjadi pendengar
yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada
komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian,penerimanya.
c. Media/saluran pesan (Elektronic,Lisan,dan Tulisan) adalah sarana
komunikasi dari komunikator kepada komunikan.

5
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh
pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek
yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: melalui telepon,
menggunakan lembarlipat, buklet, vcd, (peraga)
d. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang menerima
pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi,
peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan.
Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan
dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik
sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8).
e. Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon
pesan yang diterimanya
3. Pemberi pesan/komunikator yang baik:
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-
hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh)
agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru
mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
4. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan
promosi). Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit
adalah:

6
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service,
Admission,dan Website.
Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
a. Edukasi tentang obat.
b. Edukasi tentang penyakit.
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah
Sakit).

5. Syarat komunikasi efektif.


Syarat dalam komunikasi efektif adalah:
a. Tepat waktu,
b. Akurat.
c. Lengkap
d. Jelas.
e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan (kesalahpahaman).
6. Proses komunkasi efektif
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai
berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan
hasil verifikasi

7
Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan
klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Yah.. benar. Jadi isi pesannya ini


Dikonfirmasikan
yah pak

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

f. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat,


nama orang, dll. Untuk menverifikasi dan mengklarifikasi, maka
komunikan sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan
menggunakan alfabeth standart internasional yaitu:

HURUF UCAPAN
A ALFA
B BRAVO
C CHARLIE
D DELTA
E ECHO
F FANTA
G GOLF
H HOTEL
I INDIA
J JULIET
K KILLO
L LIMA
M MIKE
N NOVEMBER
O OSCAR
P PAPA
8
Q QUEBEC
R ROMEO
S SIERRA
T TANGO
U UNIFORM
V VICTOR
W WHIESKY
X XRAY
Y YANKEE
Z ZULU

7. Hukum dalam komunikasi efektif


Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of
Efffective Communication) terangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang
berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada
dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang
lain.Hukum komunikasi efektif yang pertama adalah

a. Respect, pengertiannya:
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesanyangkita sampaikan.Jika kita membangun komunikasi dengan
rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun
secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
b. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu
prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan
kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan
membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
9
membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun komunikasi
atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan
empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan
dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan
dari penerima
c. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih
dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga
dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media
maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan
membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
dengan baik.
d. Hukum komunikasi efektif yang keempat, adalah Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka
hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan
itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan penafsiran
atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita
perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan
akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
e. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendah
hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pernah yang pada intinya

10
antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran
Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain,
berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan
penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang
lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum
pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang
komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect),
karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang
saling menguntungkan dan saling menguatkan.

BAB III
KESELAMATAN PASIEN ( KOMUNIKASI EFEKTIF)
A. Ruang Lingkup
1. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada:
a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui
telepon
b. Petugas laboratorium saat membacakan hasil kritis laboratoruim/
laboratorium secara lisan atau melalui telepon
c. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit
kepada pelanggan
d. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
e. Semua karyawan Rumah Sakit Umum Aliyah saat berkomunikasi via
telpon dan lisan
2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas
laboratorium, petugas informasi, pelaksana PKRS, semua karyawan Rumah
Sakit Umum Aliyah khususnya.
B. Prinsip
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima,
catat, verifikasi dan klarifikasi:
b. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
c. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut

11
d. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
e. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
f. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan
hasil verifikasi.
2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di ICU dan UGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi
hal-hal penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium
dengan mengeja huruf huruf tersebut saat membaca ulang (reed back) dan
verifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untuk memperkecil
terjadinya kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan.

C. Tata Laksana Melakukan Komunikasi Melalui Telefon


1. Tenaga kesehatan menerima pesan (dokter, farmasi, perawat, analis, dan
nutritionis) menulis pesan yang diterima di catatan terintegrasi dan
ditandatangani.
2. Pesan verbal ditulis lengkap dan dapat dibaca dengan jelas menggunakan
singkatan terstandar akronim dan simbol yang berlaku di RSU Aliyah.
3. Verifikasi pemberi instruksi menandatangani catatan pesan yang ditulis
penerima pesan dalam kotak stempel Read Back sebagai tanda pesetujuian
dalam waktu 1 x 24 jam.
4. Tenaga kesehatan yang melaporkan kondisi pasien kepada DPJP atau dokter
yang merawat menggunakan tekhnik SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recomendation).
5. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
kurang dari 2 jam.
Bila DPJP tidak dapat dihubungi petugas terkait maka bisa menghubungi dokter
Jaga UGD. Pelaporan hasil pemeriksaan Cito harus disampaikan baik hasil
pemeriksaan maupun hasil laboratorium.
D. Tatalaksana Pemberian Informasi Dan Edukasi
1. Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
informasi yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan keterampilan
berkomunikasi secara efektif.

12
2. Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan
secara interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat,
akan pulang atau ketika datang kembali untuk berobat
3. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga
merasa nyaman dan bebas, antara lain:
a. Dilakukan ditempat yang nyaman.
b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka.
c. Penempatan meja, kursi atau barang barang lain hendaknya tidak
menghambat komunikasi.
d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi

4. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian


informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping
pasien.
5. Membina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa
percaya terhadap peran petugas dalam membantu mereka.
6. Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien ( termasuk
adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi
rejimen pengobatan).
7. Mendapatkan data yang akurat tentang obat obat yang digunakan pasien,
termasuk obat non resep.
8. Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan
dan tingkat ekonomi pasien/ keluarga
9. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang berkaitan
dengan perawatan pasien :
a. Assesment pendidikan pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan pengobatan ; Penggunaan obat obatan yang
aman: kemungkinan nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik
penggunaan obat obat tertentu (contoh: obat tetes, inhaler), cara
penyimpanan, berapa lama obat harus digunakan dan kapan obat harus
ditebus lagi, apa yang harus dilakukan terjadinya efek samping yang
akan dialami dan Bagaimana cara mencegah atau meminimalkannya,
meminta pasien/keluarga untuk melaporkan jika ada keluhan yang
dirasakan pasien selama menggunakan.
c. Pendidikan kesehatan Manajemen nyeri
d. Pendidikan kesehatan diet
e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
13
f. Pendidikan kesehatan proses penyakit
g. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent)
10. Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari
RM):
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan
marah)
d. Keterbatasan fisik dan kognitif.
e. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui
tahap asesmen pasien, di temukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau
saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
medical information.
E. Verifikasi
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
a) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-
kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?.
b) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan

14
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: Dari materi edukasi yang
telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari ?.
c) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan adanya panduan ini dapat mengurangi atau menghilangkan
terjadinya kesalahan dalam melakukan komunikasi terutama untuk pemberian
atau pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Dengan diberikannya
informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan
dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.

B. Saran
Saran yang diberikan kepada semua petugas dalam melakukan
komunikasi agar berdasarkan standard dan acuan yang telah ditetapkan Rumah
Sakit Umum Aliyah Kendari, agar dalam pelayanan kesehatan tidak terjadi
kesalahan atau kejadian yang tidak diinginkan.

Direktur Rumah Sakit Umum Aliyah

dr. Hj. Maryam Rufiah, MR, M.Kes

15
16

Anda mungkin juga menyukai