Anda di halaman 1dari 14

A.

M5 MUTU
B. Indikator mutu pelayanan Keperawatan meliputi :
1. Patients Safety
2. Tingkat pengetahuan Pasien
3. Kenyamanan Pasien
4. Kepuasan Pasien
5. Perawatan diri
6. Kecemasan

Indikator Mutu Ruang Diponegoro Bulan Oktober 2019


No Parameter Targe Pengukuran dan Keteranga
t Hasil n
155 Kepatuhan 100% x 100% = 100% Tercapai
1. Identifikasi Pasien
155
0 Penundaan Operasi ≤2 = 0 hari Tercapai
2. Elektif Hari
0
¿ 273 Kepatuhan Dokter 80 % = 99,99% Tercapai
x 100 Spesialis
274
3.
68 Kepatuhan upaya 100 = 100% Tercapai
x 100 4. pencegahan resiko %
68
cedera akibat pasien
jatuh
68 Kelengkapan 100 = 100 % Tercapai
X 100 5. pengkajian awal %
68
medis pasien rawat
inap dalam 24 jam
204 Kepatuhan 100 = 75 % Tidak
X 100 6 pemberian edukasi % Tercapai
272
. pasien ( Edukasi
dari
petugas
Farmasi )
121 Kepatuhan 100 = 100 % Tercapai
X 100 7. penandaan pada %
121
pasien pre op yang
elektif
C.

1. Pasients safety
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman. Meliputi assesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. (PERMENKES RI No. 11 Tahun 2017).
Adanya patient safety di rumah sakit sangatlah penting. Hal itu
karena hampir setiap tindakan yang ada di rumah sakit memang
memiliki potensial resiko tersendiri. Mulai dari beragam jenis
pengobatan dan pemeriksaan hingga jenis obat yang dikonsumsi oleh
pasien tentunya akan memiliki resiko tersendiri.
Keselamatan pasien dilaksanakan dengan membentuk sistem
pelayanan terhadap 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu:
a. Sasaran I Mengidentifikasi pasien dengan benar
Kesalahan identifikasi dapat terjadi di semua aspek diagnosis
dan tindakan. Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak
benar adalah jika pasien dalam keadaan terbius, mengalami
disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma, saat
pasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur, berpindah
lokasi didalam ruang lingkup rumah sakit, lupa identitas diri atau
mengalami situasi lainnya.
Di ruang Diponegoro proses identifikasi yang digunakan
dengan cara identifikasi yang berupa nama pasien, tanggal lahir,
nomor rekam medik. Identitas tersebut terpasang pada gelang
dimana setiap pasien harus terpasang gelang identitas, Warna
gelang disesuaikan dengan jenis kelamin pasien yaitu biru untuk
pasien laki-laki dan merah muda untuk pasien perempuan.
Identifikasi dilakukan dalam setiap keadaan terkait intervensi
yang dilakukan kepada pasien. Seperti sebelum melakukan
radioterapi, memberian obat, menerima cairan intravena,
pengambilan darah atau pengambilan specimen untuk
pemeriksaan klinis.
b. Sasaran II Meningkatkan komunikasi yang efektif
Komunikasi dianggap efektif apabila tepat waktu, akurat,
lengkap tidak ambigu dan dapat diterima oleh penerima informasi
dengan baik yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan-
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektronik maupun
tertulis. Komunikasi yang buruk dapat membahayakan pasien.
Seringkali terjadi kesalahan saat komunikasi yaitu pada saat
perintah lisan atau perintah melalui telepon saat menyampaikan
hasil pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telepon.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan aksen maupun dialek.
Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR) Meliputi :
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap dibicakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang
konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan melalui telepon.
Didapatkan diruang Diponegoro menggunakan Teknik
TULBAK (tulis lengkap baca ulang konfirmasi). Secara Teknik
proses komunikasi efektif antara perawat dengan Tenaga medis
lainnya, melalui telepon berisi salam, asal ruangan, perkenalan,
dan menyebutkan informasi atau pertanyaan yang ingin
disampaikan. Apabila perawat menerima perintah lisan secara
langsung maupun via telepon yang berisi informasi atau advice
pemberian terapi medis atau farmakologi, perawat menuliskan
informasi tersebut secara lengkap di peroleh dari Soap dan
kemudian dibacakan kembali oleh perawat kemudian di
konfirmasi oleh dokter sebagai pemberi perintah.
c. Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-Allert Medication)

Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan


pasien bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau
kecacatan pada pasien. Terutama obat-obatan yang perlu di
waspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang
mengandung resiko yang meningkat bila kita salah
menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada
pasien.
Di ruang Diponegoro kewaspadaan dan keamanan o
bat menggunakan metode penyimpanan dalam loker pasien.
Penyimpanan obat yang tidak dapat disimpan di suhu ruangan
disimpan di lemari es dan diberi lebel nama dan no. RM pasien.
Untuk obat-obatan yang tergolong high alert ruang Diponegoro
telah dilakukan pelabelan high alert dengan label warna merah
serta menggunakan teknik Lasa – Norum untuk menandakan
adanya kesamaan kemasan obat, nama obat dan bentuk dari
obat.
Pemberian obat injeksi di ruang Diponegoro dengan cara
obat diambil di kotak penyimpanan obat pasien, kemudian obat
dimasukkan ke dalam spuit sesuai dosis yang dibutuhkan.
Apabila ada obat yang perlu diencerkan, obat akan diencerkan
terlebih dahulu. Kemudian, spuit ditempeli label nama pasien.
Sedangkan untuk pemberian obat oral dimasukkan ke dalam
plastik klip yang sudah diberi tanggal, identitas pasien, dan
waktu untuk minum obat.
Menurut data yang diambil dari bulan Agustus 2019-
Oktober 2019, didapatkan angka kejadian kesalahan pemberian
obat oral dan injeksi 0 insiden (0% kejadian kesalahan
pemberian obat oral/injeksi), yang berarti selama 3 bulan proses
pelayanan kesehatan yang diberikan di ruang Diponegoro sudah
tergolong aman dari kesalahan pemberian obat baik oral maupun
injeksi.
d. Sasaran IV. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi

Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien yang


menjalani tindakan medis merupakan kejadian yang sangat
mengkhawatirkan dan dapat terjadi. Kesalahan ini terjadi antara
lain karena ketidaktaan terhadap SPO.
Untuk menghindari ketidakamanan pasien di ruang
Diponegoro dilakukan penandaan pada pasien yang akan
dilakukan operasi, yang membuat tanda berupa lingkaran
dengan spidol hitam permanen pada pasien. Sebelum pasien
berangkat ke ruang operasi dilakukan verifikasi terlebih dahulu
dengan melibatkan pasien dan keluarga untuk mengkonfirmasi
lokasi operasi dan menjelaskan prosedur operasi yang akan
dilakukan.
e. Sasaran V: Pengurangan Risiko Infeksi Terkait
Pelayanan Kesahatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah


tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka
infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi
pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait
pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan,
termsuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi
pembuluh atau aliran darah terkait pemasangan infus baik
perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait
penggunaan ventilator. (SNARS, 2015)
Pada observasi pada perawat Ruang Diponegoro sudah
menerapkan 5 momen cuci tangan :
a. Sebelum kontak dengan pasien,
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik,
c. Setelah kontak dengan pasien,
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien,
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
dengan 6 langkah cuci tangan dan menggunakan
handscoon pada setiap tindakan aseptik. Setelah pasien
pulang dilakukan pembersihan pada bed pasien dengan
menggunakan klorin. Untuk pasien infeksius disediakan
ruangan khusus infeksi dengan 4 bed di ruang kohorting.
Saat pasien dengan kasus infeksius pulang ruangan
dibersihkan dengan menggunakan klorin dan alkohol pada
semua yang benda yang dapat terjangkau oleh tangan
seperti bed, saklar lampu, kursi, almari, pegangan pintu,
seluruh ruangan dibersihkan. Saat pasien baru datang
keluarga pasien diedukasi tentang peraturan di ruang
Diponegoro meliputi pembuangan sampah, jam berkunjung,
dan cuci tangan.

Tabel Pencegahan Pengendalian Infeksi dengan visual infusion phlebitis (VIP)


di Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang Pada Bulan Oktober
2019

No Jumlah Jumlah Kejadian Infeksi Prosenta Keteran


Pasien pasien <3 >3 se gan
Masuk dengan Hari Hari
tindaka
n infus
a b c d e f
Kelas 2 42 42 0 0 0% -
Kelas 3 208 207 0 0 0% -

Analisis:
Berdasarkan hasil penilaian pencegahan pengendalian infeksi dengan visual
infusion phlebitis (VIP) diruang diponegoro pada pasien kelas 2 dan kelas 3
tidak ada pasien yang mengalami phlebitis, dengan prosentase 0%.

Tabel Penilaian Dekubitus di Diponegoro RSUD Kanjuruhan


Kepanjen Malang Pada Bulan Oktober 2019

No Jumlah Jumlah px Kejadian Prosentas K


Px Tirah Dekubitu se et
dirawat Baring s
a b C d
Kelas 2 42 11 0 0% -
Kelas 3 203 11 0 0% -

Analisis:
Berdasarkan hasil penilaian dekubitus didapatkan Data pada bulan Oktober
tidak didapatkan pasien yang mengalami dekubitus (0%).

f. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat


jalan akibat pasien jatuh. Berbagai factor yang meningkatkan
resiko pasien jatuh antara lain: kondisi pasien, gangguan
fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan
penglihatan, perubahan status kognitif), lokasi atau situasi
lingkungan rumah sakit; riwayat jatuh pasien, konsumsi obat
tertentu; konsumsi alcohol.
Di ruang Diponegoro menerapkan assesment resiko jatuh
pada pasien. Pada pasien dengan risiko jatuh tinggi dipasang
gelang resiko jatuh berwarna kuning serta terpasang pengaman
tempat tidur. Data pada bulan Oktober tidak didapatkan pasien
jatuh (0%).

Tabel Penilaian Pasien Risiko Jatuh di Diponegoro RSUD


Kanjuruhan Kepanjen Malang Pada Bulan Oktober.

No Jumlah Kejadian Prosentas Penyeba Ket


px px Jatuh e b
dirawat
a b c d e
Kelas 2 42 0 0% - -
Kelas 3 208 0 0% - -

Analisis:
Berdasarkan hasil penilaian pasien risiko jatuh yang terdapat di status pasien
yang dilakukan pada Bulan Oktober didapatkan bahwa jumlah kejadian pasien
jatuh 0 dengan prosentase 0%.
D.
2. Tingkat Pengetahuan Pasien
E. Tabel Pengetahuan / perilaku pasien ruang diponegoro RSUD
Kanjuruhan

F. Kategori G. Jumlah Pasien H. Persentase


I. Baik J. 2 K. 20%
L. Cukup M. 3 N. 30%
O. Kurang P. 5 Q. 50%
R. Total S. 10 T. 100%
U.
V. Berdasarkan observasi yang dilakukan diruang Diponegoro yang
diperoleh dari hasil data pengkajian kuisioner yang berjumlah 5 butir
pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terkait
dengan penyakit, penyebab, dan cara pengobatan pasien, dengan jumlah 10
pasien didapatkan data bahwa sebanyak 50% pasien berpegetahuan Kurang,
dan 30% pasien berpengetahuan Cukup serta sebagian kecil pasien
berpengetahuan baik 20%. Kutipan : Notoadmodjo
W.
3. Kenyamanan Pasien

X. No Y. SKALA NYERI Z. Jumlah AA. Persentase


Pasien
BB. 1. CC. Tidak Nyeri DD. 0% EE. 0%
FF. 2. GG. Minor HH. LL.
- Nyeri Sangat Ringan II. 5 MM. 50%
- Nyeri Tidak Nyaman JJ. 5 NN. 50%
- Nyeri Dapat KK. 0 OO. 0%
Ditoleransi
PP. QQ. Moderate RR. VV.
- Menyusahkan SS. 7 WW. 70%
- Sangat Menyusahkan TT. 0 XX. 0%
- Nyeri Hebat UU. 3 YY. 30%
ZZ.
AAA. BBB. Severe CCC. HHH.
- Sangat Hebat DDD. 5 III. 50%
- Sangat Menyiksa EEE. 5 JJJ.50%
- Tak Tertahankan FFF. 0 KKK. 0%
- Tak dapat Diungkapkan
GGG. 0 LLL. 0%
MMM.
NNN. Dari tabel kenyamanan Nyeri didapatkan hasil kuisioner
dan pengkajian yang telah dibagikan dan telah dilakukan bahwa hasil
seimbang antara Nyeri sangat ringan dan nyeri tidak nyaman, dengan
persentase 50%.
OOO.
4. Kepuasan Pasien

Tabel Tingkat kepuasan Pasien di Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan


Kepanjen Malang Pada Tanggal 03 Desember 2019
PPP. No. QQQ. Tingkat Kepuasan Pasien RRR. Persentas
e
SSS. 1. TTT. Sangat Tidak Puas UUU. 0%
VVV. 2. WWW. Tidak Puas XXX. 0%
YYY. 3. ZZZ. Puas AAAA. 100%
BBBB. 4. CCCC. Sangat Puas DDDD. 0%
EEEE.
FFFF. Dari tabel didapatkan hasil pengukuran tingkat kepuasan
pasien dengan menggunakan kuisioner pengukuran kepuasan dari
Nursalam di Ruang Diponegoro RS Kanjuruhan Kepanjen yang
diberikan pada tanggal 03 Desember 2019 kepada 10 Pasien
didapatkan tingkat kepuasan pasien seluruhnya puas dengan
persentase 100%.
GGGG.
5. Perawatan Diri
HHHH. Tabel Perawatan Diri Pasien di ruang Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kepanjen Malang Pasien Pada Tanggal 03 Desember 2019

No Perawatan Diri ∑Pasien Persentase


1. Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB,
mengenakan pakaian, pergi ke toilet, 1 10%
berpindah dan mandi.
2. Mandiri semuanya, kecuali salah satu
3 30%
dari fungsi diatas.
3. Mandiri, kecuali mandi dan salah satu
0 0%
dari fungsi diatas.
4 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian
0 0%
dan salah satu dari fungsi diatas.
5 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet dan salah satu dari fungsi 2 20%
diatas.
6 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet, berpindah dan salah satu dari 0 0%
fungsi diatas.
7 Ketergantungan untuk semuafungsi di
4 40%
atas.
Total 10 100%
IIII.
JJJJ.
KKKK.
LLLL.
MMMM.
NNNN.
OOOO.
PPPP.
QQQQ.
RRRR.
SSSS.
TTTT.
UUUU.
VVVV.
WWWW.
XXXX.
YYYY.
ZZZZ.
AAAAA.
BBBBB.
CCCCC. Analisis :
DDDDD. 3 didapatkan hasil bahwa tingkat kemandirian terbanyak
berada pada tingkat ketergantungan untuk semua fungsi di atas dengan
jumlah 4 pasien dengan persentase 40%, dan sebagian kecil dengan
tingkat kemnadirian mandiri dalam hal makan, BAK/BAB mengenakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi dengan jumlah 1 pasien
(10%).
6. Kecemasan
EEEEE. Tabel Tingkat kecemasan pasien diruang Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kepanjen Malang Pada Tanggal 03 Desember 2019

FFFFF. No GGGGG. Tingkat HHHHH. J IIIII. Persen


Kecemasan umlah Pasien tase
JJJJJ. 1. KKKKK. Normal LLLLL. 9 MMMMM. 9
Tidak Cemas 0%
NNNNN. 2 OOOOO. Kecemasa PPPPP. 1 QQQQQ. 1
. n Ringan 0%
RRRRR. 3 SSSSS. Kecemasan TTTTT. 0 UUUUU. 0
. Sedang %
VVVVV. 4. WWWWW. Kecemasa XXXXX. 0 YYYYY. 0%
n Berat
ZZZZZ.
AAAAAA. Dari tabel di dapat hasil data pengkajian dari
kuisioner dengan jumlah 10 pasien. Didapatkan paling banyak pasien
merasa tidak cemas yaitu sebanyak 90%
BBBBBB.
7. Efisiensi ruang rawat inap

Indikator Efisiensi Ruangan (Standar yang digunakan di ruang


Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen).

a.
b. Jumlah kasus terbanyak
No. Bulan 10 Diagnosa Terbanyak
1. Agustus CKR
Batu Ureter
Fracture Femur
Hernia
BPH
Stenosis Lumbal
Fracture Maxila
Union Clavicula
CKS
Striktur Uretra
2. September CKR
BPH
Diabetic Foot
Ertibia Fibula
Spinal Stenosis
NIDDM
Batu Ureter
Batu Ren
Appendict Acute
Batu Staghorn
3. Oktober CKR
Hernia
BPH
Batu Ureter
Appendicitis
Strikture Uretra
Fracture Nasal
Combutio
SMNNT
Fracture Clavicula

Hasil Analisa :
Berdasarkan data dari bulan Agustus – Oktober 2019 kasus yang
terbanyak adalah kasus CKR

c. Jumlah Indikator Pelayanan


No Bulan ALOS
Kelas 2 Kelas 3
1. Agustus 3.03 hari 3.90 hari
2. September 3 hari 4 hari
3. Oktober 3.02 hari 3.85 hari
Analisa Penggunaan Jaminan Kesehatan Dan Umum Pada Bulan Agustus,
Sampai Oktober Tahun 2019.
Jenis pembayaran Bulan Tot (%)
al
Agustu Sepember Oktober
s

BPJS / KIS 127 125 150 402 78


%

UMUM 38 37 37 112 22
%

TOTAL PASIEN 165 162 187 514 100


%

a. Pasien ditinjau dari sistem pembayaran


Di ruang Diponegoro pembayaran dilakukan dengan 2 jenis
pembayaran yaitu dengan menggunakan BPJS / KIS dan
menggunakan biaya sendiri atau umum. Dari data yang diambil
bulan Agustus, September dan Oktober kebanyakan pasien
melakukan pembiayaan dengan menggunakan BPJS/ KIS yaitu
sebanyak 402 (78%). Dan sebanyak 112 pasien (22%)
menggunakan pembiayaan umum.
b. Prosentase pembiayaan
Sebanyak 402 (78%). pasien menggunakan BPJS/KIS. Sebanyak
112 (22%) pasien menggunakan pembiayaan sendiri/ umum.

Tabel Dispersi pengunjung Bulan Agustus – Oktober Diruang


Diponegoro.
No Kecamatan Jumlah
1. Bululawang 10
2 Gondanglegi 22
3 Dampit 26
4 Kepanjen 31
5 Sumber Pucung 12
6 Kromengan 4
7 Wonosari 9
8 Kalipare 13
9 Bantur 14
10 Pagelaran 24
11 Wajak 15
12 Turen 24
13 Ampelgading 12
14 Tirtoyudo 14
15 Pakisaji 6
16 Donomulyo 10
17 Poncokusumo 9
18 Ngajum 8
19 Pagak 14
20 Gedangan 9

a. Asal daerah pasien


Pasien yang menjalani rawat inap di Ruang Diponegoro berasal
dari berbagai wilayah di Jawa Timur seperti Batu, Wajak,
Pakisaji, Pagelaran, Turen, Sumber Pucung, Gedangan,
Wonosari, Ngajum, Bululawang, Gondanglegi, Pagak, Sumber
Manjing Wetan, Dampit, Kepanjen, Tirtoyudo, Kalipare, Malang
Kota, Poncokusumo, Blitar, Kromengan, Bantur, Tajinan,
Sumber Manjing Kulon, Ampel Gading, Donomulyo, Pasien
paling banyak berasal dari Kepanjen yaitu sebanyak 31 pasien.

Analisa M5 MUTU:
1. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyebab penyakit dan
cara mencegah penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai