Anda di halaman 1dari 49

BAB I

DEFINISI

1. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian informasi/pesan dari


seorang pengirim/pemberi informasi kepada penerima informasi melalui suatu
cara tertentu sehingga penerima informasi tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh pemberi informasi.
2. Komponen komunikasi adalah unsur-unsur yang ada dalam komunikasi,
meliputi; komunikator, komunikan, media, informasi/pesan, dan feedback
(umpan balik).
3. Komunikator (pemberi informasi/pesan) adalah orang yang
mengkomunikasikan/ menghubungkan suatu pesan kepada orang lain.
4. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
penerima pesan (komunikan).
5. Komunikan (penerima informasi/ pesan) adalah orang yang menerima
pesan.
6. Informasi adalah pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu hal
tertentu, dapat berupa lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.
7. Pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, atau amanat yang disampaikan
lewat orang lain.
8. Media adalah alat komunikasi yang berperan sebagai jalan yang dilalui
informasi yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima, media dapat berupa cetak maupun elektronik. Pada kesempatan
tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pemberi informasi yaitu pada saat
komunikasi langsung/tatap muka.
9. Media cetak adalah alat komunikasi yang dicetak seperti surat kabar,
majalah, booklet, leaflet, brosur, dan sebagainya.

1
10. Media elektronik adalah alat komunikasi yang mempergunakan alat
elektronik modern, seperti radio, televisi, telepon, email, faximili, film, dan
sebagainya.
11. Feedback (umpan balik) adalah respon dari penerima terhadap pesan yang
diterimanya.
12. Encoding adalah kegiatan menulis dengan menggunakan kode/sandi.
13. Decoding adalah hal menguraikan isi kode/sandi.
14. Komunikasi efektif adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan secara tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
komunikan, dan tidak ada hambatan komunikasi, sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
15. Hambatan komunikasi adalah sesuatu hal yang menghambat proses
komunikasi, meliputi; gangguan fisik, masalah semantik (struktur bahasa dan
makna kata), perbedaan budaya, ketiadaan feedback, dan sebagainya.
16. Komunikasi efektif via telepon adalah penyampaian pesan lisan melalui
telepon yang dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, tidak duplikasi dan
mudah dipahami oleh penerima informasi untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.
17. Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang adalah proses
melaporkan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, dll) yang
nilainya memiliki risiko besar akan menimbulkan masalah dan harus segera
dilaporkan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Komunikasi dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah


Depati Hamzah Pangkalpinang, meliputi:
1. Komunikasi Efektif Pemberi Pelayanan dengan Pasien.
a. Dokter dengan pasien.
1) Dokter sebagai pemberi pesan.
2) Dokter sebagai penerima pesan.
b. Perawat dengan pasien.
1) Perawat sebagai pemberi pesan.
2) Perawat sebagai penerima pesan.
3) Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap
pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
c. Tenaga kesehatan lain dengan pasien.
Tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan di rumah sakit,
meliputi;
1) Petugas laboratorium.
2) Petugas radiologi.
3) Petugas farmasi.
4) Fisiotherapi.
5) Ahli gizi.
6) Petugas rekam medis.
d. Tenaga non kesehatan dengan pasien.
Tenaga non kesehatan yang memberikan pelayanan di rumah sakit,
meliputi;
1) Petugas admision.
2) Petugas keamanan.
3) Petugas parkir.
4) Petugas kasir.

3
5) dan lain-lain.
2. Komunikasi Efektif Antar Profesional Pemberi Asuhan /PPA (Dokter,
Perawat, bidan,farmasi,gizi,fisioterapis,petugas radiologi dan analis).
3. Komunikasi efektif dengan Masyarakat
Komunikasi yang diberikan kepada masyarakat berupa informasi dan
edukasi yang dilaksanakan di rumah sakit mempunyai dua tujuan yaitu:
a) Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pelayanan
kepada pasien/keluarga, dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun non
kesehatan.
b) Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan edukasi kesehatan
kepada pasien/keluarga, dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
Jenis informasi yang dikomunikasikan kepada masyarakat meliputi:
1) Informasi tentang pelayanan, jam pelayanan, serta akses dan
proses mendapatka pelayanan melalui banner, spanduk dan
komunikasi langsung ke masyarakat serta perusahaan-perusahaan.
2) Jenis edukasi yang dikomunikasikan kepada masyarakat meliputi:
Edukasi tentang penyakit, obat,gizi, fisiotherapi dan lain-lain.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini dapat diperoleh melalui
edukator dari disiplin klinis terkait yang akan diterangkan lebih
lanjut dalam pedoman Promosi Kesehatan Rumah sakit (PKRS)

B. Tempat Pelaksanaan Komunikasi Efektif di Rumah Sakit:


1. Komunikasi efektif di ruang admision.
2. Komunikasi efektif di rawat jalan.
3. Komunikasi efektif di rawat inap.
a. Komunikasi saat pertukaran dinas.
b. Penyuluhan pasien di tempat tidur (bedside conseling).
c. Penyuluhan pasien berkelompok.

4
C. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, antar pemberi
pelayanan melaksanaan komunikasi efektif dengan menggunakan teknik
SBAR (situation, background, assessment, recomendation).
1. Situation
2. Background
3. Assessment
4. Recomendation

D. Dalam berkomunikasi di rumah sakit, antar tenaga kesehatan (dokter,


perawat, dan tenaga kesehatan lain), harus melakukan verifikasi terhadap
akurasi dari komunikasi lisan baik langsung maupun via telepon dengan
cara; Tulis, Baca kembali, dan Konfirmasi (TBaK)

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Komunikasi Efektif secara umum dan komponen-kompenennya


Pelaksanaan Komunikasi Efektif Gambar 1

INCLUDEPICTURE
"http://2.bp.blogspot.com/-NC_X-X6El_Q/UF61TibQ0vI/AAAAAAAABSo/C
FEDRBS_LNw/s1600/komunikasi.png" \* MERGEFORMATINET

Gambar 2.
INCLUDEPICTURE
"http://maroebeni.files.wordpress.com/2008/09/model-komunikasi-
pemasaran1.jpg" \* MERGEFORMATINET

6
a. Pengirim (komunikator), yaitu orang yang mengkomunikasikan atau
menghubungkan suatu pesan kepada orang lain (dokter, perawat, petugas
admission, dan lainnya).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi
oleh si penerima pesan (komunikan).
b. Penerima (komunikan), yaitu orang yang menerima pesan (pasien,
keluarga pasien, perawat, dokter, petugas admission, dan lainnya).
c. Media, yaitu sarana komunikasi yang berperan sebagai jalan atau saluran
yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik
yang disampaikan penerima.
d. Berita dapat berupa lisan, tertulis atau keduanya sekaligus. Pada
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. Media yang dapat digunakan melalui
telepon, lembar lipat, buklet, video, peraga.
e. Pesan, yaitu berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang sudah
dituangkan dalam suatu bentuk, dan melalui lembaga komunikasi
diteruskan kepada orang lain atau komunikan.
f. Feed back (umpan balik), yaitu respon dari penerima terhadap pesan yang
diterimanya.
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam
hal-hal berikut :
1) Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka),
menjelaskan klarifikasi, parapharase, intonasi.
2) Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di
balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata /
kalimatnya, gerak tubuh).

7
4) Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena
komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan
sikap komunikator.
g. Di samping komponen-komponon pokok tersebut dapat ditambahkan
komponen lainnya seperti :
1) Sumber, asal suatu gagasan atau pendapat yang menjadi suatu pesan.
Sumber bisa berupa lembaga, kejadian, atau diri kita sendiri.
2) Media komunikasi, yang merupakan sarana atau alat-alat atau saluran-
saluran yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang akan
dikomunikasikan.
3) Kegiatan encoding, artinya menuangkan gagasan atau pendapat dalam
suatu bentuk pesan yang dinyatakan oleh komunikator kepada
komunikan.
4) Kegiatan decoding, artinya kegiatan untuk memahami suatu pesan
yang diterima oleh komunikan dari komunikator.
5) Tujuan yang berupa komunikan, bisa merupakan hadirin, massa, atau
kelompok, atau pula perseorangan.
h. Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami
oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
i. Komunikasi efektif via telepon adalah komunikasi melalui telepon yang
dilakukan tepat waktu, secara akurat, lengkap, jelas, dimengerti, tidak
duplikasi, dan tepat kepada penerima informasi untuk mengurangi kesalahan
dan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

B. Komunikasi Secara Khusus


1. Komunikasi Efektif dokter dengan pasien
a. Dokter sebagai pemberi pesan
1) Menyampaikan penjelasan penyakit, penyebab, tanda, gejala,
prognosa rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat

8
yang mungkin terjadi, perkiraan hari rawat, tindakan medis,
hasil, komplikasi serta dampak dari dilakukan atau tidak
dilakukannya terapi pengobatan/ tindakan tertentu.
2) Bertanggung jawab memastikan pasien memahami apa yang
disampaikan.
3) Dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien sudah
satu pemahaman dengan apa yang sudah dijelaskan oleh dokter,
misalnya tentang pengertian kata “panas”, bagaimana definisi
“panas” menurut pendapat pasien, apakah sudah sesuai dengan
“panas” dalam dunia medis. Ajarkan kepada pasien tentang
bagaimana cara mengukur panas tubuh dengan menggunakan
termometer, supaya pengukuran akurat dan dapat dijadikan
sebagai data dasar dalam memberikan obat panas.
b. Dokter sebagai penerima pesan.
1) Dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap
pernyataan pasien.
2) Dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan
klarifikasi untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien.

2. Komunikasi Efektif Perawat dengan Pasien.


a. Perawat sebagai pemberi pesan.
1) Menyampaikan tindakan dan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan, membuat asuhan keperawatan kepada pasien.
2) Bertanggung jawab memastikan pasien memahami apa yang
disampaikan.
b. Perawat perlu secara proaktif memastikan apakah pasien sudah satu
pemahaman dengan apa yang sudah dijelaskan oleh perawat
c. Perawat sebagai penerima pesan.
1) Perawat perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap pernyataan
pasien.

9
2) Perawat sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan
klarifikasi untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien.
d. Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap pengkajian,
perumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1) Pengkajian
a) Kumpulkan data pasien yang diperlukan dengan menggunakan
teknik wawancara, pemeriksaan fisik, melihat hasil
pemeriksaan diagnostik, dan informasi dari tenaga medis lain
dan dari keluarga pasien.
b) Tingkatkan kemampuan dalam berkomunikasi karena sangat
berpengaruh dalam mendapatkan kelengkapan data pasien.
c) Perhatikan budaya pasien yang berpengaruh pada asuhan
keperawatan, misalnya penggunaan bahasa, usia, tahap
perkembangan, asal daerah, tempat tinggal, dll.
d) Kenali kendala pasien dalam menyampaikan, menerima, dan
memahami informasi yang diterimanya, seperti; kemampuan
bahasa, ketajaman panca indera, kelamahan fungsi kognitf,
gangguan struktural.
2) Perumusan Diagnosis
a) Gunakan data yang didapat dari pengkajian untuk merumuskan
diagnosis keperawatan pasien.
b) Libatkan pasien/keluarga, dan tenaga kesehatan lain dalam
perumusan diagnosis keperawatan pasien.
c) Komunikasikan dengan pasien/keluarga sehingga mereka
kooperatif.
3) Perencanaan
a) Buat rencana tindakan sesuai dengan diagnosis keperawatan
pasien.
b) Tentukan alternatif rencana tindakan keperawatan yang akan
diterapkan, misalnya sebelum memberikan makanan kepada

10
pasien, perawat harus mengetahui terlebih dahulu diet pasien
yang benar.
c) Jadikan perencanaan yang dibuat sebagai media komunikasi
antar tenaga kesehatan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan
secara teratur dan efektif.

4) Pelaksanaan
a) Realisasikan perencanaan yang dibuat ke dalam pelaksanaan.
b) Gunakan komunikasi terapeutik dalam berinteraksi dengan
pasien.
c) Tunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar
tercipta suasana saling percaya saat berkomunikasi.
d) Pertahankan kontak mata sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjukkan perhatian dan kesungguhan perawat.
e) Fokus kepada pasien.
f) Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien
dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilakukan.
g) Mendengarkan secara seksama dan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi dari pasien. Perawat lebih banyak
mendengarkan dari pada berbicara. Hal ini akan menimbulkan
kepercayaan pasien pada perawat.
h) Mendengarkan keluhan pasien dan memahami perasaan
i) Perawat mampu menjelaskan keadaan pasien
j) Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap
pasien
k) Bersikap tenang selama berada didepan pasien
5) Evaluasi
a. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan
yang sudah dilakukan.
b. Lakukan evaluasi bersama-sama dengan pasien/ keluarga dan
tim kesehatan lainnya.

11
3. Komunikasi Efektif Tenaga Kesehatan Lain dengan Pasien
a. Petugas laboratorium dengan pasien
1) Analis memberikan pelayanan baik di rawat jalan maupun rawat
inap di pelayanan rumah sakit.
2) Analis memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien.
3) Analis menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang
akan dilakukan meliputi; cara pengambilan sampel, waktu hasil
didapatkan, biaya dan persiapan pasien sebelum pemeriksaan.
b. Petugas radiologi dengan pasien
1) Radiografer memberikan pelayanan baik di rawat jalan maupun
rawat inap di pelayanan rumah sakit.
2) Radiografer memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
sesuai dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien.
3) Radiografer menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan meliputi; cara pemeriksaan, waktu hasil
didapatkan, biaya dan persiapan pasien sebelum pemeriksaan.
c. Petugas farmasi dengan pasien
1) Apoteker memberikan pelayanan baik di rawat jalan maupun rawat
inap di pelayanan rumah sakit.
2) Apoteker memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien.
3) Apoteker menginformasikan kepada pasien tentang pengobatan
(obat-obatan) yang akan diberikan meliputi; nama obat, cara
konsumsi obat, waktu konsumsi obat, efek samping
obat,penggunaan obat-obat high alert, efektifitas obat terhadap
makanan tertentu dan lain-lain.
d. Terapis dengan pasien
1) Terapis memberikan pelayanan baik di rawat jalan maupun rawat
inap di pelayanan rumah sakit.

12
2) Terapis memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien.
3) Terapis menginformasikan dan mengajarkan kepada pasien tentang
terapi yang akan dilakukan meliputi; cara melakukan terapi, waktu
melakukan terapi, dan kapan pasien harus di evaluasi kembali oleh
dokter.
e. Ahli gizi dengan pasien
1) Ahli gizi memberikan pelayanan kepada pasien di pelayanan rawat
inap rumah sakit.
2) Ahli gizi memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien.
3) Ahli gizi menginformasikan kepada pasien tentang diet pasien
selama di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah sakit.
4) Ahli gizi membuatkan jadwal makan pasien selama di rumah sakit
dan setelah pulang dari rumah sakit.
f. Petugas rekam medis dengan pasien
1) Petugas rekam medis memberikan pelayanan baik di rawat jalan
maupun rawat inap di pelayanan rumah sakit.
2) Petugas rekam medis menginformasikan kepada pasien tentang
waktu pengambilan surat keterangan lahir bagi pasien yang
melahirkan di rumah sakit Umum Daerah Depati Hamzah
pangkalpinang

4. Komunikasi Efektif Tenaga Non Kesehatan dengan Pasien.


a. Petugas admision dengan pasien
Petugas admision memberikan informasi administrasi
pasien,memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pasien
serta pelayanan kepada semua pasien yang datang, dan mendaftar
untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit.
b. Petugas keamanan dengan pasien

13
1) Petugas keamanan memberikan pelayanan baik di rawat jalan
maupun rawat inap.
2) Petugas keamanan mengingatkan kepada pasien tentang jam
kunjung pasien dan ikut menjaga ketertiban dan keamanan rumah
sakit.

c. Petugas parkir dengan pasien


Petugas parkir memberikan pelayanan kepada semua pasien yang
datang menggunakan kendaraan, dan memberikan informasi sesuai
dengan kebutuhan pasien terkait parkir.
d. Petugas kasir dengan pasien
Petugas kasir memberikan pelayanan kepada semua pasien rawat inap
dan rawat jalan, dan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan
pasien terkait pembayaran.

5. Komunikasi Efektif Antar Pemberi Pelayanan.


a. Komunikasi langsung
1) Pertemuan antar dokter dalam rapat/ pembahasan kasus
Apabila ada kasus yang sulit/ complicated atau bermasalah maka
kasus tersebut harus didiskusikan/ dibahas bersama dalam rapat yang
dihadiri oleh:
a) Case Manager
b) Kepala Pelayanan Medik
c) Kepala Keperawatan
d) DPJP terkait
e) Perawat yang melakukan asuhan pasien
f) Tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam asuhan pasien
g) Komite medik bila diperlukan
Dalam pertemuan tersebut dibuat kesimpulan untuk menentukan
solusi yang terbaik dalam melakukan kepada pasien tersebut.
2) Komunikasi efektif saat proses serah terima

14
Komunikasi pada proses serah terima ditetapkan dengan tehnik SBAR
(Situation Background Asessment Recommendation). Serah terima
pasien dengan tehnik SBAR adalah proses pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab pengelolaan pasien setelah mendapatkan informasi
yang memadai (keadaan pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan, rencana
pengelolaan dan informasi lainnya) antar petugas kesehatan dengan
metode SBAR.
Hal –hal yang diserah terimakan yaitu:
a) Identitas pasien dan kondisi pasien saat dilakukan serah terima.
b) Perawatan atau tindakan yang telah dilakukan pada pasien
c) Rencana perawatan atau tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien
d) Hambatan atau masalah yang terkait dengan penundaan/
pembatalan tindakan pasien
e) Obat-obatan,hasil pemeriksaan penunjang pasien
f) Kelengkapan dokumen rekam medis
Serah terima asuhan pasien (hand over) didalam rumah sakit terjadi:
a) Serah terima antar profesional pemberi asuhan (PPA) seperti antar
staf medis dengan staf medis, antara staf medis dengan pemberi
pelayanan lainnya, atau antara sesama PPA pada saat pertukaran
shift. Serah terima menggunakan metode SBAR. Bukti serah terima
pada formulir serah terima (hand over) antar shif jaga.
b) Serah terima antar berbagai tingkat layanan didalam rumah sakit
yang sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif keunit
perawatan atau dari unit darurat kekamar operasi. Pada serah terima
antar ruang perawatan, bukti serah terima menggunakan lembar
tranfer pasien internal.
c) Serah terima dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau
unit tindakan seperti radiologi atau unit terapi fisik. Bukti serah
terima didokumentasikan dalam berkas rekam medis. Bukti serah
terima saat pasien diantar kekamar operasi/ ruang tindakan yang lain

15
untuk dilakukan operasi/ tindakan tertentu menggunakan lembar
ceklist verifikasi pre operasi.
Serah terima saat pasien dipindahkan dari kamar operasi/ ruang
tindakan keruang perawatan,bukti serah terima menggunakan
formulir verifikasi post operasi.Pada serah terima pasien yang
dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi maupun tindakan
fisiotherapi di rehabilitasi medik, hemodialisa untuk pasien yang
rawat inap.

3) Komunikasi secara verbal atau melalui telepon dengan aman dilakukan


hal-hal sebagai berikut:
a) Pemesanan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya
dihindari
b) Dalam
(1) Komunikasi ini dapat terjadi antar dokter, baik melalui telepon
atau diskusi langsung
(2) Instruksi langsung dari DPJP kepada perawat melalui komu-
nikasi efektif
(3) Informasi hasil pemeriksaan dari analis kepada dokter spesialis
patologi klinik
(4) Konfirmasi dari apoteker atau asisten apoteker kepada DPJP saat
melakukan telaah resep
(5) Informasi hasil pemeriksaan penunjang dari perawat kepada
DPJP

b. Komunikasi tidak langsung


1) Surat konsultasi
Apabila dalam kurun waktu 3 (tiga) hari diagnosis pasien rawat inap
belum ditemukan atau apabila pasien (baik rawat jalan maupun rawat
inap) memerlukan pemeriksaan atau perawatan dari bidang spesialis
lain, maka pasien dikonsultasikan pada dokter spesialis lain dengan

16
membuat surat konsultasi dan dapat ditentukan rawat bersama, alih
rawat, atau saran penatalaksanaan saja.
2) Surat rujukan pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, farmasi)
a) Apabila DPJP memerlukan informasi data melalui pemeriksaan pe-
nunjang, maka DPJP membuat surat permintaan pemeriksaan pe-
nunjang (laboratorium atau radiologi) dengan mencantumkan
alasan dan indikasi klinis dilakukannya pemeriksaan
b) Apabila saat telaah resep, apoteker atau asisten apoteker mene-
mukan ada tulisan dokter yang kurang jelas atau dosis, cara pembe-
rian, jumlah, frekuensi pemberian obat kurang sesuai maka
apoteker atau asisten apoteker menghubungi dokter untuk
melakukan konfirmasi mengenai pemberian obat tersebut.
3) Surat rujukan keluar
Apabila pasien membutuhkan sumber daya manusia/ fasilitas lain yang
tidak tersedia di rumah sakit Umum Daerah Depati Hamzah
Pangkalpinang atau apabila tempat tidur penuh maka pasien di rujuk ke
rumah sakit/ pusat pelayanan kesehatan lain dengan dibuatkan surat
rujukan.
4) Pencatatan perkembangan kondisi pasien pada catatan terintegrasi
a) Setiap melakukan asesmen terhadap pasien, DPJP maupun tenaga
kesehatan lain harus menuliskan hasil asesmen tersebut dalam
catatan medis terintegrasi, yang dapat digunakan sebagai media ko-
munikasi/ informasi bagi antar profesi
b) DPJP dan perawat/ bidan menuliskan setiap rencana asuhan medis
dan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dalam catatan
medis terintegrasi

C. Radiologi Ultrasonografi, CT-Scan, Diagnostik Jantung (EKG) serta tanda-


tanda Vital
Hasil Nilai Kritis :
No Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Kritis

17
Diagnostik Kritis
1 Radiografi - Bayi baru lahir dengan muntah yang
Konvensional proyektil
- Invaginasi
- Ileus Obstruktif
- Perforasi usus
- Trauma Abdomen
- Pneumothorax
- Efusi Pleura Masif
- Ascites
- Edema PAru
- Fraktur costae yang menimbulkan
perdarahan (haemothorax)
- Menelan benda asing
- Sesak + pernapasan cuping hidung
- Sianosis
- Trauma oleh benda tajam
- Fracture terbuka
2 USG - Trauma abdomen
- Appendik perfroasi
- Pankreatitis
- Cairan bebas ekstra lumen intra
abdominal pada kasus trauma
- KET (kehamilan Ektopik)
3 CT-Scan - Subrachnoid Haemorage
- Epidural Haemorage
- Subdural Haemorage
- Intra Celebral Haemorage
- Akut Thrombo Embolik Celebral
Infaction yang luas dan tanda-tanda
herniasi

18
- Fracture cranium
- Pneumothorax
- Haemothorax
- Effuse pleura masif
- Pneumoperitoneum
- Bowel obstruksi
4 Elektrocardiografi di - ST elevasi miocard infarkl (stemi)
UGD - Ventrikel takikardia (VT)
- Ventrikel fibrilasi (VF)
- AV blok (Atrioventrikuler) derajat tiga +
sereve bradicardi
5 Electrocardiografi di - Ventrikel takikardi (VT)
ruangan yang terpasang - Ventrikel Fibrilasi (VF)
monitor - Ventrikel ekstrasistole frequence,
bigeminy trigeminy, couplet, triplet, dan
atrial fibrilasi
6 Tanda – tanda vital - EWSS (early Warning Score System)
dengan total 6 sampai 7 (warna orange)

1. Pelaporan di Radiologi, Ultrasonografi dan CT-Scan


Setelah hasil selesai divalidasi dan diverifikasi, hasil radiologi,
ultrasonografi, ct-scan dilaporkan oleh petugas kepada :
a. 15 menit pertama, perawat ruangan atau perawat UGD menerima telpon
dari petugas radiologi, ultrasonografi dan ct-scan
b. 15 menit kedua, perawat ruangan atau perawat UGD
menghubungi/melaporkan ke DPJP atau dokter jaga.
c. 15 menit ketiga perawat mengambil hasil radiologi, ultrasonografi, dan
ct-scan bila melebihi batas waktu 60 menit, maka dibuat pelaporan
insiden.
d. Petugas radiologi, USG dan CT-Scan yang melaporakn hasil kritis
mencatat di buku nilai kritis yang sudah disiapkan, mengenai identitas

19
pasien yang mencakup nama pasien, tanggal lahir dan nomor rekam
medis. Jenis pemeriksaan dan hasil pemeriksaan, ruangan, tanggal dan
waktu melapor, berikut nama lengkap perawat yang menerima laporan
e. Perawat yang menerima laporan dari petugas radiologi, usg dan CT-
Scan menulis di buku hasil nilai kritis mengenai identitas pasien yang
mencakup nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Jenis
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan, tanggal dan waktu menerima hasil
dan jam perawat melapor ke DPJP atau dokter jaga dan jam mengambil
hasil.
f. Perawat ruangan mengkaji kondisi pasien terkini dan mengkaji tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan pasien
serta saturasi oksigen.
g. Setelah mendapat hasil dari pengkajian perawat melapor ke DPJP atau
dokter jaga dengan metode SBAR dan TBaK, sesaui dengan SPO
menerima perintah lisan atau telpon, langsung membubuhi cap
readback yang harus dilengkapi oleh penerima pesan dan pemberi pesan
berupa tanggal jam, nama terang dan tanda tangan yang harus terisis
1x24 jam
h. Hasil laporan dicatat di rekam medis pada catatatn teritegrasi
i. Doter jaga/DPJP yang menerima laporan hasil kritis segera mengambil
tindakan atau merekomendasikan instuksi selanjutnya.

2. Pelaporan Eletrocardiografi
a. Petugas UGD segera mengkonsultasikan hasil kritis tersebut kepada
dokter jaga bila terdapat hasil pemeriksaan elektrokardipgram (stemi,
VT, VF, AV Blok derajat 3 + Severee Bradycardi)
b. Dokter jaga UGD mengatasi kegawatdaruratannya setelah itu melapor
ke DPJP
c. Petugas ruangan segera melapor nilai kritis hasil EKG pasien yang
terpasang monitor kepada dokter jaga/DPJP bila terlihat hasil dari
eletricardiiogramnya (VT, VF, VE frequent, Bigeminy, trigeminy,

20
couplet, triplet dan atrial fibrilasi) dengan menggunakan metode SBAR
dan TBaK sesuai dengan SPO menerima perintah lisan atau telpon.
d. Hasil laporan dicatat di rekam medis pasien pada catatan teritegrasi
e. DPJP yang menerima laporan hasil kritis dari dokter jaga segera
mengambil tindakan atau memberikan instruksi selanjutnya.
3. Pelaporan Tanda – tanda vital
1) Petugas UGD segera mengkonsultasikan hasil kritis tersebut kepada
dokter jaga bila terdapat hasil tanda – tanda vital kritis
2) Dokter jaga UGD mengatasi kegawatdaruratannya setelah itu melapor
ke DPJP
3) Petugas ruangan segera melapor bila hasil scoring pada EWSS (Early
Warning Score System) menunjukkan label orange dengan scoring 6-7
kepada dokter jaga ruangan/DPJP dengan menggunakan metode SBAR
dan TBaK sesuai dengan SPO menerima perintah lisan atau telpon.
4) Hasil laporan dicatat di rekam medis pasien
5) Dokter jaga/DPJP yang menerima laporan hasil kritis segera mengambil
tindakan atau memberikan instruksi selanjutnya.
Pelaporan diagnostik kritis hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi, ultrasonografi, ct scan, diagnostik jantung (ekg), serta tanda-tanda
vital adalah bagaimana cara melaporkan hasil yang nilainya memiliki resiko
besar akan menimbulkan masalah dan harus segera dilaporkan serta kepada
siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaan kritis dilaporkan harus jelas.

D. Komunikasi Informasi dan Edukasi.


1. Komunikasi Informasi
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pelayanan
ini biasanya dilakukan oleh petugas customer service, registrasi dan
admission yang meliputi:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan

21
d. Sumber alternatif mengenai asuhan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit
mencarikan alternative rujukan sesuai kebutuhan / kondisi pasien

Contoh sikap petugas customer service, registrasi dan admision ketika


menerima pasien:
a. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
b. Mempersilahkan pasien duduk
c. Menanyakan nama pasien
d. Tawarkan bantuan kepada pasien
e. Menciptakan suasana yang nyaman
f. Menilai suasana lawan bicara
g. Memperlihatkan sikap non verbal (raut wajah, mimik,
gerak/bahasa tubuh dari pasien)
h. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan
makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
i. Memberikan informasi yang diperlukan pasien
j. Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan langsung
tanyakan apakah mau dibantu untuk dibuatkan perjanjian
k. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu
l. Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang
disampaikan
m. Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebaginya maka
dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang
n. Menawarkan kembali bantuan kepada pasien
o. Mengucapkan salam penutup
2. Komunikasi Edukasi Pasien dan Keluarga pasien
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada
pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa
memahami pentingnya mengikuti proses pengobatan, tindakan, gizi,

22
rehabilitasi medik, manajemen nyeri dan manajemen jatuh yang telah
ditetapkan.

Terdapat 3 tahap dalam pemberian edukasi:


a. Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir
asesmen kebutuhan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
3) Hambatan emosional dan motivasi
4) Keterbatasan fisik dan kognitif
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
b. Tahap penyampaian informasi
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung
pada hasil asesmen pasien, yaitu:
1) Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang,
maka proses komunikasi edukasinya bisa langsung dijelaskan
kepada pasien sesuai dengan kebutuhan edukasinya
2) Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan
dengan menggunakan media cetak seperti brosur yang diberikan
kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu
atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3) Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau
depresi) maka proses komunikasi edukasinya juga dapat
disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti brosur
dan menyarankan pasien untuk membacanya.
c. Tahap Verifikasi

23
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga
mengenai kejelasan dan pemahaman edukasi yang diberikan:
1) Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik
dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan
2) Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka veriikasi
dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya
dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Apakah Bpk/Ibu bisa
memahami materi edukasi yang kami berikan?”
3) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah,
depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan melalui brosur.
Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang langsung
ke kamar pasien setelah pasien tenang.

E. Pelaksanaan Komunikasi Efektif di Rumah Sakit


1. Komunikasi efektif di ruang admision
Pendaftaran pasien dapat dilakukan oleh pasien melalui dua cara yaitu:
a. Melalui telepon
1) Pasien diminta menyebutkan nama dokter yang dituju, nama pasien,
tanggal lahir dan nomor rekam medis oleh petugas operator.
2) Petugas operator akan mengkonfirmasi apa yang didengarnya dari
pasien untuk input pendaftaran.
3) Jika ada kesulitan dalam pengejaan huruf, petugas akan
menggunakan kode alfabet internasional (terlampir) dalam
melakukan komunikasi pertelepon dengan pasien.
b. Pasien datang langsung
1) Pasien datang langsung di rumah sakit diarahkan ke tempat
pendaftaran (admision), yang oleh petugas admision disambut
dengan 4S (senyum, sambut, sapa dan salam).

24
2) Tanyakan kebutuhan pasien datang ke rumah sakit, apakah pasien
sudah pernah datang ke rumah sakit Umum Daerah Depati Hamzah
Pangkalpinang atau belum.
3) Setelah pendaftaran selesai, pasien diarahkan ke tempat sesuai
dengan pelayanan yang dibutuhkan.
2. Komunikasi efektif di rawat jalan
a. Komunikasi dilakukan oleh perawat/bidan saat melakukan pemeriksaan
antropometri dan tanda-tanda vital pasien di Poliklinik.
b. Komunikasi dilakukan di kamar dokter praktek saat pasien konsultasi,
informasi diberikan oleh dokter.
c. Konsultasi dapat diberikan secara individual maupun berkelompok,
secara individual saat bertemu dengan dokter praktek, secara
berkelompok misalnya kursus pra persalinan, kursus perawatan bayi,
dan senam hamil.
d. Ruang konsultasi dilengkapi dengan media komunikasi seperti laptop,
Liquid Crystal Display (LCD) dan gambar-gambar poster.
e. Ruang tunggu di Poliklinik juga dipasang media informasi dan edukasi
seperti poster, leaflet, atau dipasang layar monitor yang menayangkan
informasi tentang kesehatan.
f. Komunikasi di rawat jalan juga dilakukan di laboratorium, radiologi,
farmasi, dan di tempat lain yang memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Komunikasi efektif di rawat inap
Beberapa cara komunikasi pemberdayaan dapat dilakukan melalui konseling
sebagai berikut :
a. Konseling pasien di tempat tidur
1) Konseling pasien di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan
terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit
meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring.
2) Perawat yang menjadi konselor harus mendatangi setiap pasien,
duduk di samping tempat tidur pasien tersebut dan melakukan
pelayanan konseling.

25
3) Dalam melakukan konseling di tempat tidur, konselor membawa
alat peraga dan bila memungkinkan dapat membawa VCD/DVD
yang berisi informasi tentang penyakit pasien tersebut.
b. Konseling Berkelompok
1) Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya, dapat
dilakukan konseling secara berkelompok.
2) Sediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpul di ruang
perawatan.
3) Konseling berkelompok ini selain untuk meningkatkan
pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku pasien, juga
sebagai sarana komunikasi yang berfungsi sebagai sosialisasi
kepada pasien-pasien.
4) Gunakan alat peraga atau media komunikasi seperti flipchart,
poster, standing banner, laptop dan LCD untuk menayangkan
gambar atau film.
5) Di Rumah Sakit Anggota konseling berkelompok dilakukan
melalui senam hamil, kursus prapersalinan dan kursus perawatan
bayi.
6) Lingkungan yang berpengaruh besar terhadap pasien rawat inap
adalah para penjenguk (pembesuk).
7) Agar para penjenguk tertib, dapat disediakan ruang tunggu yang
dilengkapi dengan poster dan leaflet tentang pendidikan kesehatan
secara gratis atau televisi yang menayangakan berbagai pesan
kesehatan dari VCD/DVD player, sehingga diharapkan para
penjenguk memperoleh informasi yang nantinya dapat disampaikan
kepada pasien yang akan dibesuknya.

F. Pelaksanaan Teknik SBAR


1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Depati Hamzah Pangkalpinang antarprofesional pemberi asuhan layanan
komunikasi yang terjadi menggunakan tekhnik SBAR.

26
2. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter. Dengan komunikasi
SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi
pasien lebih informatif dan terstruktur.
3. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri dari
unsur Situation, Background, Assessment, Recommendation. Pada
prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin menjawab
pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari
dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
4. Empat (4) Unsur SBAR
a. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien
b. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
saat ini
c. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
d. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Bvred et all, 2009):
1) Meningkatkan keselamatan pasien
2) Memberikan standar untuk berbagi informasi
3) Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan
pasien atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis
dengan benar dan akurat.

27
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR
(Haig, K.M, dkk, 2006)
Situation (S)  Sebutkan nama anda dan unit
 Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien
 Sebutkan masalah pasien tersebut
(misalnya sesak nafas, nyeri dada, dll)
Background (B)  Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai
kebutuhan
 Status kardiovaskuler (Nyeri dada, tekanan
darah,EKG, dsb)
 Status respirasi (Frekuensi pernafasan, SpO2, analisa
gas darah, dsb)
 Status gastrointestinal (Nyeri perut, perdarahan,dsb)
 Neurologis (GCS, Pupil)
 Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya
Assessment  Sebutkan problem pasien tersebut
 Problem kardiologi
 Problem gastro-intestinal
Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
 Saya meminta dokter untuk :
 Memindahkan pasien ke ICU
 Segera datang melihat pasien
 Mewakilkan dokter lain untuk dating
 Konsultasi ke dokter lain
 Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan :
 Foto rontgen
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Pemeriksaan EKG
 Pemberian oksigenasi
 Beta 2 agonis nebulizer

28
G. Pelaksanaan Verifikasi Komunikasi Lisan dengan cara TBaK
Dalam berkomunikasi di rumah sakit petugas dan tenaga medis harus
melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan
Tulis, baca kembali dan konfirmasi ulang (TBaK) yaitu:
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan
2. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana
komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata
yang digunakan, intonasi, kekuatan suara, jelas, singkat dan padat.
3. Penerima pesan mencatat isi pesan (CATAT)
4. Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan
harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
5. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh petugas penerima pesan
(BACA)
6. Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan
dapat diterima dengan baik.
7. Penerima pesan mengkonfirmasikan kembali isi pesan kepada pemberi
pesan (KONFIRMASI)
8. Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan kembali oleh
penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada
yang kurang atau salah.

29
Sistem TBaK dapat diilustrasikan dengan skema sebagai berikut:

Yah…benar

Jadi isi pesannya ini


Dikonfirmasikan
yah pak…

Dituli Dibacakan Komunikan


s

Komunikator Isi pesan Komunikan

Pemberi pesan /instruksi yang berupa terapi/tindakan /prosedur terhadap pasien


wajib untuk melakukan konfirmasi terhadap isi pesan dan dibubuhkan cap
READBACK / TBaK pada berkas rekam medis pasien.

30
BAB IV
DOKUMENTASI

Komunikasi efektif dilakukan antar petugas pemberi layanan dan


didokumentasikan dalam berkas rekam medis.Dokumen yang terkait dengan
proses komunikasi yaitu assesmen awal rawat inap,pengkajian awal rawat inap,
catatan terintegrasi, catatan asuhan keperawatan, resume, resep pasien, lembaran
konsultasi,persetujuan tindakan kedokteran,penolakan tindakan kedokteran,
formulir rujukan, formulir edukasi.
Tehnik dokumentasi dengan menggunakan SOAP dan penerima
informasi selalu melakukan pencatatan yang kemudian dibaca kembali serta
konformasi ulang (TBaK).
Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa telah terjadi proses komunikasi antar
pemberi layanan, dengan tujuan agar patien safety dapat tercapai.
Proses dokumentasi yang dilakukan dengan tertib dan teratur mencerminkan
pelayanan yang komprehensif dan terpercaya.

31
LAMPIRAN

1. KODE ALPHABET

32
2 .CAP READ BACK

READ BACK / TBaK


( Tulis Baca Konfirmasi Kembali )

PENERIMA PESAN PEMBERI PESAN


Tanggal Tanggal
Jam Jam
Nama Terang Nama Terang

Tanda Tangan Tanda Tangan

33
3. DAFTAR NILAI KRITIS LABORATORIUM

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA


KIMIA NEWBORN
Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas
Bilirubin mg/dL - 15
Glukosa mg/dL 30 325
Kalium mmol/dL 2,8 7,8

KIMIA ANAK
Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas
Glukosa mg/dl 46 455
Laktat mmol/dL - 4,1
Bilirubin Total mg/dL - 20

DEWASA
Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas
Laktat mmol/dL - 3,4
Kalium mmol/dL 2,8 6,2
Glukosa mg/dL 80 HI

34
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas


Hemoglobin
Dewasa g/dL 5 20

Hemoglobin bayi baru g/dL 8 25


lahir
Hemotrokit % 20 60

WBC /µ 1000 50000

Platelet (trombosit) /µ 20000 800000

35
4. Daftar nilai kritis diagnostik jantung

NILAI KRITIS EKG DI UGD

36
Ventrikel taKikardia (VT)

Ventrikel Fibrilasi (VF)

37
AV Blok (Atrioventrikuler) derajat tiga + severe bradicardy

NILAI KRITIS EKG DIRUANGAN


38
1. Ventrikel takikardia (VT)

2. ventrikel fibrilasi

3. Ventricular ekstrasistolet trequent, beguminy, trigeminy, couplet, triplet

39
.      Ventrikel Ekstra Sistol “Bigemini”

40
.    Ventrikel Ekstra Sistol “Trigemini”

     Ventrikel Ekstra Sistol “Couplet”

41
Ventrikel Ekstra Sistole Triplet

4. Atrial fibrialtion / rapid respon

42
5.NILAI PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KRITIS

HASIL NILAI KRITIS


NO PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI
DIAGNOSTIK KRITIS KRITIS

1 RADIOGRAFI Bayi baru lahir dengan muntah yang


KONVENSIONAL proyektil
Invaginasi
Ileus Obstuksi
Perporasi Usus
Trauma Abdomen
Pneumothorax
Hidropneumothorax
Effusi Pleura Masif
Ascites
Edema Paru
Fraktur costae yang menimbulkan
pendarahan ( Haematothorax )
Menelan benda asing
Sesak + pernapasan cuping hidung
Sianosis
Trauma oleh benda tajam
Fraktur terbuka

2 USG Trauma Abdomen


Appendik Perporasi
Pankreacitis
Cairan bebas ekstra lumen intra
abdominal pada kasus trauma
KET ( Kehamilan Ektopik )

3 CT- SCAN Subarachnoid Hemorrhage


Epidural Hemorrhage
Subdural Hemorrhage
Intra Celebral Hemorrhage
Akut Thrombo Embolik Celebral
Infarction yang luas dan tanda –tanda
herniasi
Fraktur cranium
Pneumo Thorax

43
Hemoto Thorax
Effusi Pleura Masif
Pneumoperitonieum
Bowel Obstruksi

4 ELEKTROCARDIOGRAFI ST Elevasi Miocard Infark ( Stemi )


DI UGD Ventrikel Takikardia ( VT )
Ventrikel Fibrilasi ( VF )
AV Blok ( Atrioventrikuler ) derajat tiga
+ sereve bradicardi

5 ELEKTROCARDIOGRAFI Ventrikel Takikardia ( VT )


DI RUANGAN yang terpasang Ventrikel Fibrilasi ( VF )
monitor
Ventrikel Ekstrasistole frequent,
Bigeminy, Trigeminy, Couplet, Triplet
dan Atrial Fibrilasi

6 TANDA- TANDA VITAL EWSS ( Early Warning Score Sistem )


Dengan total 6 sampai 7 ( warna orange )

44
6.DAFTAR NILAI KRITIS TANDA-TANDA VITAL

EWSS PASIEN ANAK

0 1 2 3
PERILAKU Sadar/bermain Respon Respon Tidak
terhadap terhadap Nyeri Respon
suara terhadap
nyeri
KARDIO Pink atau CRT Pucat atau Abu-abu/Biru Abu-abu/
VASKULER 1-2 detik CRT 3 CRT 4 detik Biru,
detik Takikardia : mottled atau
Nadi lebih CRT ≥ 5
tinggi/rendah detik atau
10 kali/menit tachikardi,
Nadi lebih
tinggi atau
lebih rendah
30
kali/menit
RESPIRASI Normal tidak RR> 10 di RR>20 diatas 5 detik
retraksi atas normal, dibawah
normal, ada terdapat normal
cuping retraksi dada dengan
hidung retraksi dan
atau stidor

45
NILAI NORMAL SESUAI USIA

USIA FREKWENSI TEKANAN FREWENSI


NADI DARAH NAPAS
(KALI/MENIT) SISTOLIK (KALI/MENIT)
(mmHg)
0-3 BULAN 100 -180 50 60
4-12 BULAN 100 -180 60 50
1-4 TAHUN 90 - 160 70 40
5-12 TAHUN 80 - 140 80 30
 12 TAHUN 60 - 130 90 30

HIJAU KUNING ORANGE MERAH


0-3 4-5 6-7 ≥8

46
EWSS PADA PASIEN DEWASA
3 2 1 0 1 2 3
Frekwensi
pernapasan <8 8 0 - 17 18-20 21 - 29 ≥ 30
x/menit

Frekwensi
pernapasan 51 -
< 40 40 - 50 101-110 111 - 129 ≥ 130
x/menit 100

Tekanan
darah
101 - 160 - 200 –
≤ 70 71 - 80 81 - 100 > 220
Sistolik
159 199 220
( mmHg)

Tingkat Respon Respon Alert/ Gelisah Onset baru


Tidak
Kesadatan terhadap terhadap Compos atau gelisah atau
respon
nyeri suara Mentis bingung bingung

Suhu tubtuh
(0C) 36.05 - 38.05 –
< 35 35,05- 36 > 38,5
38 38,5

HIJAU KUNING ORANGE MERAH


0-3 4-5 6-7 ≥8

47
FORMULIR SERAH TERIMA (HAND OVER) ANTAR SHIFT JAGA

RM.
UPTD. RSUD DEPATI HAMZAH
PANGKALPINANG
RUANGAN :....................................................................... Nama Pasien :.............................................................

HARI, TANGGAL :....................................................................... Tgl Lahir :.............................................................


No. RM :.............................................................

PAGI SORE MALAM


Situation :................................................................... Situation :................................................................... Situation :...................................................................
................................................................................... ................................................................................... ...................................................................................
................................................................................... ................................................................................... ...................................................................................
Background :............................................................. Background :............................................................. Background :.............................................................
.................................................................................. .................................................................................. ..................................................................................

Dx. Medis :................................................................ Dx. Medis :................................................................ Dx. Medis :................................................................


DPJP: dr.................................................................... DPJP: dr.................................................................... DPJP: dr....................................................................

Assesment :.............................................................. Assesment :.............................................................. Assesment :..............................................................

Kesadaran :..................................... GCS:................ Kesadaran :..................................... GCS:................ Kesadaran :..................................... GCS:................

TTV : TD:...................... mmHg Nadi :.......... x/menit TTV : TD:...................... mmHg Nadi :.......... x/menit TTV : TD:...................... mmHg Nadi :.......... x/menit
Suhu :............ oC RR:........... x/menit Nyeri:................ Suhu :............ oC RR:........... x/menit Nyeri:................ Suhu :............ oC RR:...........x/menit Nyeri:................
Oksigen:............. L/menit Infus :.............. tts/menit Oksigen:............. L/menit Infus :.............. tts/menit Oksigen:............. L/menit Infus :.............. tts/menit
Transfusi :.......... tts/menit | Katheter:Y/T | NGT: Y/T Transfusi :.......... tts/menit | Katheter:Y/T | NGT: Y/T Transfusi :.......... tts/menit | Katheter:Y/T | NGT: Y/T
Makan/Minum :......................................................... Makan/Minum :......................................................... Makan/Minum :.........................................................
Toileting :.................................................................. Toileting :.................................................................. Toileting :..................................................................
Aktivitas/Gerak :....................................................... Aktivitas/Gerak :....................................................... Aktivitas/Gerak :.......................................................
Skore Jatuh :.......................................................... Skore Jatuh :.......................................................... Skore Jatuh :..........................................................
Recomendation :................................................... Recomendation :................................................... Recomendation :...................................................
............................................................................... ............................................................................... ...............................................................................
............................................................................... ............................................................................... ...............................................................................
Pemberi Operan Penerima Operan Pemberi Operan Penerima Operan Pemberi Operan Penerima Operan
(............................... ) (............................... ) (............................... ) (............................... ) (............................... ) (............................... )

48
49

Anda mungkin juga menyukai