Anda di halaman 1dari 32

BAB I

DEFINISI

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi


dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampaian pikiran-pikiran atau
informasi (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich,
1988).

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana


dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Untuk sampai pada tahap
tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan,
tulisan,/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya
penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau
informasi yang tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.

Tujuan dari buku panduan ini adalah sebagai acuan kepada petugas rumah sakit
mengenai cara berkomunikasi dengan masyarakat, pasien dan atau keluarga pasien,
dan antar pemberi layanan sehingga tercipta keterbukaan dan kepercayaan.

Sasaran buku panduan ini adalah seluruh petugas Rumah Sakit Umum Daerah
Muhammad Saniyang melakukan pelayanan kepada pasien dan keluarga, pengunjung
dan masyarakat.

Komponen komunikasi pokok adalah:

a. Pengirim (komunikator), yaitu orang yang mengkomunikasikan atau


menghubungkan suatu pesan kepada orang lain (dokter, perawat, petugas
admission, dan lainnya). Komunikator yang baik adalah komunikator yang
menguasai materi, pengetahuan luas dan dalam tentang informasi yang
disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
b. Penerima (komunikan), yaitu orang yang menerima pesan (pasien, keluarga
pasien, perawat, dokter, petugas, admission, dan lainnya).
c. Media, yaitu sarana komunikasi yang berperan sebagai jalanatau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima.
d. Berita dapat berupa lisan, tertulis atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan
tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi
berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap. Media yang dapat digunakan melalui telepon, leaflet, buletin,
video, lembar balik, benner, koran, TOA, handphone, dan peraga.
e. Pesan yaitu berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang sudah dituangkan
dalam suatu bentuk, dan melalui lembaga komunikasi diteruskan kepada orang
lain atau komunikan.
f. Feed back (umpan balik), yaitu respon dari penerima terhadap pesan yang
diterimanya. Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut:
1) Cara berbicara (umpan balik), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2) Mendengarkan (listening), termasuk memotong kalimat.
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat dibalik
yang tersurat (bahasa non verbal dibalik ungkapan kata/ kalimatnya, gerak
tubuh).
4) Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
g. Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
h. Komunikasi efektif via telepon adalah komunikasi melalui telepon yang dilakukan
tepat waktu, secara akurat, lengkap, jelas dimengerti, tidak duplikasi, dan tepat
kepada penerima informasi untuk mengurangi kesalahan dan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
i. Pelaporan nilai kritis hasil laboratorium adalah cara melaporkan yang nilainya
memiliki resiko besar akan menimbulkan masalah dan harus segera dilaporkan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu
alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang
apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima
pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada
titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampaian pesan dan
penerimaan pesan. Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi daat terjadi pada setiap
gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu
sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya.
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya
adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan
isyarat yang baik dimengerti oleh suku bangsa).
Komunikasi efektif di Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Sani dilakukan
pada saat:
a. Komunikasi rumah sakit dengan masyarakat
b. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga pasien
c. Komunikasi efektif dokter kepada pasien
d. Komunikasi antar pemberi pelayanan dirumah sakit
e. Komunikasi antar pemberi pelayanan diluar rumah sakit
f. Komunikasi hal Urgent (Code Blue dan Code Red).
BAB III
TATALAKSANA
A. Proses Komunikasi Efektif
Komunikasi dikatakan efektif apabila tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan atau kesalahpahaman.
1. Prosesnya meliputi :
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap isi
pesan tersebut oleh si penerima pesan
b. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan
c. Penerima pesan mengkonfirmasikan isi pesan kepada pemberi pesan
2. Unsur komunikasi
a. Sumber/komunikator (dokter, perawat, admission, laboratorium, kasir, dan lain-lain)
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah diterima dengan baik. Komunikator yang baik adalah
komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi
yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
b. Isi Pesan (Apa yang disampaikan) Panjang pendeknya, kelengkapan perlu disesuaikan
dengan tujuan komunikasi, media penyampaian dan penerima komunikasi.
c. Media Komunikasi (Elektronic, Lisan, dan Tulisan) Media berperan sebagai jalan atau
saluran yang berisi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima. Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.
Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap. Media yang dapat digunakan antara lain telepon, leaflet, lembar balik,
buletin, video, handphone, benner koran, dan TOA.
d. Penerima (Pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, admission) Penerima berfungsi sebagai
penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang
pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan
dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
e. Pemberi/komunikator yang baik adalah pada saat melakukan proses umpan balik,
diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
1) Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
parapharase, intonasi.
2) Mendengarkan (listening), termasuk memotong kalimat
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat dibalik yang tersurat
(bahasa non verbal dibalik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4) Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak
mengganngu komunikasi, misalnya karena keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh,
raut muka, dan sikap komunikator.
f. Sifat komunikasi

Komunikasi dapat bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi). Komunikasi
yang bersifat informasi/asuhan dirumah sakit meliputi jam pelayanan, pelayanan yang
tersedia, cara mendapatkan pelayanan, sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan
yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses
informasi ini dapat diperoleh melalui customer service, admission dan website.

Komunikasi yang bersifat edukasi meliputi edukasi tentang penyakit, obat, gizi, fisiotherapi,
bimbingan rohanidan lain-lain. Akses untuk mendapatkan edukasi ini daat diperoleh melalui
edukator dari bidang ilmu terkait yang akan diterangkan lebih lanjut dalam pedoman
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

B. Komunikasi Rumah Sakit Dengan Masyarakat


Komunikasi yang dapat dilakukan rumah sakit terhadap masyarakat merupakan hal penting yang
harus dilakukan. Selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit, dari
komunikasi yang dilakukan tersebut dapat terjalin kerja sama sehingga dari rumah sakit akan
mendapatkan banyak masukan terkait dalam pemberian pelayanan kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh rumah sakit juga harus diperhatikan. Dalam hal
ini rumah sakit menentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, namun karena rumah sakit
terletak dikawasan Muhammad Saniyang mayoritasnya penduduk suku Dayak dan Banjar, maka
seharusnya proses komunikasi menggunakan bahasa Dayak dan Banjar. Penggunaan bahasa Dayak
dan Banjar disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan usia lawan bicara sesuai panduan budaya Dayak
dan Banjar. Untuk melakukan bentuk komunikasi rumah sakit terhadap masyarakat, maka hal yang
harus dilakukan Rumah Sakit adalah terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan dari populasi
tersebut. Cara rumah sakit mengidentifikasi adalah melalui data cakupan mengenai daftar suku
terbanyak yang datang berobat dirumah sakit. Dari data tersebut dapat ditentukan zona mana yang
dapat didatangi rumah sakit untuk diberikan informasi mengenai pelayanan rumah sakit dan
memfasilitasi akses kepelayanan dan maupun akses terhadap informasi tentang pelayanan asuhan
pasien.
C. Komunikasi Petugas Rumah Sakit Kepada Pasien Dan Atau Keluarga Pasien
Selain komunikasi yang dilakukan rumah sakit kepada masyarakat, komunikasi efektif dilakukan
didalam rumah sakit salah satunya adalah komunikasi antara petugas rumah sakit dengan pasien
dan atau keluarga pasien. Salah satu tujuannya adalah untuk membangun komunikasi yang terbuka
dan terpercaya antara pasien dan atau keluarga dengan rumah sakit. Pasien dan keluarga
embutuhkan informasi lengkap mengenai asuhan dan pelayanan yang ditawarkan oleh rumah sakit,
serta bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut. Informasi tersebut membantu
mencocokkan harapan pasien dengankemampuan rumah sakit untuk memenuhi harapan tersebut.
Informasi tentang sumber alternatif untuk asuhan dan pelayanan diberikan bila kebutuhan asuhan
diluar misi dan kemampuan rumah sakit. Dalam hal ini petugas juga harus memperhatikan cara
berkomunikasi dan bisa menentukan bahasa apa yang harus digunakan kepada pasien dan atau
keluarga karena kemampuan setiap orang berbeda-beda. Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad
Sanimemiliki proses dimana setiap pasien dan keluarga diberi informasi tentang asuhan dan
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dengan cara memberikan informasi pelayanan secara
lisan dan tertulis yang kemungkinan akan dilakukan terhadap diri pasien, informasi tersebut
dilakukan pada saat proses admisi. Pada saat pasien mengisi lembar pernyataan persetujuan untuk
dirawat di rumah sakit, petugas menginformasikan segala hal yang berhubungan dengan pelayanan
terutama yang ada pada lembar persetujuan tersebut. Selain itu petugas juga menginformasikan
kepada pasien dan keluarga bagaimana cara untuk mengakses pelayanan tersebut. Informasi dapat
disampaikan rumah sakit melalui petugas rumah sakit yang langsung kepada pasien dan keluarga,
sehingga petugas harus memahami dan menguasai informasi tersebut. Layanan dapat diakses
dengan melakukan prosedur yang ada dan berlaku. Juga dapat memberikan leaflet kepada setiap
pasien dan keluarga. Jika rumah sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan pelayanan yang
dikehendaki pasien atau yang tidak dapat dilayani di rumah sakit, maka rumah sakit menyampaikan
informasi tentang sumber alternatif bagi asuhan dan pelayanan lain.
Banyak proses komunikasi yang dilakukan oleh petugas kepada pasien dan atau keluarga pasien
selai beberapa contoh diatas, misalnya adalah ketika:
1. Petugas pendaftaran melakukan proses pendaftaran
2. Proses pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat
3. Petugas memberikan penjelasan mengenai General Consent
4. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien pulang
5. Petugas menjelaskan terkait penyakit pasien
6. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak
Bahasa yang digunakan oleh rumah sakit tidak jauh berbeda dengan komunikasi yang
dilakukan kepada masyarakat. Rumah sakit menentukan bahasa indonesia sebagai bahasa
utama. Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien tidak hanya melalui lisan saja, sudah
disebutkan diatas bahwa rumah sakit menggunakan beberapa media komunikasi secara
tertulis. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk membuat media informasi yang mudah
dipahami oleh siapapun mengingat pasien dan keluarganya terdiri dari berbagai macam
kalangan. Setelah adanya penyampaian informasi petugas nelakukan verifikasi terhadap
informasi yang sudah disampaikan, dari proses tersebut dapat diketahui apakah pasien dan
keluarga dapat menerima dengan jelas informasi yang sudah disampaikan oleh petugas. Cara
penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga dapat dilakukan sesuai dengan hasil
pengkajian awal yang dilakukan terhadap pasien dimana dengan diketahuinya tingkat
pendidikan, kemampuan bicara atau asal daerah pasien petugas dapat melakukan
penyampaian informasi dengan cara yang lebih mudah dipahami. Jika terdapat pasien dengan
keterbatasan dan keluarga yang tidak berkompeten untuk menerima informasi, maka rumah
sakit menyediakan penerjemah sebagai upaya untuk membantu pasien dan keluarganya dalam
memahami informasi yang disampaikan oleh petugas. Namun hal tersebut dilakukan sebagai
upaya terakhir.
D. Komunikasi Efektif Antar Dokter Dengan Pasien
Komunikasi yang dibahas dalam pandun ini adalah komunikasi yang terjadi antara dokter dan
pasien dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatan pasien yang bukan dalam keadaan gawat
darurat (emergency). Selain itu komunikasi efektif juga dapat dilaksanakan di kamar operasi, saat
pasien akan dilakukan tindakan operatif yang meliputi menanyakan identitasnya (nama,tanggal
lahir, alamat) jenis operasi/lokasi operasi untuk memastikan identitas pasien dan tindakan yang
akan dilakukan. Apabila pasien tidak mampu untuk melakukan komunikasi maka dapat diwakilkan
oleh keluarga pasien. Komunikasi efektif dalam hubungan dokter-pasien diharapkan dapat
mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien. Tujuannya adalah untuk mengarahkan
proses pengkajian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan kepada
pasien sehingga diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter dan pasien.
Sikap profesional dokter harus ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugas tugasnya,
secara terus menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung dan di akhir
konsultasi.
Sikap dokter ketika menerima pasien adalah:
1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam
2. Memanggil/menyapa pasien dengan namanya
3. Menciptakan suasana yang nyaman
4. Memperkenalkan diri
5. Menilai suasana hati lawan bicara
6. Memperhatikan sikap non verbal
7. Menatap mata pasien secara professional
8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan pasien
9. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan keputusan.

Hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan, apakah berupa tujuan pemeriksaan fisik, kondisi saat
ini, berbagai tindakan medis yang akan dilakukan, hasil dan interpretasi tindakan medis,
diagnosis, pilihan tindakan medis, prognosis dan dukungan yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi, apakah pasien, keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali.
3. Berapa banyak atau sejauh mana pasien atau keluarga pasien menghendaki informasi dan
sejauh mana kesiapan mental.
4. Kapan menyampaikan informasi, apakah bersifat segera.
5. Dimana menyampaikannya, apakah di ruang praktik dokter, bangsal atau tempat lain.
6. Bagaimana menyampaikannya apakah secara langsung atau media yang lain.

Langkah-langkah komunikasi: Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk
melakukan komunikasi yaitu SAJI(Salam, Ajak Bicara, Jelaskan, Ingatkan). Adapun tata cara
komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
2. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya (usia, latar, belakang
pendidikan, sosial budaya).
3. Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah kedokteran
4. Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan padanan katanya (kalau memang ada).
5. Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi bisa dilakukan secara bertahap.
6. Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan atau pendahuluan,
misalnya”Boleh saya minta waktu untuk menyampaikan sesuatu?” untuk melihat apakah dia
(yang berkomunikasi)siap mendengar berita tersebut
7. Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti “Kalau tidak melakukan anjuran
saya, kalau ada apa-apa jangan datang ke saya”.
8. Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau meyakinnya.
9. Ulangi pesan yang penting.
10. Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan
11. Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap dan dengan empati.
“Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
12. Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
13. Beri kesempatan pasie/keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli pembicaraan.
14. Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan.
E. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan Didalam Rumah Sakit
Komunikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Banyak jenis komunikasi yang dapat dilakukan dalam rumah sakit antar
pemberi pelayanan, yaitu secara elektronik, lisan, atau tertulis. Dalam jenis komunikasi tersebut,
komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah yang diberikan secara lisan
dan diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pada saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
bagian laboratorium klinis menelepon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan
segera/cito.
Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan komunikasi terkait (obat atau hal lain), petugas
tidak hanya mengeja hurufnya namun menyebut kode dengan huruf pertama kata yang dimaksud
sebagai huruf yang dituju, daftar kata yang digunakan untuk mengeja tersebut di bawah ini :
HURUF TELEPHONE PADANAN
No Karakter International Code Word
1 A Alfa
2 B Beta
3 C Charlie
4 D Delta
5 E Echo
6 F Foxtort
7 G Golf
8 H Hotel
9 I India
10 J Juliet
11 K Kilo
12 L Lima
13 M Mike
14 N November
15 O Oscar
16 P Papa
17 Q Quebec
18 R Romeo
19 S Sierra
20 T Tango
21 U Uniform
22 V Victor
23 W Whiskey
24 X Xray
25 Y Yankee
26 Z Zulu

Dalam rangka mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antar pemberi pelayanan di rumah
sakit, maka secara kolaboratif rumah sakit perlu memgembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur terkait perintah lisan dan melalui telepon. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut juga tertuang dalam kebijakan.
Proses komunikasi antar pemberi layanan dapat dilakulan dalam beberapa bentuk dimana hal
tersebut sudah menjadi ketentuan yang harus dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad
Sani yang dilakukan secara tepat waktu berikut beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan :
1. Rapat Koordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi, perusahaan, instansi
pemrintah baik dalam situasi formal maupun nonformal untuk membicarakan, merundingkan
dan memutuskan suatu masalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Salah satu upaya
Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi efektif antar pemberi pelayanan maka rumah
sakit mengadakan rapat koordinasi, yaitu:
a. Rapat Bulanan
b. Rapat Triwulan
c. Rapat Tahunan
d. Rapat Incidental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Direktur, namun tidak harus dipimpin oleh
Direktur.Peserta yang hadir adalah Kepala Bagian, serta tamu undangan yang diharapkan hadir
pada saat rapat koordinasi tersebut berlangsung. Rapat koordinasi antar bagian digunakan
untuk mendiskusikan masalah yang melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat
koordinasi yang berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem sehingga tujuan dari
sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
2. Perintah Lisan Dari Dokter Spesialis Kepada Dokter Umum
Dalam melakukan pelayanan, seringkali didapatkan keadaan dimana Dokter Umum
mendapatkan perintah penatalaksanaan pasien secara lisan baik dengan bertemu langsung
maupun via telepon. Oleh karena itu harus diciptakan sistem yang dapat meminimalkan
terjadinya kesalahan tersebut. Untuk mengurangi kesalahan tersebut, maka sistem yang
dikembangkan adalah TbaK yaitu Tulis (write), Baca ulang (read back), Konfirmasi (confirm)
setelah Dokter Spesialis melakukan visit.
a. Penerima perintah lisan bertemu langsung Dokter umum bertemu langsung dengan Dokter
Spesialis, apabila Dokter Umum tidak membawa status pasien, Dokter Umum mencatat (T)
dalam kertas atau fasilitas lainnya. Kemudian membacakan ulang (B)perintah dan
melakukan konfirmasi (K) kemudian tulis (T) direkam medis yang akan dimintakan
tandatangan atau paraf Dokter Spesialis tersebut. Dalam keadaan dimana Dokter menerima
perintah lisan bertemu langsung memegang rekam medis pasien maka TbaK dilakukan
persis konsultasi via telepon seperti dibawah ini :
1) Dokter umum memperkenalkan identitas diri kepada Dokter Spesialis dan
menyampaikan maksud dan tujuan.
2) Bahasa yang digunakan pada saat melakukan konsultasi adalah Bahasa Indonesia atau
dalam kondisi tertentu dapat menggunakan Bahasa Daerah yang dipahami oleh
keduanya dengan intonasi bahasa yang jelas dan sopan.
3) Dokter Umum menginformasikan keadaan pasien dengan menggunakan S-BAR meliputi
:
a) SITUATION : Bagaimana kondisi pasien saat ini? • Identitas pasien (nama, tanggal
lahir, alamat, nomor rekam medis pasien, ruang perawatan pasien, lama
perawatan). • Diagnosa medis. • Keluhan utama yang saat ini dirasakan, data
keadaan umum dan vital sign terakhir.
b) BACKGROUND • Riwayat alergi, riwayat pengobatan • Hasil pemeriksaan
penunjang : Lab, USG, Rongent • Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
c) ASSESMENT Dokter umum memyampaikan pendapat mengenai analisa
permasalahan (kesimpulan dari Situation dan Background) yang terjadi pada pasien
saat ini.
d) RECOMENDATIONS Dokter umum menyampaikan usulan pengobatan/tindakan
yang harus dilakukan ke pasien.
4) Dokter Umum mencatat informasi yang disampaikan dalam bentuk S-BAR di atas dan
memberikan stempel Read Back and Write Back dibawahnya.
5) Saat Dokter Spesialis menanggapi informasi yang disampaikan maka Dokter Umum
mencatat lengkap (write/tulis/T) pada dokumen rekam medis pasien sesuai dengan
advis Dokter Spesialis yang diberikan dengan tulisan jelas dan mudah dibaca.
6) Hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dokter Umum dibaca ulang (read back/baca
ulang/B) kepada Doktwr Spesialis untuk memvalidasi hasil catatan yang telah ditulis
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam maksud dan tujuan. Untuk obat-obatan
uang masuk dalam daftar LASA atau NORUM, maka Dokter Umum membicarakan ulang
kembali nama obat yang dimaksud dengan mngeja obat-obatan tersebut sehingga tidak
terjadi kesalahan pemberian obat dan menulis rekam medik.
7) Dokter Umum melakukan konfirmasi (K) kepada Dokter Spesialis atas penulisan dan
pembacaan yang dilalukannya dan dinyatakan benar oleh Dokter Spesialis.
8) Jika terdapat kesalahan pencatatan dan atau salah pemahaman dalam menerima advis,
maka catatan dibenarkan, dibacakan ulang dan dikonfirmasi ulang
(Reconfirm/Konfirmasi Ulang/K) pada Dokter Spesialis.
9) Pencatatan pada rekam medis kemudian di stempel TbaK dan advis ditandatangani
oleh Dokter Umum yang kemudian dimintakan tandatangan atau paraf pada Dokter
Spesialis saat visit. Apabila Dokter Spesialis tidak mau memberikan paraf atau
tandatangan, maka di bawah stempel di tulis : Dokter Spesialis (........) tidak bersedia
tandatangan.
10) Dalam keadaan darurat, pembaca ulang catatan pesan tidak harus dilakukan.
3. Konsultasi Perawat atau Bidan Kepada Dokter Spesialis
Berdasarkan Delegasi Dokter Umum Konsultasi dilakukan oleh Dokter Umum, namun disuatu
kondisi dimana Dokter Umum mendelegasikan konsultasi kepada Perawat atau Bidan, maka
Perawat/Bidan juga dapat melalukan konsultasi kepada Dokter Spesialis. Hal yang harus
dilalukan oleh Perawat apabila melalukan konsultasi secara lisan atau telepon sama dengan
konsultasi Dokter Umum kepada Dokter Spesialis, hanya saja apabila Dokter Umum
mendelegasikan perintah konsultasi kepada Perawat maka setelah melakukan TbaK,
Perawat/Bidan memintakan tandatangan atau paraf Dokter Umum. Setelah Dokter Umum
membubuhkan paraf atau tandatangan, petugas dapat memintakan tandatangan kepada
Dokter Spesialis saat melakukan visit.
4. Komunikasi Perawat atau Bidan Kepada Dokter Umum
Hal yang harus dilakukan oleh Perawat apabila melakukan konsultasi secara lisan atau telepon
sama dengan konsultasi Dokter Umum kepada Dokter Spesialis.
5. Komunikasi Dalam Pengelolaan Hasil Klinis Pemeriksaan Penunjang Dalam memberikan
pelayanan kepada pasien petugas penunjang medis seperti Farmasi, Laboratorium, Radiologi
juga melakukan komunikasi dengan petugas pelayanan medis baik itu Dokter, Perawat, Bidan
maupun Petugas lainnya. Umumnya hasil pemeriksaan penunjang Laboratorium atau Radiologi
dalam bentuk laporan tertulis yang kemudian akan ditempel dalam lembar yang sudah
disediakan direkam medis pasien. Namun hasil pemeriksaan penunjang yang abnormal harus
segera disampaikan kepada petugas terkait melalui lisan atau telepon, tisak harus menunggu
hasil pemeriksaan tertulisnya jadi terlebih dahulu. Karena itulah maka petugas penunjang
medis juga harus melakukan komunikas efektif jika melakukan perintah atau menerima
perintah secara lisan atau melalui telepon untuk menyampaikan hasil pemeriksaan penunjang
kepada bidang ilmu lain di rumah sakit.
Petugas penerima hasil pemeriksaan penunjang secara lisan atau telepon harus mencatat (T)
dilembar catatan perkembangan pasien dalam rekam medis atau dicatat dikertas/media lain
apabila tidak memungkinkan untuk mencatatnya dalam rekam medis pasien, membaca ulang
(Ba), melakukan konfirmasi (K) kepada pemberi informasi dan membubuhkan stempel nama,
paraf atau tandatangan pada catatannya. Petugas harus mengeja kembali hasil yang ditulisnya
ketika menerima perintah secara lisan atau telepon. Dan melakukan double check terhadap
pesan yang diberikam. Jika hasil pemeriksaan penunjang sudah jadi, maka petugas menempel
dilembar yang sudah disediakan direkam medis pasien.
6. Operan shift jaga
a. Persiapan
1) Persiapan alat
a) Alat tulis
b) Format timbang terima (operan)
c) Rekam medik pasien
2) Persiapan Perawat
a) Kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3) Persiapan Pasien Pasien dalam kondisi stabil atau butuh pemantauan.
b. Pelaksanaan : Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat jaga
sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya.
SESI 1 : Di Nurse Station
1) Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Perawat shift pagi membuka operan jaga dengan do’a.
3) Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam untuk melaporkan pasien
kepada perawat shift pagi. “Baik terima kasih untuk kesempatan yang diberikan.
Adapun laporan perawatan pasien pada shift malam, dengan jumlah pasien sebanyak
...(sebutkan jumlah pasien)”
4) Perawat shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, terkait:
a) Identitas pasien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaborasi dan dependen
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin. Contoh: “Laporan perawatan pasien pertama Ny. S (51 tahun) dengan Efusi
Pleura, penanganan jawab dr. N : Keadaan umum baik,kesadaran komposmetis, TD,
N, RR, T (sebutkan hasil pengukuran). Keluhan yang dirasakan pasien adalah
...(sebutkan keluhan yang dialami). Rencana yang sudah dilakukan adalah ...
(sebutkan implementasi) sedangkan rencana yang belum dilakukan adalah ...
(sebutkan intervensi). Terapi yang diinstrusikan adalah ... (sebutkan nama terapi).
Persiapan lain (sebutkan jenis persiapan).
5) Perawat shift pagi megklarifikasi apa yang disampaikan oleh perawat shift malam.
6) Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan perawat shift pagi lainnya yang
bertanggung jawab untuk mengklarifikasi pasien (menghampiri pasien dalam visite
keperawatan). S
SESI 2 : Di Bed Pasien
1) Perawat shift malam mengucapkan salam dan menyapa pasien, memperkenalkan diri
“Selamat pagi Bapak/Ibu/Mas/Mbak” nama saya perawat A.
2) Perawat shift malam menanyakan masalah keperawatan yang dialami pasien setelah
dilakukan tindakan. “Hari ini apa yang Bapak/Ibu/Mas/Mbak keluhkan?” Perawat shift
malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim perawat shift pagi.
“Pak/Bu/Mas/Mbak, tugas saya sebagai perawat shift malam sudah selesai. Untuk pagi
ini,perawat shift pagi yang akan merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.
3) Perawat shift malam memperkenalkan/menanyakan apakah pasien masih mengingat
nama perawat shift pagi. “Apakan Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan perawat A
(perkenalkan nama)”
4) Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan perawat shift pagi yang
akan bertanggung jawab kepada pasien tersebut. “Baik, hari ini saya yang bertanggung
jawab merawat Bapak/Ibu/Mas?Mbak. Rencana untuk perawatan
Bapak/Ibu/Mas/Mbak untuk pagi ini adalah ... (sebutkan rencana perawatan)”.
5) Perawat shift pagi memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya.
“Ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya persilahkan”.
6) Perawat shift pagi menutup pertemuan dan menyampaikan selamat beristirahat.
“Baiklah, silahkan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat beristirahat kembali”.
SESI 3 : Di Nurse Station
1) Perawat shift pagi memberikan kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang
dilihatnya. “Silahkan jika ada kondisi pasien yang perlu didiskusikan atau dipaparkan”.
2) Perawat shift pagi meminta perawat shift malam untuk inventarisasi obat dan fasilitas
lain atau hal-hal terkait lainnya yang dilaporkan. “Bagaimana dengan pelaporan yang
lain?”
3) Perawat shift pagi memberikan reinforcement kepada perawat shift malam. “Terima
kasih untuk perawat shift malam atas tugasnya”.
4) Perawat shift malam menutup operan dengan berdo’a. “Sebelum kita memulai aktivitas
marilah berdo’a bersam-sama agar diberikan kelancaran dalam melayani pasien”.
7. CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
a. Asuhan Pasien Semua proses asuhan pasien oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) harus
dicatat dalam form intregreated note disimpan di berkas rekam media pasien secara runtut
sesuai sesuai dengan perjalanan asuhan yang dialami pasien di RS, mulai dari Assesmen
Awal sampai pada Resume Pulang. PPA menuliskan dalam CPPT dengan ciri penulisan dan
identitas masing-masing. Dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapis, apoteker, dan PPA yang lain
wajib menuliskan semua kondisi dan perkembangan terintegrasi. Jika pasien dalam kasus
yang kompleks dan melihatkan pemberi pelayanan yang beragam, atau dengan DPJP yang
lebih dari satu, bisa dilakukan diskusi atau case conference dimana hasilnya dituliskan ke
dalam CPPT.
b. Dokter Penanggung Jawab Pasien Dokter penanggung jawab pasien menuliskan
perkembangan kondisi pasien setiap hari dalam lembar CPPT dan memverikasi setiap
pemberian pelayanan oleh PPA dalam waktu 1 x 24 jam, dengan memberikan paraf pada
kolom kanan bawah setiap lembar CPPT sebagai bentuk integrasi pelayanan terhadap
pasien.
c. Prosedur Pencatatan
1) Assesmen ulang dicatat di CPPT dengan metode SOAP oleh dokter dengan Tinta Warna
Hitam
2) Perawat mencatat tentang progres atau perkembangan pasien, sedangkan catatan
keperawatan dicatat dalam form lain, dengan tinta warna Biru
3) Gizi mencatat dengan metode ADIME: Assesment, Diagnosis, Intervention (+ Goals),
Monitoring, Evaluation, dengan tinta warna Hijau
4) Hasil diskusi antar DPJP atau dengan PPA lain yang membahas tentang suatu kasus
penyakit pasien yang agak rumit, jika dirapatkan secara tersendiri, notulen rapat
disertakan dibelakang lembar CPPT, jika hanya secara lisan ditulis dalam lembar CPPT
5) Pemeriksaan penunjang lainnya menggunakan tinta warna merah
d. Metode Pencatatan Pencatatan dalam berkas rekam medis mengikuti kaidah Problem
Oriented Medikal Record (POMR) yaitu dengan pola S (subyektif, keterangan/keluhan
pasien), O (objektif, fakta yang ditemukan pada pasien melalui pemeriksaan fisik dan
penunjang), A (Analisis, merupakan kesimpulan/diagnose yang dibuat berdasarkan S dan O)
dan P (Plan, rencana asuhan yang akan diterapkan pada pasien). Cara menulis metode S-O-
A-P adalah sebagai berikut :
1) Subjective (S)
Lakukan anamnesa untuk mendapatkan keluhan pasien saat ini. Anamnesis
berpedoman pada empat pokok pikiran ( The Fundamental Four ) dan tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven) yaitu : Empat pokok pikiran meliputi :
a) Riwayat Penyakit Sekarang
b) Riwayat Penyakit Dahulu
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
d) Riwayat Sosial Ekonomi
Tujuh butir mutiara meliputi :
1) Lokasi
2) Onset/awitan dan kronologis
3) Kuantitas keluhan (ringan/berat, seberapa sering terjadi)
4) Kualitas keluhan (rasa seperti apa)
5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan
6) Faktor-faktor yang memperingan keluhan
7) Analisis sistem yang menyertai keluhan utama kemudian tuliskan pada kolom “S”
Contoh : S : sesak nafas sejak 3 jam yang lalu, riwayat asma sejak 5 tahun.
2) Objective (O)
Objektive meliputi informasi yang ada dari hasil pengamatan atau pemeriksaan. Mulai
dari tanda vital, tinggi badan, berat badan, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan
fisik, hasil dari pemeriksaan laboratorium atau penunjang diagnosis yang lain. Tulis hasil
pemeriksaan pada kolom “O” Contoh : O : ku : gelisah; Tensi...; Nadi...; Rhonki-/-;
whezzing +/+ c)
3) Assesment (A)
Hasil evaluasi dari informasi yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan dibuat
kesimpulan dalam bentuk suatu Diagnosis Differensial, atau suatu penilaian keadaan
berdasarkan hasil S dan O. Isi di kolom “A” Contoh : A : WD/Status Asmatikus;
DD/ALO....
4) Plan (P)
Tuliskan rencana diagnostik, rencana terapi/tindakan, rencana monitoring, dan rencana
edukasi. Contoh : Rencana Diagnostik (D) : Lakukan foto Ro Thorax PA, periksa GDP
Rencana Tindakan (Tx) : Pasang Infus ..., berikan medikamentosa Rencana Monitoring
(M) : pasang monitor, catat tandatanda vital tiap 4 jam Rencana Edukasi (E) : posisi
harus...kegiatan fisik terbatas... SOAP ditulis dikolom ketiga dari kiri, sedangkan kolom
kedua dari kanan yang berupa Intruksi, ritulis perintah dari DPJP atau PPA lain.
Cara penulisan bagian gizi menggunakan metode ADIMME, yaitu :
a. Assesmen Gizi
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, antara lain riwayat
gizi, riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri, hasil pemeriksaan fisik
klinik, diet order, dan perkiraan kebutuhan zat gizi. Yang dicatat hanya yang
berhubungan dengan masalah gizi saja.
b. Diagnosis Gizi
Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES. Pasien mungkin mempunyai banyak
diagnosis gizi, lakukan kajian yang mendalam sehingga diagnosis gizi benar-benar
berkaitan dan dapat dilakukan intervensi gizi.
c. Intervensi Gizi
1) Rekomendasi diet atau rencana yang akan dilakukan sehubungan dengan
diagnosis gizi.
2) Rekomendasi makanan/suplemen atau perubahan diet yang diberikan.
3) Edukasi gizi
4) Konseling gizi
5) Koordinasi asuhan gizi
d. Monitoring dan Evaluasi Gizi
1) Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan keberhasilan intervensi
2) Berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara lain berat badan,
asupan, hasil laboratorium, dan gejala klinis yang berkaitan.
Monitoring :
Pada kunjungan ulang mengkaji :
 Asuhan total energi, presentasi asuhan karbohidrat, protein, lemak dari
total energi, dan asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien • Riwayat diet
dan perubahan BB/status gizi
 Biokimia : kadar guka darah, ureum, lipid darah, elektrolit, Hb, dll
 Kepatuhan terhadap anjuran gizi
 Memilih makanan dan pola makan Evaluasi :
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makan dan zat gizi.
2) Dampak asuhan makanan dan zat gizi merupakan asuhan makanan dan
atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute oral, enteral, maupun parenteral.
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi. Pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
4) Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuran yang terkait
dengan persepsi pasien/klien terhadap intervensi yang diberikan dan
dampak pada kualitas hidupnya.
5)
8. Dischard Planning
a. Pengkajian Pengkajian awal mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
pasien, keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses ini agar transisi dari rumah sakit ke
rumah dapat berlangsung efektif. Pengkajian awal dilakukan untuk menentukan
kompleksitas kebutuhan pasien saat akan dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana
asuhan pasien, termasuk perkiraan lamanya dirawat (Length of Stay/LOS) dan perkiraan
hari pulang (Estimate Discharge Date/EDD). Perawat melakukan komunikasi kepada pasien
dan keluarga sesegera mungkin mengenai rencana tempat yang akan dituju pasien setelah
dipulangkan dari Rumah Sakit. Perawat jjuga memberikan edukasi tentang kondisi klinis,
rencana asuhan pasien, dan rencana pemulangan sesuai dengan yang diperlukan.
Diskusikan dengan pasien dan care giver sejak pasien masuk sebagai pasien rawat inap.
1) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan
dengan bagaimana memberikan terapi dirumah, penggunaan alat-alat kesehatan
dirumah, larangan/batasan akibat gangguan kesehatan, kemungkinan terjadinya
komplikasi.
2) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga kondisi lingkungan rumah yang
mungkin menghambat perawatan pasien.
3) Berdiskusi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya tentang perawatan di rumah.
4) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan di luar rumah
sakit.
5) Kaji penerimaan pasien terhadap batasan akibat masalah kesehatan.
6) Kaji kebutuhan pasien setelah pemulangan dengan tim kesehatan.
b. Penentuan Masalah Penentuan masalah didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga.
c. Perencanaan Menurut Luvern & Barbara 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik pasien berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien yang disingkat dengan METHOD, yaitu
1) Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah
pulang
2) Environment (lingkungan) Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan
untuk kontinuitas perawatan.
3) Treatment (perawatan) Perawat harus memastikan bahwa pengobatan/perawatan
dapat berlanjut setelah pasienpulang yang dilakukan oleh pasien sendiri atau
keluarganya sebagai care giver.
4) Health Teaching (Pendidikan Kesehatan) Pasien yang akan pulang diberikan edukasi
bagaimana mempertahankan status kesehatannya, termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pengobatan/perawatan tambahan.
5) Outpatient referral Pasien sebaiknya memahami proses pengobatan/perawatan di
rumah sakit dan dapat melakukan pengobatan/perawatan tambahan.
6) Diet Pasien diberikan edukasi tentang pembatasan dietnya dan diharapkan mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
d. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan
pasien pulang/discharge planning. Informasi tentang perawatan di rumah seperti;
gambaran tentang jenis pembedahan, pengobatan, status fisik dan mental, faktor sosial dan
kebutuhan lainnya diberikan sebelum pulang. Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan
penatalaksanaan pada hari pemulangan.
1) Persiapan sebelum hari pemulangan
a) 2 (dua) hari menjelang proses kepulangan
 Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari rumah sakit
 Konfirmasi kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas
 Persiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang
sumber-sumber pelayanan kesehatan di komunitas.
 Tentukan hambatan dan kemauan pasien untuk belajar, adakan sesi
pengajaran kepada pasien dan keluarga sedini mungkin selama pasien dirawat
di rumah sakit (seperti tanda dan gejala penyakit, kompliksi yang mugnkin
timbul, obat-obatan, diet, pembatasan aktifitas, latihan dan perawatan
berkelanjutan).
 Berikan leaflet, buku-buku, rekamaman video aau jelaskan sumber-sumber
informasi dari internet.
 Komunikasikan rencana kepulangan pasien kepada pasien dan keluarga 25 b) 1
(satu) hari menjelang proses kepulangan
 Konfirmasi ulang kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas pasien saat
pulang.
 Nilai kondisi klinis pasien
 Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nma obat,
jumah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus), alat bantu/peralatan
kesehatan untuk dirumah.
2) Penatalaksaan pada hari pemulangan
a) Konfirmasi kondisi klinis pasien layak pulang sesuai dengan kriteria pemulangan
pasien.
b) Cek instruksi pemulangan dokter, persiapkan kebutuhan dalam perjalanan, alat-alat
yang dibutuhkan sebelum pasien tiba dirumah.
c) Diskusikan dengan pasien dan keluarga jenis transportasiyang akan digunakan
untuk membawa pasien pulang
d) Periksa ruangan dan lemari pasien untuk memastikan barang-barang pasien tidak
ada yang tertinggal
e) Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat,
jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus).
f) Melengkapi dokumen ringkasan klinis/resume medis pasien pulang serta
kelengkapan administrasi
g) Rencana kontrol
h) Jika diperlukan salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi kesehatan
yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan
i) Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi meliputi point
yang disebutkan diatas dengan metode read-back (sebutkan kembali)
e. Evaluasi
Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas
pelayanan. Evaluasi berjalan terus menerus dan membutuhan revisi dan juga
perubahan. Evaluasi lanjutan dilakukan 3 (tiga) hari sampai dengan seminggu setelah
pasien berada dirumah yang dilakukan melalui telepon ke rumah.
f. Pemulangan Pasien Rawat Jalan
1) Pasien mengakhiri kunjungannya dengan dokter spesialis/dokter umum dengan
mendapatkan advice atau pun obat, terapi berupa resep, rencana tindakan
diagnostik maupun tindakan medis lainnya dan pemeriksaan laboratorium.
2) Pasien mengantarkan resep kebagian farmasi untuk dilakukan peracikan terapi
yang telah diberikan, atau melanjutkan rencana tindakan diagnostik lainnya bila
ada, atau keperluan penunjang lainnya.
3) Setelah mendapatkan resep pasien mendatangi kasir untuk menyelesaikan
administrasi (bagi pasien umum).
4) Konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat, jumlah obat, cara
pemberian, dan petunjuk khusus).
5) Melengkapi dokumen ringkasan klinis/resume medis pasien pulang serta
kelengkapan administrasi.
g. Tipe Pemulangan Pasien
1) Boleh pulang/ Selesai Masa Perawatan Yang berwenang memutuskan pasien dapat
dipulangkan atau tidak adalah Dokter Penanggung Jawab (DPJP) atau orang lain
yang didelegasikan oleh DPJP.
a) Pasien telah selesai menjalani program perawatan dan hasil kesepakatan yang
diinginkan telah tercapai. Kondisi klinis yang perlu dipertimbangkan saat
pemulangan pasien:
 Tanda-tanda Vital stabil
 Hemodinamik stabil
 Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransikan
 Nyeri dapat terkontrol dengan baik
 Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat
 Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi
 Visite dan konsultasi dokter spesialis on site tidak perlu lagi
 Selesai pengobatan
b) Dalam suatu kondisi tertentu pasien dapat izin meninggalkan ruang perawatan
RS sementara dalam suatu batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh DPJP
untuk kembali lagi menjalani masa pengobatan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan DPJP dan RSUD Muhammad sani.
2) Atas Permintaan Pasien/ Menolak Nasehat Medis
a) Pasien memilih untuk mengakhiri program perawatan dikarenakan suatu alasan
tertentu. Staf Rumah Sakit yang bertanggung jawab terhadap pasien perlu
menjelaskan resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang
dapat berakibat resiko medis tertentu tak terbatas pada cacat permanen atau
kematian.
b) Apabila pasien memiliki keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko, staf
rumah sakit memberitahukan dokter tersebut.
c) Pasien dan keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien dapat
masuk kembali kedalam program pengobatan, misalnya memberikan nomor
telepon rumah sakit, nomor telepon IGD, atau ambulance yang dapat diakses
atau dihubungi pihak pasien dan keluarga.
d) Jika pasien berstatus jaminan BPJS Perawat/ Dokter menjelaskan bahwa dalam
waktu 1 (satu) minggu terhitung pasien pulang atas permintaan sendiri dan
masuk kembali ke IGD untuk mendapatkan perawatan, maka BPJS tidak dapat
menanggung klem pasien tersebut (jika diagnosa pasien sama saat pasien
pulang atas permintaan sendiri).
9. Komunikasi Pasien Saat Di Rujuk
a. Dokter Penanggung Jawab IGD/ DPJP menyatakan pasien perlu rujukan
b. Berikan edukasi kepada pasien
c. Beri Salam,, Selamat Pagi Bapak/Ibu/ ...
d. Perkenalkan diri, Saya Ns ..... saya akan menjelaskan tentang ....
e. Siapkan sarana dan prasarana untuk edukasi
f. Tuliskan materi edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
g. Beri kesempatan pasien/ keluarga untuk bertanya memberi pendapat dan terlibat dalam
pengambilan keputusan
h. Pastikan bahwa pasien dan keluarga memahami apa yang telah diberikan edukator lakukan
dan tulis edukasi kepada pasien/ keluarga tentang edukasi yang sudah diberikan
i. Beri reinforcement terhadap partisipasi pasien/ keluarga dalam pengambilan keputusan
j. Tuliskan tanggal edukasi dilakukan
k. Tuliskan metode yang dilakukan dalam edukasi dan durasi waktu pemberian edukasi
l. Pastikan edukator dan pasien/ keluarga menandatangani form catatan edukasi terintegrasi
m. Petugas IGD/ Rawat Inap menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien
untuk dirujuk
n. Keluarga pasien setuju
o. Petugas IGD/ rawat Inap menghubungi Rumah Sakit Rujukan, tanyakan nama petugas yang
menerima rujukan, tanyakan apa ada ruangan di RS rujukan tersebut setelah itu jelaskan
tentang keadaan, diagnose media pasien yang akan dirujuk.
10. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan Diluar Rumah Sakit
Proses komunikasi yang dilakukan rumah sakit berikut adalah komunikasi rumah sakit dengan
praktisi kesehatan diluar rumah sakit guna merencanakan dan merancang proses manajemen
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi baik internal dan eksternal. Proses komunikasi
tidak diharuskan dengan surat formal melainkan dapat dilakukan dengan bentuk rapat
koordinasi yang isi dari rapat tersebut meliputi:
a. Pelayanan yang harus diberikan kepada pasien
b. Informasi yang harus dihasilkan setiap rumah sakit
11. Komunikasi Hal Urgent (Code Blue, dan Code Red)
a. Code Blue Penyampaian informasi tentang keadaan urgent (code blue) yaitu panggilan
khusus yang mengaktifkan Tim Code Blue Respon Primer, adapun langkahnya adalah
sebagai berikut:
1) Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest maka
perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap pertolongan,
2) Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban
3) Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan
4) Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu
5) Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui dilokasi
untuk mengaktifkan code blue
6) Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan kedatangan tim code blue.
7) Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera menghubungi operator
telepon “untuk mengaktifkan code blue”,
8) Perkenalkan diri: Selamat Pagi/Siang/Malam, saya .... dari ruangan ....
9) Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue
10) Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest dengan lengkap dan jelas,
yaitu: area ....., nama lokasi atau ruangan.
11) Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: ”nama ruangan .....
nomor ......”.
12) Waktu respon penerima telepon adalah harus secepatnya diterima, kurang dari 3 kali
deringan telepon.
13) Jika lokasi kejadian berada diarea ruang rawat inap ataupun ruang rawat jalan, setelah
menghubungi tim code blue, perawat ruangan II segera membawa troli emergensi
(emergency trolley) kelokasi dan membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi
sampai dengan tim code blue datang. Humas menggunakan alat telekomunikasi TOA
atau pengeras suara mengatakan code blue
14) )“Code Blue, Code Blue, Code Blue, diarea ..... (satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau
ruangan .....”.
15) Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code Blue, Code Blue,
Code Blue, nama ruangan .... nomor kamar ....”.
16) Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka segera
menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil resusitasi kit menuju lokasi
terjadinya cardiac respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi code blue sampai
dengan kedatangan tim code blue dilokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah 5
menit.
17) Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk memastikan
bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest
18) Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia (public
area) maka petugas keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya untuk
mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat melaksanakan tugasnya
dengan aman sesuai prosedur.
19) Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa resusitasi
dihentikan oleh ketua tim code blue.
20) Untuk pelaksanaan code blue diarea poliklinik, Tim code blue memberikan bantuan
hidup dasar kepada pasien kemudian segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
21) Ketua tim code blue memutuskan untuk tindak lanjut pasca resusitasi,
22) Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi
Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien
setuju.
23) Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan penuh maka pasien
dirujuk kerumah sakit yang mempunyai fasilitas.
24) Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat perawatan biasa, maka
keluarga pasien menandatangi surat penolakan.
25) Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi dengan
bagian bina rohani, kemudian pasien dipindahkan kekamar jenazah.
26) Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis pasien dan
melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi
b. Code Red Komunikasi Code Red adalah komunikasi terjadinya kebakaran diareal RSUD
Muhammad sani, adapun tatalaksana komunikasi Code Red adalah sebagai berikut.
1) Gunakan telepon internal rumah sakit kenomor panggilan
2) Setelah terdengar suara penerima telepon Perkenalkan diri: Selamat Pagi/siang/Malam,
saya .... dari ruangan .....
3) Sampaikan informasi untuk mengaktifkan Code Red
4) Sebutkan nama lokasi terjadinya kebakaran dengan lengkap dan jelas, yaitu: area ...
nama lokasi atau ruangan
5) Sembari menunggu Tim code red datang mintalah bantuan kepada pihak yang sesuai
dengan bidang dan tugasnya
6) Tenangkan semua orang yang cemas dan panik, beri petunjuk lokasi pintu darurat/
jalan keluar evakuasi
7) Bertindak tenang dan sikap, pastikan titik api sudah diusahakan untuk dilakukan
pemadaman
8) Jika api tidak dapat dipadamkan tim code red dengan helm putih menghubungi
Direktur Rumah Sakit dan menunggu instruksi selanjutnya
9) Jika Direktur Rumah Sakit menginstruksikan untuk menghubungi petugas pemadam
kebakaran, maka Time Code Red segera menghubungi petugas kebakaran dengan
menggunakan hadphone atau pesawat telepon diluar.
10) Jika Direktur Rumah Sakit menginstruksikan untuk melakukan Evakuasi maka tim Code
Red segera melakukan evakuasi titik kumpul
11) Pastikan dimana pesawat telepon dapat digunakan untuk menghubungi baik keluar
maupun kedalam rumah sakit, berbicara secara jelas dan singkat dimana lokasi
terjadinya kebakaran.
12. Resume Medis Rawat Jalan
a. Resume medis rawat jalan harus mencakup:
1) Diagnosis yang penting
2) Alergi terhadap obat
3) Medikamentosa yang saat ini diberikan
4) Prosedur bedah yang lalu
5) Riwayat perawatan hospitalisasi masa lalu
b. Resume medis diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter, dokter gigi, maupun dokter
spesialis yang memberikan pelayanan terhadap pasien baru
c. Resume medis diisi berdasarkan kumpulan rekam medis setiap kali pasien berobat diklinik
rawat jalan
d. Resume medis untuk pasien rawat jalan dengan kasus penyakit kronis, diberikan setiap tiga
bulan sekali
e. Resume medis diberikan untuk pasien rawat jalan yang memerlukan pelayanan dan
pengobatan berkelanjutan, misalnya: pasien akan dirujuk keklinik rawat jalan yang lain atau
kerumah sakit yang lain. Hal ini untuk mencegah terjadi akumulasi diagnosis, pemberian
medikamentosa dan perkembangan penyakit
f. Resume medis rawat jalan dapat juga diberikan atas permintaan sendiri yaitu untuk
kepentingan pasien dengan pihak ketiga, misalnya: klaim asuransi.
13. Resum Medis Rawat Inap
a. Resume medis rawat inap mencakup:
1) Alasan masuk rumah sakit, diagnosa dan penyakit penyerta
2) Temuan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang penting
3) Prosedur diagnostik dan terapeutik yang sudah diberikan
4) Medikamentosa termasuk obat-obatan untuk diminum dirumah
5) Status/ kondisi pasien saat pulang (sembuh, belum sembuh, meninggal, pulang atas
permintaan pasien)
6) Instruksi follow up/ tindak lanjut/kontrol
b. Resume medis diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter, dokter gigi, maupun dokter
spesialis yang memberikan pelayanan terhadap tersebut yaitu DPJP (Dokter Penanggung
Jawab Pasien) sebelum pasien pulang
c. Resume medis diisi berdasarkan berdasarkan ringkasan pelayanan medis yang diterima
pasien selama masa perawatan hingga pasien keluar dari rumah sakit baik dalam keadaan
hidup maupun meninggal
d. Resume medis rawat inap juga diberikan untuk pasien rawat inap yang memerlukan
pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya: pasien yang akan dirujuk kerumah
sakit lain, pasien yang membutuhkan perawatan rutin dirumah dan dilakukan oleh
dokter/perawat setempat, dan lain-lain
e. Resume medis rawat inap dapat juga diberikan untuk kepentingan pasien dengan pihak
ketiga, misalnya: klaim asuransi
14. Dokumentasi Resume Medis Resume medis pasien didokumentasikan sebagai berikut:
a. Resume medis pasien rawat jalan didokumentasikan dalam bentuk rekam medis elektronik
rawat jalan. Resume medis ini disimpan oleh rumah sakit dan salinannya dalam bentuk
print out diberikan kepada pasien. Jika diperlukan untuk pelayanan berkelanjutan maka
salinan resume medis juga diberikan kepada praktisi kesehatan yang akan bertanggung
jawab atas pelayanan berkelanjutan bagi pasien atau tidak dilanjutkan.
b. Resume medis rawat inap didokumentasikan diformulir ringkasan pulang dalam rekam
medis pasien. Resume medis ini disimpan oleh rumah sakit dan salinannya resume
diberikan kepada pasien. Jika diperlukan untuk pelayanan berkelanjutan maka salinan
resume medis juga diberikan kepada praktisi kesehatan yang akan bertanggung jawab atas
pelayanan berkelanjutan bagi pasien atau tidak lanjutkan.
c. Resume medis untuk kepentingan pasien dengan pihak ketiga (asuransi), dapat
menggunakan formulir resume medis dari pihak asuransi.
d. Resume medis disimpan selamanya dalam bentuk dokumen elektronik oleh bagian rekam
medis.
15. Monitoring Dan Evaluasi
a. Tersedianya info layanan Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Sanidalam setiap
penyampaian penyuluhan, screening dan atau kegiatan sosial lainnya.
b. Penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga pasien meliputi:
1) Asuhan dan pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad
Sani
2) Cara mengakses pelayanan tersebut
3) Sumber alternatif yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad
Saniapabila tidak terdapat pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien
4) Agenda rapat rutin dengan pihak internal dan eksternal untuk meningkatkan mutu
layanan.
5) Terdokumentasi pesan yang diterima dari pemberian pesan melalui media komunikasi
telepon.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam komunikasi efektif antara dokter dan pasien yang harus dokumentasikan didalam rekam medis
adalah:
1. Semua perintah dokter baik lisan maupun telepon.
2. Hasil-hasil pemeriksaan dokter/assessmen dokter dan pemeriksaan penunjang.
3. Materi pendidikan pasien yang disampaikan dokter kepada pasien.
Dokumentasi yang diperlukan saat proses komunikasi antara paramedis adalah dengan mengisi buku
operan jaga yang sudah disediakan dimasing-masing unit kerja. Untuk hasil rapat, didokumentasikan
melalui notulen rapat yang dilengkapi daftar hadir, undangan, dan materi bila ada.

Anda mungkin juga menyukai