identifikasi pasien
2. komunikasi efektif
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
2.1. Definisi
Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran
atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai
pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan
oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Untuk sampai pada
tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis
komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik
(active listener), adanya penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat
penyampai pikiran atau informasi yang tepat (channel), dan mengenal
mengekspresikan perasaan dan emosi.
Sumber: Wikipedi
KOMUNIKASI EFEKTIF DI RSU SANTO YOSEPH
Situation (S) :
Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2017
sudah 3 hari perawatan, DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis
: Gagal ginjal kronik. Masalah keperawatan:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
Background (B) :
Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000
cc/ 24 jam.
Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal
kronik
Diet : rendah protein 1 gram
Assessment (A) :
Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
suhu
37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak
sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl
Pasien masil mengeluh mual.
Recommendation (R) :
Awasi balance cairan
Batasi asupan cairan
Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemid 3
x 1 amp
Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
3.3.4. Komunikasi yang dilakukan secara lisan dan via telepon, dilakukan
melaui prinsip terima, catat, verifikasi dan klarifikasi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh
penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima
pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan
dengan hasil verifikasi.
3.3.5. Penggunaan code alfabet internasional digunakan saat melakukan
klarifikasi hal-hal penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat,
hasil laboratorium dengan mengeja huruf-huruf tersebut saat membaca
ulang (read back) dan verifikasi.
3.3.6. Menilai hasil pemeriksaan kritis yang harus diketahui oleh pemberi
pesan dan penerima pesan:
a. Memiliki ketetapan lama waktu pelaporan hasil dan nilai yang kritis
yaitu:pengumpulan data,menetapkan tindakan yang tepat untuk
meningkatkan ketetapan pelaporan dan mengukur efektifitas tindakan.
b. Antara order diberikan dan pelaporan hasil baik normal maupun
abnormal (dari staf laboratorium)
c. Pelaporan hasil-hasil pemeriksaan rutin dengan nilai-nilai abnormal
atau kritis
(oleh perawat)
Sejak adanya/ diterimanya hasil dan nilai pemeriksaan yang kritis
sampai diterima oleh dokter yang bertanggung jawab.
3.3.7. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untuk memperkecil
terjadinya kesalahan penerima pesan yang diberikan secara akurat,tepat
waktu tentang rencana keperawatan, pengobatan, kondisi terkini, dan
perubahan kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun diprediksikan
selanjutnya dengan cara:
a. Pergantian shif (antar perawat/ antar dokter)
b. Pengalihan tanggung jawab dari dokter kepada perawat.
c. Pengalihan tanggung jawab dokter on-call.
a. Rapat koordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi,
perusahaan, instansi pemerintah baik dalam situasi formal maupun
nonformal untuk membicarakan, merundingkan dan memutuskan suatu
masalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama.
Salah satu upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi
efektif antar pemberi pelayanan maka rumah sakit mengadakan rapat
koordinasi, yaitu :
1) Rapat Bulanan
2) Rapat Triwulan
3) Rapat Tahunan
4) Rapat insidental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Direktur , namun tidak harus
dipimpin oleh Direktur. Peserta yang hadir adalah Kepala Bagian, serta
tamu undangan yang diharapkan hadir pada saat rapat koordinasi
tersebut berlangsung.
Rapat koordinasi antar bagian digunakan untuk mendiskusikan yang
melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat koordinasi
yang berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem sehinggga
tujuan darai sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
3.4.1. Komunikasi efektif antara Petugas Klinis dan Petugas Non Klinis Di
RSU Santo Yoseph
Petugas Non Klinis :
1. Petugas administrasi (termasuk kasir, reseptionis,
keuangan)
2. Petugas rekam medis
3. Petugas Keamanan
4. Petugas Kebersihan
a. Penyuluhan
Proses komunikasi dalam bentuk program penyuluhan di rumah
sakit memiliki berbagai jalinan kerja sama dimasyarakat, sehingga
program penyuluhan ini dilakukan di berbagai tingkat lapisan
masyarakat dengan harapan rumah sakit dapat memberikan
pendidikan kepada masyarakat terkait kesehatan. Jenis penyuluhan
yang dilakukan oleh rumah sakit adalah :
1) Penyuluhan melalui media elektronik
2) Penyuluhan langsung kepada masyarakat
b. Screening dan atau kegiatan sosial
Kegiatan ini berlangsung dengan adanya kerja sama rumah sakit
dan masyarakat, misal kerja sama dengan :
1) Lembaga pendidikan (Play group, TK, SD, SMP maupun SMA)
2) Kader posyandu
3) Pemerintah desa
4) Organisasi Pemerintah ( Kepolisian / TNI )
Dari kegiatan tersebut ada beberapa hal yang harus disampaikan oleh
rumah sakit kepada masyarakat dalam proses komunikasi ini minimal
meliputi:
a. Mutu pelayanan RSU Santo Yoseph
Mutu pelayanan dapat diperlihatkan data pengunjung rumah sakit
yang meningkat dari bulan ke bulan.
TATA LAKSANA
Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang paling
penting dan efektif untuk mencegah penularan infeksi. Idealnya, air mengalir dan
sabun yang digosok-gosokkan digunakan selama 40 sampai 60 detik. Penting
sekali untuk mengeringkan tangan setelah mencucinya.
Pemakaian sabun dan air tetap penting ketika tangan terlihat kotor. Untuk
kebersihan tangan rutin ketika tidak terlihat kotoran atau debris, altematif seperti
handrub berbasis alkohol 70% yang tidak mahal, mudah didapat, mudah
dijangkau dan sudah semakin diterima terutama ditempat dimana akses
wastafel dan air bersih terbatas.
1. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan: Diantara area perawatan dan
zona pasien,yaitu :
a. Diantara zona pasien dan area perawatan
b. Pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membrane mukosa,
kulit non-intak, alat invasif)
c. Dari kotoran , darah dan cairan tubuh .
2. Untuk mencegah:
a. Kolonisasi pathogen pada pasien (termasuk yang multi resisten)
b. Penyebaran pathogen ke area perawatan
c. lnfeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
d. Kolonisasi dan infeksi pada petugas kesehatan.
Teknik Mencuci Tangan Bedah Handrub dengan cairan berbasis alkohol Kegiatan
Handrub dilakukan setelah tangan dikeringkan dengan handuk/tissue towel
sekali pakai. Selanjutnya melakukan kegiatan mencuci tangan dengan cairan
berbasis alkohol / Handrub di ruangan bedah langkah prosedurnya sama
dengan melakukan handwash.
D. Upaya Meningkatkan Kebersihan Tangan
Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan kebersihan tangan, seperti :
1. Menyebar luaskan panduan terbaru mengenai praktek menjaga kebersihan tangan
dimana tercantum bukti mengenai efektifitasnya dalam mencegah penyakit dan
perlunya petugas kesehatan untuk mengikuti panduan tersebut.
2. Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan penerapan
pedoman kebersihan tangan.
3. Menggunakan teknik pendidikan yang efektif, termasuk role model (khususnya
supervisor), mentoring, monitoring, dan umpan balik positif.
4. Menggunakan pendekatan kinerja yang ditargetkan ke semua petugas kesehatan,
bukan hanya dokter dan perawat, untuk meningkatkan kepatuhan.
5. Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif untuk menjaga
kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih mudah mematuhinya
Selain itu, salah satu cara mudah untuk meningkatkan kepatuhan adalah
dengan menyediakan botol kecil handrub antiseptik untuk setiap petugas.
Pengembangan produk di mulai dari observasi bahwa teknik pencucian tangan
yang tidak layak serta rendahnya kepatuhan akan menjadikan tidak efektifnya
rekomendasi untuk menjaga kebersihan tangan. Pemakaian handrub antiseptik
yang murah dengan pembuatannya yang mudah dapat meminimalisasi banyak
faktor yang menghambat penerapan panduan yang telah direkomendasikan.
Cara kedua adalah menganjurkan para petugas menggunakan produk
perawatan tangan (lotion pelembab dan cream) untuk membantu mencegah
iritasi kulit dan dermatitis kontak yang berhubungan dengan seringnya
mencuci tangan, terutama dengan sabun dan deterjen yang mengandung
agen antiseptik. Tidak hanya petugas menjadi puas akan hasilnya, namun yang
terpenting, pada penelitian oleh McCormick et al. (2000), kondisi kulit yang lebih
baik karena penggunaan lotion tangan menghasilkan 50% peningkatan
frekuensi pencucian tangan.