PENDAHULUAN
A. DEFINISI KOMUNIKASI
Gambar 2.
INCLUDEPICTURE "http://maroebeni.files.wordpress.com/2008/09/model-
komunikasi-pemasaran1.jpg" \* MERGEFORMATINET
- 31 -
1. Komponen...
1. Komponen komunikasi pokok adalah :
- 31 -
1) Sumber, asal suatu gagasan atau pendapat yang menjadi suatu pesan.
Sumber bisa berupa lembaga, kejadian, atau diri kita sendiri.
2) Media komunikasi, yang merupakan sarana atau alat-alat atau
saluran-saluran yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang
akan dikomunikasikan.
3) Kegiatan...
3) Kegiatan encoding, artinya menuangkan gagasan atau pendapat dalam
suatu bentuk pesan yang dinyatakan oleh komunikator kepada
komunikan.
4) Kegiatan decoding, artinya kegiatan untuk memahami suatu pesan
yang diterima oleh komunikan dari komunikator.
5) Tujuan yang berupa komunikan, bisa merupakan hadirin, massa, atau
kelompok, atau pula perseorangan.
2. Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami
oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
- 31 -
BAB II...
- 31 -
BAB II
RUANG LINGKUP
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara
elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui
telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan.
Profesional...
2. ...
- 31 -
Profesional kesehatan seharusnya mempunyai kemampuan yang cukup
untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Hal tersebut dapat
meminimalkan terjadinya miskomunikasi akibat dari mispersepsi yang
berdampak terhadap pelayanan rumah sakit. Dampak tersebut tidak hanya dari
segi material tapi juga citra pelayanan rumah sakit semakin menurun.
Komunikasi...
3. ...
- 31 -
Komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan promosi) di dalam rumah sakit
adalah :
1. Edukasi tentang obat.
2. Edukasi tentang penyakit.
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari.
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.
5. Edukasi tentang gizi.
- 31 - 4. ...
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter maupun pasien
dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan
secara bergantian. Pasien sebagai pengirim pesan dan penerima pesan
secara bergantian.
Dalam...
5. ...
- 31 -
Dalam dunia kesehatan, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda,
rasa yang berbeda menjadi hal yang sangat vital karena 9ias membedakan
intensitas radang, intensitas nyeri yang pada akhirnya bermuara pada
perbedaan diagnosis maupun jenis obat yang harus diminum. Peran dokter
sebagai fasilitator pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah
interpretasi.
1 3
2 3
- 31 -
khusunya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.
Empati dapat diraih melalui kecukupan dokter akan listening skills and
training skills yang dapat diraih melalui latihan.
Wawancara...
- 31 -
Wawancara ini dilakukan perawat untuk mendapatkan informasi
tentang keluhan dan riwayat kesehatan pasien serta perjalanan
penyakitnya. Tujuan melakukan wawancara ini adalah untuk
mengetahui alasan pasien datang ke rumah sakit dan menjadi acuan
rencana tindakan keperawatan.
c) Wawancara terapetik
Wawancara ini ditekankan pada fakta, ide dan isi dalam rangka
pengembangan hubungan sehat yang bertujuan untuk membantu
pasien mengidentifikasi masalahnya. Wawancara ini memberikan
peluang kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan, mengenal
dan mengetahui masa lalunya.
Wawancara terapetik banyak digunakan oleh profesional kesehatan
seperti perawat, dokter, psikolog dan psikiater.
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan diagnostik
4) Informasi dari tenaga medis lain dan dari keluarga pasien
- 31 -
a) Kelemahan fungsi kognitif
Adanya gangguan/kelemahan pada fungsi kognitif dapat
mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengungkapkan dan
memahami bahasa. Dalam mengkaji pasien ini perawat harus dapat
menilai respon baik secara verbal maupun non verbal yang
disampaikan oleh pasien dalam menjawab pertanyaan.
b) Gangguan struktural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung
dengan organ suara seperti mulut dan hidung dapat berpengaruh
pada proses komnikasi.
c. Tahap Perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien
diperlukan interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk
menentukan alternatif rencana keperawatan yang akan diterapkan,
misalnya sebelum memberikan makanan kepada pasien, perawat harus
terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi pasien. Rencana
tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar
tenaga kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat
dilaksanakan secara teratur dan efektif.
d. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan keterampilan
komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien. Pada saat menghadapi
pasien, perawat perlu:
1) Menunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta
suasana saling percaya saat berkomunikasi
2) Kontak pandang yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan
perawat
3) Fokus pada pasien
4) Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien dalam
mengikuti tindakan keperawatan yang dilakukan
- 31 -
mendengarkan daripada berbicara. Hal ini akan menimbulkan
kepercayaan pasien pada perawat
6) Mendengarkan keluhan pasien dan memahami perasaan
7) Perawat mampu menjelaskan keadaan pasien
8) Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap pasien
9) Bersikap tenang selama berada didepan pasien
TULBAKON
PELAPOR TERLAPOR
Tgl : Tgl :
Jam : Jam :
Ttd. : Ttd. :
(........................) (.....................)
- 31 -
Sistem TULBAKON dapat di ilustrasikan dengan skema sebagai berikut:
INCLUDEPICTURE
"http://2.bp.blogspot.com/-NC_X-X6El_Q/UF61TibQ0vI/AAAAAAAABSo/
CFEDRBS_LNw/s1600/komunikasi.png" \* MERGEFORMATINET
4 Biru Suhu
6 Merah Tranfusi
8 Merah Alergi
9
Ungu DNR
10 Biru/hitam Turun
- 31 -
15 Biru/hitam Pasien BPJS/JKN
16 Ungu
Penanda lokasi operasi
di Mata
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien 1. Situation …
2. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
saat ini
3. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M,
dkk, 2006)
Situation (S) Sebutkan nama anda dan unit
Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar
pasien
Sebutkan masalah pasien tersebut (misalnya
sesak nafas, nyeri dada, dll)
Background (B) Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai
kebutuhan
- 31 -
Status kardiovaskuler (Nyeri dada, tekanan darah,
EKG, dsb)
Status respirasi (Frekuensi pernafasan, SpO2,
analisa gas darah, dsb)
Status gastrointestinal (Nyeri perut, perdarahan,
dsb)
Neurologis (GCS, Pupil)
Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang
lainnya
Assessment Sebutkan problem pasien tersebut
Problem kardiologi
Problem gastro-intestinal
Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
Saya meminta dokter untuk :
Memindahkan pasien ke ICU
Segera datang melihat pasien
Mewakilkan dokter lain untuk datang
Konsultasi ke dokter lain
Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan :
Foto rontgen
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan EKG
Pemberian oksigenasi
Beta 2 agonis nebulizer
- 31 -
b) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri (“selamat
pagi/siang/sore/malam, saya … (nama)”)
c) Mempersilahkan pasien duduk
d) Menanyakan nama pasien (Maaf, dengan bapak/ibu?)
e) Tawarkan bantuan kepada pasien (“Ada yang bisa dibantu
bapak/Ibu….(nama)”)
f) Menciptakan suasana yang nyaman (Isyarat bahwa punya cukup
waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,
menghindari tampak lelah)
g) Menilai suasana lawan bicara
h) Memperlihatkan sikap non verbal (raut wajah, mimik, gerak/bahasa
tubuh dari pasien)
i) Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan
makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
j) Memberikan informasi yang diperlukan pasien
k) Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan langsung tanyakan
apakah mau dibantu untuk dibuatkan perjanjian
l) Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu
m) Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang
disampaikan
n) Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya maka dokter
tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang
o) Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“ada lagi yang bisa
kami bantu bpk/ibu?”)
p) Mengucapkan salam penutup (“terima kasih atas waktunya bpk/ibu.
Apa bila ada lagi yang bisa saya bantu, kami siap melayani penuh
cinta kasih”)
q) Berdiri ketika pasien pulang
- 31 -
c) Hambatan emosional dan motivasi
d) Keterbatasan fisik dan kognitif
e) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
3) Tahap Verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga
mengenai kejelasan dan pemahaman edukasi yang diberikan:
a) Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik
dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
b) Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka veriikasi
dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya
dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Apakah Bpk/Ibu bisa
memahami materi edukasi yang kami berikan?”.
c) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah,
depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan melalui brosur.
Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang langsung
ke kamar pasien setelah pasien tenang.
B. PELAKSANAAN…
B. PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF
- 31 -
1. Komunikasi Efektif di Ruang Pendaftaran
b. Datang…
- 31 -
b. Datang langsung
Saat pasien datang ke rumah sakit, maka tempat yang pertama kali
harus dikunjunginya adalah ruang/tempat pendaftaran, dimana terdapat
meja untuk mendaftar. Setelah pendaftaran selesai, barulah mereka satu
demi satu diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pelayanan yang
dibutuhkan. Kontak awal dengan rumah sakit ini, perlu disambut dengan
4S (senyum, sambut, sapa, salam) oleh petugas pendaftaran.
- 31 -
menerus…
efektif (Silverman, 1998). Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-
menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan
di akhir konsultasi.
Pada saat pasien sudah masuk rawat inap, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk-beluk penyakitnya. Sementara pasien dengan
penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti
apatis, agresif atau menarik diri. Hal ini disebabkan penyakit kronis
umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya. Kepada pasien seperti ini, kesabaran dari petugas
rumah sakit sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan komunikasi
pemberdayaan. Beberapa cara komunikasi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui konseling sebagai berikut:
a. Konseling di Tempat Tidur
Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap
pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan
tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam hal ini, perawat yang
menjadi konselor harus mendatangi setiap pasien, duduk di samping
tempat tidur pasien tersebut dan melakukan pelayanan konseling. Dalam
melakukan konseling di tempat tidur, konselor membawa alat peraga dan
bila memungkinkan dapat membawa VCD/DVD yang berisi informasi
tentang penyakit pasien tersebut.
b. Konseling Berkelompok
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya, dapat
dilakukan konseling secara berkelompok. Untuk itu, di ruang perawatan
harus disediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpul.
Konseling berkelompok ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta
mengubah sikap dan perilaku pasien, juga sebagai sarana komunikasi
yang berfungsi sebagai sosialisasi kepada pasien-pasien.
- 31 -
C. Komunikasi…
C. Komunikasi Saat Memberikan Edukasi Terkait Kondisi Kesehatan
Pasien
Prosesnya :
1. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas
menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan: (data
ini didapatkan dari RM)
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digu-
nakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan
marah).
d. Keterbatasan fisik dan kognitif.
e. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
c. Apabila…
- 31 -
c. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya
adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti
tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses per-
tanyaan ini 23ati via telepon atau 23ating langsung ke kamar pasien
setelah pasien tenang.
DAFTAR…
- 31 -
DAFTAR NILAI KRITIS
RSIA KENARI GRAHA MEDIKA
- 31 -
DAFTAR…
DAFTAR NILAI KRITIS RADIOLOGI
NO. ANATOMI KATEGORI RED (1-2 JAM) KATEGORI ORANGE (24 JAM)
ACUT STROKE
1 KEPALA
DEPRESSED SKULL FRAKTUR
TRAUMA SPINE FRACTURE
2 SPINE HNP
SPINE CORD COMPRESION
TRAUMA ABDOMEN
3 ABDOMEN MASSA SOLID
ILLEUS OBSTRUCTION
EXTREMITA
4 FRACTUR EXTREMITAS
S
BONE AGE
CA. MAMMAE STADIUM
5 BREAST
LANJUT
TRAUMA THORAX KP. TB PARU
6 THORAX PLEURA EFFUSI MASSA
NODULE
- 31 -
5.Bagian...
5. Bagian Tim Komunikasi Tanggap Darurat menginformasikan ke bagian
pemeliharaan atau IPSRS untuk memadamkan aliran listrik yang tidak
dibutuhkan.
6. Kondisi keadaan darurat terkendali, jika api padam langsung laporkan
kondisi Bagian Tim Komunikasi Tanggap Darurat selanjutnya ke Ketua
K3RS
7. Kondisi keadaan darurat tidak terkendali, jika api tidak padam, koordi-
nasikan dengan Bagian Tim Komunikasi Tanggap Darurat untuk
menghubungi pihak terkait (Dinas Pemadam Kebakaran setempat)
8. Kondisi memburuk perintah untuk evakuasi semua penghuni lantai RSIA
Kenari Graha Medika.
9. Tim Evakuasi mengarahkan seluruh penghuni lantai menuju area titik
kumpul lalu mendata pasien, pengunjung dan karyawan area masing-
masing dan melaporkan ke ketua K3RS
10.Tim Aset dan dokumen mengamakan aset dan dokumen penting rumah
sakit.
- 31 -
7.Pembagian...
7. Pembagian area zona code blue
Area I : lokasi tim di UGD
Area yang di cover adalah lantai 1& 2
Area II: lokasi tim di ICU
Area yang di cover adalah lantai 3& 4
8. Team akan dipimpin oleh dokter jaga lantai dibantu oleh perawat lantai
9. Team medis lain berasal dari UGD dan Emergency datang dengan membawa
tas emergency
10.Lakukan RJP pada pasien sesuai ACLS
11.Membebaskan jalan napas :
a. Buka mulut pasien dengan tehnik cros finger, lihat adanya benda-
benda asing, bersihkan.
b. Posisi kepala extensi dengan tehnik head chin lift.
12.Melakukan observasi pernafasan dengan cara melihat, mendengar dan
merasakan (5-10 detik), bila tidak ada tanda-tanda napas spontan lakukan
ventilasi buatan 2x dengan ambu bag.
13.Melakukan cek nadi karotis dengan waktu 3-5 detik, bila tidak teraba denyut
nadi: lakukan kompresi jantung luar dengan cara 30 kompresi dan 2x venti-
lasi dengan kecepatan kompresi 100x per menit (dengan 1 atau 2 penolong).
14.Melakukan cek nadi karotis ulang setelah 5 siklus kompresi jantung dan
paru
a. Jika nadi tidak teraba lanjutkan kompresi jantung dan paru
b. Jika nadi teraba lanjutkan dengan pemberian ventilasi
15.Memasang monitor EKG dan lihat nilai irama jantung, jika :
a. VF / VT tanpa nadi, lakukan defibrilasi dengan hitungan joule : 6
joule/kg BB.
b. Asistole / PEA lanjutkan dengan kompresi.
16.Melakukan evaluasi tindakan di atas, jika belum berhasil, lakukan intubasi
dan pemasangan infus jika belum terpasang.
17.Jika pasien sudah terintubasi maka kompresi jantung dan ventilasi berjalan
masing-masing dengan kecepatan kompresi 100x/menit, kecepatan bagging
1x/6detik atau 10x/menit.
- 31 -
18.Memberi terapi sesuai dosis/instruksi dokter :
a. Adrenalin 0,1cc/kg BB dengan konsentrasi 1/10.000
Melakukan CPR/resusitasi maximal 30 menit, jika tidak berhasil atau
setelah ada tanda kematian, hentikan CPR, jika berhasil observasi tanda
vital, kesadaran, pupil dan warna kulit. Jika memungkinkan pasien
dipindahkan ke PICU.
H.Penatalaksanaan...
- 31 -
H. Penata Laksanaan Code Black
- 31 -
BAB IV…
BAB IV
DOKUMENTASI
- 31 -
BAB V...
- 31 -
BAB V
PENUTUP
Penjelasan dalam buku ini terbatas pada pengertian umum tentang ko-
munikasi efektif. Tentunya masih diperlukan cara lain agar dokter dan staf di
rumah sakit benar-benar dapat melakukan komunikasi efektif dalam men-
jalankan profesinya. Keterampilan berkomunikasi hanya bisa diperoleh dari
praktik. Makin banyak pengalaman seseorang melakukan komunikasi efektif
ketika berhadapan dengan pasien maupun pengunjung, maka keterampilannya
akan semakin terasah. Tentunya akan sangat membantu kalau seseorang juga
menambah pengetahuan dan wawasannya. Mengikuti pelatihan khusus, selain
sebagai penyegaran tapi juga bisa menambah kemampuan, adalah cara lain
yang dianjurkan agar mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasien
maupun pengunjung di rumah sakit.
- 31 -