Anda di halaman 1dari 2

Indikator Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Tahun 2014-2016

Standar
No Jenis Indikator Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Depkes
1 BOR 45% 46% 45,02 % 60-85 %

2 LOS 3 hari 3 hari 3,35 hari 3-12 hari

3 BTO 50 Kali 49 Kali 49 kali 40-50 kali

4 TOI 4 hari 4 hari 4 hari 1-3 hari

5 NDR 30 permil 28 permil 25 permil 25 permil

6 GDR 53 permil 58 permil 50 permil 45 permil

7 Jumlah Hari Rawat 27834 26136 25542

8 Rata-rata Kunjungan Rajal/ Hari 145 orang/hari 150 orang/hari 200 orang/hari

9 Pasien Keluar Hidup 8059 orang 7258 orang 7204 orang

6 Pasien Keluar Mati < 48 Jam 213 orang 230 orang 184 orang

7 Pasien Keluar Mati > 48 Jam 276 orang 214 orang 193 orang

8 Jumlah Pasien Keluar Hidup & Mati 8548 orang 7702 orang 7581 orang

Penjelasan

Dari Data di atas dapat kita lihat bahwa untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan efesiensi pelayanan rumah sakit
diperlukan berbagai indikator yaitu:
1. BOR (Bed Occupancy Red)
Dari data BOR kita dapat melihat prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Jika kita lihat perbandingan dari tahun 2014 sd
tahun 2016 angka BOR berkisar di angka 45 % sedangkan standar depkes untuk BOR Ideal 60- 85 %, maka dapat kita simpulkan bahwa
tingkat pemanfaatan dari tempat tidur di RSUD Depati Hamzah masih rendah karena kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan RS
oleh masyarakat , kurangnya realokasi tempat tidur ,dimana berarti masih banyak tempat tidur yang disediakan oleh RSUD Depati Hamzah
yang tidak pergunakan.Sehingga dampak dari perkembangan BOR yang rendah berakibat kepada pendapatan Jasa Perawatan Rendah.Untuk itu
perlu adanya perbaikan secara total dibidang manajamen, pelayanan, pemasaran, peningkatan efisiensi dan pengawasan serta perbaikan
sarana dan prasarana dan yang utama kepuasan pasien, promosi tentang semua pelayanan di RS, menanamkan perilaku SDM yang baik.

2 LOS( Length Of Stay)


Dari Data LOS kita dapat melihat rata-rata lamanya pasien di rawat. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan
dan tingkat efesiensi.Dari data di atas lamanya pasien dirawat di RSUD Depati Hamzah berkisar 3 hari , dimana semakin lamanya pasien dirawat
maka akan berdampak pada biaya yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika pasien lebih cepat pulang maka mengurangi biaya operasional RS.
maka dapat kita simpulkan bahwa masa penyembuhan pasien lebih cepat untuk kasus kasus Namun perlu diterapkan pada diagnosis tertentu
LOS nya sehingga dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut dan dapat diketahui rata rata lamanya pasien dirawat untuk
penyakit penyakit tertentu.

3. BTO ( Bed Turn Over)


Dari Data BTO kita dapat melihat frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam
satu satuan waktu tertentu. Jika kita lihat dari data di atas dari tahun 2014-2016 frekuensi pemakaian tempat tidur di RSUD Depati Hamzah sudah
ideal yaitu berkisar 49- 50 kaliIni berarti angka perputaran tempat tidur di RSUD Depati Hamzah sudah dimanfaatkan produktivitas tempat
tidurnya. Karena idelanya dalam setahun satu tempat tidur digunakan 40- 50 kali, dengan demikian umur pakai sarana tempat tidur menjadi
lebih panjang sehingga diperlukan biaya perawatan dan akan mengurangi biaya pengadaan.

4. TOI (Turn Over Interval)


Dari Data TOI kita dapat melihat waktu luang tempat tidur, yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari sedangkan dari data di atas TOI di RSUD Depati Hamzah dari tahun 2014- 2016 berkisar pada 4 hari,menunjukkan
semakin rendahnya tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit.
Upaya perbaikan untuk TOI tinggi dan BOR rendah perlu adanya promosi ke masyarakat tentang semua pelayanan yang ada supaya demand
meningkat selain itu perlu meningkatkan pelayanan dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai RSUD Depati Hamzah,
menanamkan perilaku SDM yang baik, Memperhatikan karier dan kesejahteraan karyawan RSUD Depati Hamzah, serta
penatalaksanaan penerimaan dan penempatan pasien, Hal ini dapat dilakukan dengan adanya koordinasi / kerjasama yang baik antara petugas
admisi dan bangsal, papan /informasi posisi tempat tidur yang up to date, pasien mutasi, pasien pulang petugas bangsal segera melapor ke admisi.
Peranan supervisi ditingkatkan sehingga dapat diketahui rata rata dimana tempat tidur tidak ditempati dari yang telah diisi ke saat terisi berikutnya

5.NDR ( Net Death Rate)


Dari Data NDR kita dapat melihat angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar, dimana indikator
ini memberikan gambaran mutu pelayanan di Rumah Sakit. Semakin rendahnya NDR semakin bagus mutu pelayanan RS. Dari data di atas NDR
RSUD Depati Hamzah Mengalami peningkatan dari 30 permill menjadi 25 permill, menunjukkan bahwa mutu pelayanan RSUD Depati Hamzah
masih kurang karena belum mendekati angka ideal dimana angka ideal NDR < 25 permill, artinya penatalaksana/ ketelitian pemeriksaan pasien, ,
penyelenggaraan visite setiap hari kecermatan dan ketepatan terapi, kecepatan pelayanan sarana penunjang masih perlu ditingkatkan sehingga .
angka kematian 48 jam dapat berkurang Karena semakin rendahnya NDR maka semakin bagus mutu pelayanan, semakin tinggi NDR maka semakin
jelek mutu pelayanan RS.Dikarenakan juga Indikator NDR ini lebih mencerminkan mutu pelayanan medis di Rumah Sakit.

6. GDR ( Gross Death Rate)


Dari Data GDR kita dapat melihat angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar, dimana indikator ini memberikan
gambaran mutupelayanan RS. Semakin rendah GDR semakin bagus mutu pelayanan.Dari data di atas GDR RSUD Depati Hamzah Masih telihat tinggi
walaupun dari tahun 2014-2016mengalami penurunan, karena angka ideal untuk GDR < 45 permill, ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan RSUD
Depati hamzah masih kurang bagus.Angka kematian adalah indikator hasil kinerja dari sebuah proses pelayanan kesehatan.Maka diperlukan .
pengamatan profesional terus menerus dilakukan dengan tepat .Kematian di RS sebenarnya dapat dihindarkan dengan perawatan optimal
dengan pelaksanaan pedoman dan standar pelayanan yang disusun sendiri yang dilaksanakan , yang dimonitoring dan dievaluasi pelaksanaannya.
Dalam upaya peningkatan perawatan yang optimal perlu adanya audit kematian,sehingga dapat ditemukan penyebab mortalitas di rumah sakit,
beberapa sebagai akibat dari komplikasi yang diderita pasien.Selain itu upaya menurunkan angka kematian rumah sakit merupakan salah satu
kunci penting dalam peningkatan patient safety, pengendalian infeksi,peningkatan kebersihan bangsal, panduan penggunaan antibiotik di RS
serta adanya monitoring tentang efek samping obat dan Adverse Drug Events. Dan yang lebih utama adalah menerapkan 6 program berbasis bukti
yaitu Tim reaksi Cepat, Rekonsiliasi Medikasi, Pencegahan Infeksi jalur sentral,Pencegahan Infeksi di tempat pembedahan,
pencegahan pneumonia karena pemakaian ventilator dan perawatan berbasis bukti untuk Infark Myocard.

Pangkalpinang 27 Januari 2017


Kasubag Rekam Medis

Yuliza, A.Md
Nip 198102092005012008

Anda mungkin juga menyukai