KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen Mutu yang berjudul
Manajemen Mutu di Rumah Sakit dengan lancar.
Dalam Penulisan dan penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa penulisan dan
penyusunan tidak dapat diselesaikan dengan baik bila tidak mendapat bantuan dan bimbingan
dari dosen pharmaceutical care universitas pancasila yang telah mengeluangkan waktu,
tenaga dan pikiran agar tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, namun dengan segala
kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dengan tujuan
memperbaiki tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan..........................................................................................
BAB II ISI.........................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Mutu adalah ukuran yang dibuat oleh konsumen atas produk dilihat dari segala
dimensi, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan, keamanan, kenyamanan serta kemudahan
konsumen. Faktor faktor yang mempengaruhi mutu antara lain pasar, uang, manajemen,
manusia, motivasi, material, mesin, dan informasi,
Manajemen mutu dapat diartika suatu proses dalam rangka untuk mencapai atau
mempertahankan mutu suatu organisasi atau instansi dengan cara bekerja bersama sama
dengan orang orang dan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi atau instansi tersebut,
Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar rumah sakit, setiap rumah sakit
saling berpacu untuk memperluas pasarnya. Harapan adanya perluasan pasar secara langsung
adalah meningkatnya penjualan sehingga rumah sakit akan memiliki lebih banyak konsumen
(pasien). Namun, rumah sakit selaku produsen haruslah memahami bahwa semakin banyak
konsumen maka rumah sakit akan semakin sulit memahami konsumennya secara teliti,
terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa yang ditawarkan
beserta alasan-alasan yang mendasarinya.
Rumah sakit yang mampu bersaing dalam pasar adalah rumah sakit yang mampu
menyediakan produk atau jasa berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus
melakukan perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh
barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku
konsumen dan calon konsumen.
Untuk meningkatkan mutu suatu rumah sakit maka diperlukan suatu standar atau
indikator. Untuk memenuhi persaingan secara global rumah sakit harus terakreditasi secara
nasional maupun internasional, salah satu standar yaitu JCI (Joint commite International).
BAB II
ISI
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur
status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi.
Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah
fenomena yang dapat diukur.
Indikator/standar mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu
pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh,
indikator struktur: Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya),
Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan peralatan
kedokteran termasuk obat-obatan, Metode berupa adanya standar operasional prosedur
masing-masing unit, dan sebagainya; indikator proses berupa memberikan petunjuk tentang
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan
prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar;
indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan
Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti: Angka Kesembuhan
Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan
sebagainya.
Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh:
Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat
badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.
Setelah kriteria ditentukan dibuatlah standar-standar yang eksak dan dapat dihitung
kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang badan bayi
baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi baru lahir yang
sehat standar adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan
relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi
pelayanan kesehatan tersebut.
Indikator manajemen mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari
rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk
melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu
Pelayanan Rumah Sakit:
A. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:
1. Angka Pasien dengan Dekubitus;
Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
B. Indikator Pelayanan bedah yang terdiri dari
Angka Infeksi Luka Operasi.
Angka Komplikasi Pasca Bedah.
Waktu tunggu sebelum operasi effektif.
Angka Appendik normal.
C. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan
Rujukan.
manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS
(quality of care). Keduanya merupakan oucome dari manajemen menjaga mutu di RS (quality
assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali
mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional
(nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1. Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen
RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS
(quality of care)
2. Pada era MEA (masyarakat Ekonomi Asean) Rumah Sakit sebagai saran kesehatan
terbesar harus bias meningkatkan mutu hingga bersatndar nasional maupun
internasinal dengan menerapkan ISO 9001 atau pun dapat pengangkuan dari JCI.
SARAN
1. Seorang apoteker atau farmasis harus dapat berpatisipasi membangun mutu yang ada
dirumah sakit dengan cara meningkatkan keprodesionalan dan menerapkan
pharmaceutical care.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://farmasi.unpad.ac.id/apoteker/
2. http://repository.wima.ac.id/5527/2/BAB%201%20FIXX%20PRINT.pdf
3. http://www.ikatanapotekerindonesia.net/community-pharmacist/36-scientificpublications-on-health.html
4. related:binfar.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=MTY2LmhvdGxpbms= filosofi
praktek kerja kefarmasian