Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DISIPLIN DALAM PELAYANAN

KEBIDANAN (SPK)
5:42 AM by miftahul muhtadin 0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah Disiplin dalam Pelayanan Kebidanan ini dengan baik. Dalam
penulisan makalah ini penulis banyak belajar dan mencari tahu apa yang ada didalam materi ini.
Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih pada Allah SWT yang telah memberikan
saya kelancaran dalam penulisan makalah ini .saya sadar bahwa didalam makalah ini tentu saja
masih jauh dari kata kesempurnaan, Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan saya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata, saya
mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Bengkulu, Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Standar Outcome.................................................................................... 3
1. Kepuasan Pelanggan......................................................................... 3
2. Ketetapan.......................................................................................... 5
3. Efisiensi dan Efektifitas.................................................................... 6
B. Meningkatkan Kinerja Bidan.................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 15
B. Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu
alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam meningkatkan
produktifitas dan menjamin mutu produk dan/ atau jasa, sehingga dapat mingkatkan daya saing,
melindungi konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya.
(Djoko Wijono, 1999 : 623).
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka
kematian ibu ( AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup,
mengalami penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT
1995). Angka ini 3-6 kali lebih besar dari Negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari
angka dinegara maju.
Angka kematian bayi (AKB) di indinesia, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia 1997 adalah 52/100 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Neonatal 25 per 1000
kelahiran hidup. Dibandingaka Negara ASEAN lainnya, AKB indonesia2-5 kali lebih tinggi.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan
penyebab utama kematian bayi (33,5%) di luar pulau jawa bali dan merupakan penyebab
kematian kedua (26,9%) diluar jawa bali.
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalalm menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai
dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum
pendidikan. Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan
operasional untuk penerapannya , misalnya kebutuhan akan pengorganisasian , mekanisme,
peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka
berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga
perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien. (Djoko Wijono, 1999 : 623).

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Standar Pelayanan persalinan di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd.keb
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Standar Standar apa saja yang dapat meningkatkan pelayanan yang bermutu
b. Mengidentifikasi Standar Masukan di BPS Ny. Sri Yayuk Kuntarti, Amd.keb.
c. Mengidentifikasi Standar Lingkungan di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd.keb.
d. Mengidentifikasi Standar Proses di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd.keb

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelompok
a. Peneliti dapat menambah wawasan baru, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan tentang
meningkatkan mutu pelayanan di BPS.
b. Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Instansi Pendidikan
a. Sebagai sumber materi ilmiah.
b. Sebagai sumber pengembangan ilmu kebidanan.
3. Bagi Tempat Penelitian
a. Sebagai acuan dalam meningkatkan pelayanan yang bermutu.
b. Dapat memberikan kepuasan kepada pasien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Outcome
Out come adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
Petunjuk untuk mengukur mutu asuhan kesehatan. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada
aspek pelayanan medis yang meliputi :
a. Angka infeksi nosocomial : 1-2 %
b. Angka kematian kasar (gross death rate) : 3-4 %
c. Kematian pasca bedah : 1-2 %
d. Kematian ibu melahirkan (MDR) : 1-2 %
e. Kematian bayi baru lahir (IDR) : 20/1000
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) : 25 %
g. ADR (Anesthesia Death Rate) : max. 1/5000
h. PODR (Post Operation Death Rate) :1%
i. POIR (Poat Operative Infection Rate) :1%

1. Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa model yang dipakai untuk menganalisa jasa yang terkait dengan kepuasan
pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan situasi
pasar.
Kepuasan pengguna jasa pelanggan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Dalam hal ini, aspek
komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan adalah high personal
contact.
b. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Faktor ini akan berpengaruh
pada tingkat kepatuhan pasien (complience).
c. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazzard bagi
pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan keluarganya yang penting
sembuh menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi kedokteran yang
ditawarkan oleh petugas kesehatan.
d. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility).
e. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan (asurance).
f. Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.
g. Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.
h. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness).
Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan
kesehatan atau sebagai pelanggan rumah sakit/ puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks kepuasan pelanggan yang nantinya digunakan
pihak manajemen rumah sakit untuk :
1. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah sakit/ puskesmas.
2. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan
3. Alat untuk memantau, mengendalikan aktivitas sehari-hari staf memberikan pelayanan kepada
pasien.
4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit/ puskesmas yaitu memperoleh
kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya.
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
a. Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya
b. Surat pembaca di koran
c. Surat kaleng
d. Surat masuk di kotak saran

2. Ketetapan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Tenaga kesehatan adalah orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis tenaga kesehatan adalah tenaga
keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Landasan hukum/ kebijakan umum ini disusun berdasarkan :
1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
3. UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
4. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai daerah Otonomi
6. Keputusan presiden No.136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Sususnan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen.
7. Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Prosedur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.572 tahun 1996 tentang Registrasi dan praktek Bidan yang
kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/Menkes/SK/VII/2002
10. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

Dalam rangka desentralisai, Depkes melakukan peningkatan sumber daya manusia di


daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelaksanaan kewenangan wajib dan standar pelayanan
minimum (KW-SPM) di bidang kesehatan di kabupaten/kota. Oleh karena itu untuk menjaga
agar daerah tidak mengabaikan pelayanan dasar kepada masyarakat, maka pemerintah
mewajibkan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan suatu kewenangan wajib yang
wajib dijalankan oleh pemerintah daerah untuk menjamin hak-hak konstitusional perorangan
maupun masyarakat.
Berkaitan dengan itu menkes mengeluarkan SPM di bidang kesehatan di kabupaten/kota
melalui Kepmenkes No : 1457/X/2003 yang pada pasal 2 disebutkan bahwa kabupaten/kota
menyelenggarakan SPM meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi
2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah
3) Pelayanan KB
4) Pelayanan imunisasi
5) Pelayanan pengobatan /perawatan
6) Pemantauan pertumbuhan balita
7) Pelayanan gizi
8) Pelayanan obstetri dan neonatal emergency dasar dan komprehensif
9) Pelayanan gawat darurat
10) Penyuluhan perilaku kesehatan
11) Pelayanan pembiayaan obat dan pembekalan farmasi
12) Pelayanan pengunaan obat genetik

3. Efisiensi dan Efektifitas


Efisiensi adalah Pelayanan yang diberikan dilakukan secara efisien. Sumberdaya kesehatan
itu sangat terbatas, oleh sebab itu dimensi efisiensi ini sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang efisien akan dapat melayani banyak pasien.
Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan umumnya
biayanya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan resiko
lebih besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektifitas kita akan dapat
memilih intervensi yang paling efisien.
Efektifitas adalah Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasarkan ilmu
pengetahuan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Pelayanan kesehatan itu harus efektif, artinya
harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta
berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.
Efektifitas pelayanan kesehatan ini tergantung dari bagaimana standar pelayanan kesehatan
itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar
pelayanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, namun, pada tingkat
pelaksanaan standar pelayanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai kondisi
setempat.
Efektifitas sangat terikat dengan kompetensi tehnik, terutama dalam pemilihan alternatif
dalam menghadapi relatif risk serta ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam
standar pelayanan kesehatan.
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit :
a. Unit cost untuk rawat jalan
b. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
c. Jumlah penderita yang jauh dari tempat tidur
d. BOR : 70-85%
e. BTO (Bed Turn Over) : 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/ tahun
f. TOI (Turn Over Interval) : 1-3 hari Tempat Tidur yang kosong
g. ALOS (Avanage Leght Of Stay) : 7-10 hari
h. Normal Tissue Removal Rate : 10 %
Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien :
a. Pasien terjatuh dari tempat tidur
b. Pasien diberi obat salah
c. Tak ada obat/alat emergency
d. Tak ada oksigen
e. Tak ada alat penyedot lendir
f. Tak tersedia alat pemadam kebakaran
g. Pemakaian obat
h. Pemakaian air, listrik, gas dan sebagainya

B. Meningkatkan Kinerja Bidan


Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan
setiap pemakaian jasa pelayanan kebidanan yang sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk, seta
yang penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang telah ditetapkan. Salah
satu implementasi dan pencapaian pelayanan kebidanan yang bermutu adalah dengan cara
meningkatkan kinerja bidan, langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut :
a. Memahami tujuan yang ingin dicapai, yaitu memahami tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan, uraikan tujuan tersebut sehingga jelas tolok ukurnya.
b. Memahami kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan dimaksud disini adalah dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, uraikan kegiatan tersebut sehingga jelas kegiatan pokok
(Mollar activities) dan kegiatan bukan pokok (Molululair activities) mengelompokkan kegiatan
yang akan dilakukan. Pengelompokan ini perlu dilakukan, karena kegiatan-kegiatan yang
tercantum dalam rencana kerja sering tidak jelas kaitannya satu dengan yang lain.
c. Menetapkan hirarki kelompok kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menetapkan hirarki
manajerial. Untuk setiap kelompok kegiatan hirarki manajerial ini lazimnya dibedakan atas 3
tingkat yaitu top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Perbedaan dari masing-
masing tingkat terletak pada keterampilan yang dibutuhkan. Jika keterampilan manajerial
(manajerial skill) yang telah dibutuhkan hirarki kegiatan termasuk dalam top manajemen, tetapi
jika ketrampilan teknis(technical skill) yang lebih dibutuhkan termasuk dalam lower manajemen.
d. Membentuk kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan (positioon classification) untuk ini
secara bertahap dilakukan beberapa kegiatan :
Analisis tugas (job analysis)
Tujuannya untuk memperjelas tugas setiap kelompok dengan menyusun berbagai tugas
tersebut menurut kelompok dan urutannya
1. Uraian tugas (job discription)
2. Selanjutnya dengan melakukan uraian tugas, yang bertujuan untuk lebih menjelaskan tugas-tugas
yang telah disusun. Jadi pada uraian tugas ini setiap tugas telah dilengkapi dengan berbagai
keterangan yang dibutuhkan.
3. Penilaian tugas (job evaluation)
4. Bertujuan mengkaji ulang setiap tugas yang telah diperinci tersebut apakah ada yang berlebihan
dan ataupun yang masih kurang. Lakukan penyempurnaan seperlunya, apabila tugas-tugas
tersebut telah jelas, ubahlah ke dalam bentuk jabatan.
e. Melakukan pengelompokan jabatan
Jabatan yang dihasilkan darii pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebih dan beraneka ragam.
Untuk itu sebagai langkah berikutnya dilakukan pengelompokan jabatan (position grouping)
f. Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi.
Cara membentuk satuan organisasi banyak macamnya, beberapa yang penting diantaranya:
1. Atas dasar kesamaan fungsi dari jabatannya
2. Atas dasar kesamaan proses atau cara kerja dan jabatan, misalnya pembentukan satuan organisasi
berdasarkan kesamaan proses atau cara kerja ialah bagian pencegahan penyakit, perawatan
penderita, rehabilitasi dan sebagainya yang seperti ini.
3. Atas dasar kesamaan hasil(produksi) dari jabatan. Satuan organisasi dapat pula dibentuk
berdasarkan kesamaan hasil. Misalnya bagian produksi obat, bagian bahan makanan, bagian
produksi bahan publikasi dan sebagainya yang seperti ini.
4. Atas dasar kesamaan kelompok masyarakat yang memanfaatkannya. Misalnya pembentukan
satuan organisasi berdasarkan kesamaan kelompok masyarakat yang dimanfaatkan hasil ialah
bagian KIA, bagian KB dan sebagainya yang seperti ini.
5. Atas kesamaan lokasi jabatan. Satuan organisasi dapat pula dibentuk atas dasar kesamaan lokasi
dimana kegiatan tersebut dilakukan. Misalnya kelompok bagian pelayanan di dalam gedung,
diluar gedung, di desa di kota dan sebagainya yang seperti ini.
Kombinasi dari berbagai cara di atas.
g. Membentuk struktur organisasi
Pada waktu membentuk struktur organisasi, perhatikanlah hirarkinya, pembagian tugas dan
wewenang masing-masing serta kemampuan pengawasan yang dimiliki (span of control)
h. Melakukan penilaian berkala untuk penyempurnaan
Penilaian secara berkala untuk penyempurnaan ini harus dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Peranan penilaian berkal amat penting, karena memang salah satu ciri dari pengorganisasian
harus dapat mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Tidak hanya yang berlangsung
dilingkungan tetapi dalam organisasi sendiri.
Untuk meningkatkan kinerja bidan di masyarakat, maka seorang bidan harus berperilaku
profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu :
1. Berpegang teguh pada filosofi, etiks profesi dan aspek legal
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategi pengendalian
infeksi
5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan
6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran,
periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan waita/ibu agar mereka dapat
menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan
8. Bekerjasama dengan petugas kesehtan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu
dan keluarga
9. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan

Upaya pengembangan dapat dilaksanakan meliputi :


1. Perluasan jangkauan
2. Peningkatan pelayanan
3. Peningkatan rujukan
4. Peningkatan management organisasi
5. Peningkatan peran serta masyarakat
Pola pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan struktural
1. Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan
fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non
formal
2. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan koordinator,
dan bidan penyelia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktur tergantunng di mana bidan bertugas, apakah
di rumah sakit, puskesmas, bidan di desa/ di swasta (sofyan, mustika 2004)
Secara singkat indikator dapat juga di artikan sebagai variabel yang dapat mengukur
perubahan. Agar tujuan indikator itu dapat di capai maka yang menjadi parameter pemilihan
suatu indikator ialah : waktu, biaya, dan kinerja
Syarat-syarat indikator :
a. Absah atau sahih
Absah masudnya indokator hanya akan mengukur yang seharusnya akan di ukur
b. Dapat dipercaya atau handal
Hasil pengukuran indikator harus selalu sama, jika diukuroleh siapapun, kapan saja dan
dalamlingkungan yang berbeda sekalipun
c. Relevan
d. Maksudnya indikator harus relevan terhadap kebutuhan dan terkait dengan masalah yang akan
dipecahkan
e. Realistis
Indikator harus dapat digunakan dengan mudah dan praktis. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara sederhana mungkin dan cocok dengan pengumpulan data rutin yang telah ada, tidak
memerlukan banyak waktu, tenagag dan biaya. Informasi yang diperlukan dapat menjangkau data
yang tersedia. Sumbernya yang diperlukan untuk pengumpulan data harus mamapu disediakan
oleh organisasi pelayanan kesehatan.
f. Dapat diukur dan diamati
Hasil indikator harus dapat dilihat dan diketahui atau dinyatakan dengan bilangan. Indikator
dapat dinyatakan dalam bentuk : bilangan atau frekuensi, rata-rata hitung atau prosentase
kejadian
g. Disetujui oleh petugas kesehatan
Indikator harus diketahui dan disetujui oleh semua petugas kesehatan yang kinerjana akan diukur

h. Jelas
Artina indikator harus jelas dan mempunyai sasaran waktu yang yang ditentukan
i. Digunakan terus menerus
Indikator harus digunakan dalam penilaian secara berkesinambungan atau terus menerus
j. Mudah digunakan
Indikator harus efektif dan dengan mudah dapat digunakan dalam mengukur baik keberhasilan,
kegagalan, kekuatan ataupun melemahkan.
Sedangkan indikator pelayanan kesehtan termasuk didalamnya pelayan kebidanan adalah
empat tahap dalam pemyusunan indikator yang dianjurkan oleh Joint Commission For
Accreditation Of Health Care Organization (JCAHCO).
a. Tahap 1
Membentuk kelompok kerja
b. Tahap 2
Pelaksanaan uji coba indikator, untuk melihat tentang : ketersediaan kerja dan keakuratan kerja.
c. Tahap 3
Uji coba indikator dalam skala yang lebih besar dan pada tahap ini diharapkan nereka yang
terkait dalam ujicoba memberi laporan pengelaman ujicoba dan laporan ini harus dipelajari
dengan seksama oleh kelompok kerja.
d. Tahap 4
Tahap indikataor ini benar-benar telah siap untuk digunakan dan perintah menganai penerapan
indikator ini akan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Jenis-jenis indikator :
Indikator dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dan disini akan dibahas 2 macam
indikator yaitu indikator yang berhubunan dengan pemantauan jaminan mutu pelayanan
kesehatan dan indikator yang berhubungan dengan pemantaun penatalaksanakan pasien atau
pengukuran luaran atau outcome pelayanan kesehatan.
Indikator yang terkait dengan kerangka pikir jaminan mutu pelayanan
1. Indikator struktur
2. Indikator proses
3. Indikator luaran atau outcome
Indikator pengukuran mutu pelayanan kesehatan primer. Meliputi indikator kebijaksanaan
ksehatan dan indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer yaitu :
Indikator kebijaksanaan kesehtan :
1. Komitmen politik terhadap health for all by year 2000
2. Indikator distribusi sumberdaya
3. Indikator distribusi pemerataan pelayanan kesehatan
4. Indikator peran serta serta masyarakat
5. Indikator pendidikan tenaga kesehatan
6. Indikator managemen dan organisasi
Indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer :
1. Indikator ketersediaan
2. Indikator akses
3. Indikator pemanfaatan

Anda mungkin juga menyukai