Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BIOETIK PROFESIONALISME BIDAN

“ Konsep Standar Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan “

KELOMPOK 9 :
FIRDAUS MUBAYYINA ( P102202008 )
ANDI KARTIANI ( P102202018 )
WAHIDA HASBI ( P102202020 )
MIKELE MERSYE LOISE TIVEN ( P102202025 )
KATRINA AURI ( P102202045 )
MEIDAYANA REFISILIYANI ( P102202050 )
PATRIASIA SAKLIRESY ( P102202065 )
MORIN MANDATJAN ( P102202066 )

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas segala karunia
nikmatNya sehingga Saya Dapat Menyusun Makalah Ini Dengan Sebaik-Baiknya.
Makalah Yang Berjudul “Konsep Standar Indikator Mutu Pelayanan
Kebidanan” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran.
Tujuan penulisan makalah ini untuk sebagai pencapaian KRS yang telah
ditetapkan oleh dosen mata kuliah “ Bioetik Profesionalisme Bidan ” selain itu
makalah ini sebagai sarana pengetahuan bagi seluruh kalangan mahasiswa
magister kebidanan.
Dalam penulisan makalah ini, Kami tentu menemukan hambatan baik dari
luar maupun dari dalam. Adapun hambatan itu adalah keterbatasan pengetahuan
kami dan sumber informasi dari makalah ini. Dalam penyusunannya melibatkan
berbagai pihak. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala
kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini. Meski telah disusun
secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini.

Makassar, 22 Maret 202

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A.Definisi....................................................................................................
B.Klarifikasi Indikator................................................................................
C.Karakteristik Indikator............................................................................
D.Standar Outcome.....................................................................................
E.Efesiensi dan Efektifitas..........................................................................
F.Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Siklus PDCA..............................
G.Cara Penilaian Mutu Layanan Kebidanan..............................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
A.Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


      Tenaga kesehatan saat ini dalam pembangunannya bertujuan untuk
memberikan layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan
yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara
yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang aman.
      Tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang
ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol
layanan pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta
efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
      Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah
dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah,
karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional.  Berkaitan
dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun
pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.
      Dalam upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
perlu dilakukan suatu penilaian mutu pelayanan kebidanan dengan menggunakan
indikator mutu pelayanan kebidanan. Untuk mengetahui secara umum tentang
indikator mutu pelayanan kebidanan, kami membuat makalah dengan judul
“Konsep Standar Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan”
B.     Rumusan Masalah
1. Apakah definisi indikator?
2. Apa saja klasifikasi indikator ?
3. Bagaimanakah karakteristik indikator?
4. Apa yang dimaksud dengan standar outcome?
5. Apa yang dimaksud dengan efisiensi dan efektifitas?
6. Bagaimanakah penilaian mutu pelayanan kebidanan siklus PDCA?
7. Bagaimanakah cara penilaian mutu pelayanan kebidanan?
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi indikator
2. Untuk mengetahui klasifikasi indikator
3. Untuk mengetahui karakteristik indikator
4. Untuk mengetahui standar outcome
5. Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas
6. Untuk mengetahui penilaian mutu pelayanan kebidanan siklus PDCAUntuk
mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.
contoh:berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi
tersebut (wilson & sapanuchart,1993).
2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu
kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(green,1992).
3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung (who, 1981).
Ada dua kata penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran
dan perubahan. untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan
”indikator” sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan
kegiatan. Indikator adalah alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan. Indikator adalah tolak ukur yang menunjukkan tercapai
tidaknya suatu standar pelayanan kesehatan, dapat diukur dengan menggunakan
instrumen atau suatu daftar tilik
Mutu pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai
(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui
aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan
yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Amirudin,
2007).
Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam.
Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu
proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran
penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat
untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan.
B. Klasifikasi Indikator
Menurut Amiruddin (2007) dalam melakukan penilaian mutu ada tiga
pendekatan penilaian mutu yaitu Struktur, Proses, dan Outcomes.
Menurut Donabedian sebagaimana dikutip Mulyadi (2001:1–2),
pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tiga
variabel:
1. Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang
penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
Sistem klasifikasi indicator didasarkan atas kerangka kerja yang logis
dimana kontinuum masukan (input) pada akhirnya mengarah pada luaran
(outcomes).
Indikator input (struktur) merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakan aktivitas personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan,
organisasi dan manajemen keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas
kesehatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
a. Jumlah, besarnya input
b. Mutu struktur atau mutu input
c. Besarnya anggaran atau biaya
d. Kewajaran
Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator output mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan, sikap,
dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator
ini juga disebut indicator effect. Proses merupakan semua kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter,perawat dan tenaga
profesional lainya) dan interaksinya dengan klien. Proses mencakup diagnosa,
rencana pengobatan, indikasi pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan
penanganan kasus.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari:
a. Relevan tidaknya proses itu bagi klien
b. Fleksibilitas dan efektifitas
c. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelyanan yang semestinya
d. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
Indikator outcome dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status
kesehatan masyarakat/penduduk. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan
tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien. dapat berarti adanya
perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome
jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur
tertentu. Outcome jangka panjang adalah setatus kesehatan dan kemampuan
fungsional klien.
Ilustrasi dari kontinuum indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input
meliputi peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses
adalah kegiatan dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi
cakupan pemberian meningkat adalah (output), dan outcome adalah dampaknya
sebagai efek output antara lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya
pencegahan penyakit melalui immunisasi (outcome)
Indikator klinis adalah Indikator yg berfokus pada hasil asuhan kepada
pasien dan proses serta spesifikasinya. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak pada pelayanan. Indikator harus selalu dimonitor agar diketahui jika
terjadi penyimpangan, individu juga dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self
assesment). Kinerja bidan adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai
oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan.
Sekumpulan prinsip-prinsip pedoman untuk kegiatan dimana pekerjaan setiap
individu memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. “Bagaimana saya dapat membantu orang lain untuk memahami arti
pekerjaan bagi keseluruhan”.
Secara garis besar ada lima kegiatan utama bidan:
a. Merumuskan tanggungjawab dan tugas yang harus dicapai oleh
bidan/perawat dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup
kegiatan yang dituntut untuk memberikan sumbangan berupa hasil kerja.
b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam
kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar  prestasi dan tolak ukurnya.
c. Melakukan monitoring, koreksi, memfasilitasi serta memberikan kesempatan
untuk perbaikan.
d. Menilai prestasi perawat/bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi
aktual dengan standar.
Indikator inilah yang selalu diterapkan dilapangan, seorang bidan yang
mempunyai tanggungjawab dan tugas selalu memperhatikan tindakan yang
dilakukannya agar kliennya tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikan bidan
kepadanya, dan hasilnya juga memuaskan. klien puas dengan pelayanan seorang
bidan pun juga senang atas hasil pekerjaannya tersebut.
C.    Karakteristik Indikator
Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut :
a. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek-aspek yang akan dinilai.
b. Dapat dipercaya (Reliable), mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
c. Peka (Sensitive), cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
d. Spesifik (Specific), memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
e. Relevan, sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh:
pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan
post-operasi.
D.    Standar Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan

profesional terhadap klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan

kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari

segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang

adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien. Standar Outcome

diukur melalui hasil :

1.      Kepuasan pelanggan


Dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman klien. Berkaitan dengan

kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan yang bersifat

subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. sekalipun pelyanan

kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang

tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. untuk mengatasi masalah ini

dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien


Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang
dipakai adalah kepuasan rata-rata. pelyanan kebidanan bermutu apabila dapat
memuaskan rata klien
b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi
kode etik dan standar pelayanan kebidanan. Mutu pelyanan kebidanan
merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat
rata-rata klien serta penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik dan standar
profesi kebidanan.
2.      Ketepatan pelayanan kesehatan
Sesuai standar dan etika profesi . Ketetapan sebagai indikator mutu
pelayanan kesehatan dimaksudkan adalah keefektifan dalam penanganan
kesehatan yaitu:
a. tepat dalam pelayanan atau penanganannya
b. tepat waktu pelaksanaan tindakan
c. tepat dalam pemberian obat serta dosisnya
d. tepat dalam penggunaan fasilitasnya
3.      Efisiensi pelayanan kesehatan
Menggunakan input dan proses minimal dengan hasil maksimal. Mutu
pelayanan kesehatan dikatakan efisien erat hubunganya dengan:
a. Dapat dicegahnya yankes yang dibawah standar dan ataupun yang berlebihan
b. Biaya yang ditambahkan karna harus menangani efek samping atau
komplikasi karna yankes dibawah standar akan dapat dihindari
c. Pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada
pelayanan yang berlebihan
4.      Efektifitas pelayanan kesehatan
Sesuai kebutuhan klien. Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efektif erat
hubunganya dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu
dan tehnologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan.
E.     Efisiensi dan Efektifitas
1.      Efisiensi
Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari mutu
karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber
daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Pelayanan yang efisien akan
memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan kepada
pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan
sumber daya yang dimiliki. Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak
efektif atau pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara
ini kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya. Pelayanan yang kurang
baik, disamping menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan kurang
nyamannya pasien, seringkali mahal dan memakan waktu yang lama untuk
memperbaiki. Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi
dengan menganilis efisiensi, manajer program kesehatan dapat memilih intervensi
yang paling cost – effective.
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang
benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan
penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang
diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A
membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara
A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai
menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efisien erat hubunganya dengan:
a. Dapat dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar dan ataupun
yang berlebihan
b. Biaya yang ditambahkan karna harus menangani efek samping atau
komplikasi karna yankes dibawah standar akan dapat dihindari
c. Pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada
pelayanan yang berlebihan
2.      Efektifitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang
sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan


b. Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efektif erat hubunganya dengan
dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu dan tehnologi dan ataupun
standar yang telah ditetapkan.
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah
melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien
begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang
sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang
lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat
optimum untuk kedua-duanya.
F.     Penilaian Mutu Pelayanan kebidanan siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart
pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak
lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”
The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan
siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam
perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar Siklus PDCA
 

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:


1.      Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan
merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang
ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait
dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara
penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan
diselenggarakan. Syarat rencana kerja (Plan):
a. Berorientasi ke masa depan
b. Fleksibel, logis dan masuk akal
c. Mengandung uraian semua unsur rencana
d. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung
setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
e. Judul rencana kerja (topic)
f. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi
(problem statement)
g. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target)
h. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
i. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and
personnels)
j. Biaya dan waktu yang diperlukan (budget and time)
k. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)
2.      Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah
disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di
luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf
pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan
dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan
keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian
staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.
Dibutuhkan 2 hal yaitu:
a. Pemahaman rencana kerja
1) Orientasi
2) Pelatihan
b. Kerja sama
1) Komunikasi
2) Motivasi
3) Kepemimpinan
4) Pengarahan
5) Supervisi
3.      Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan
dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum
berjalan dengan baik.
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan
perbaikan atau tidak. Terdapat dua cara yang sering dipergunakan untuk dapat
memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, yakni :
1) Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk
mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah
pembuatan lembar pemeriksan adalah:
 Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
 Tetapkan jangka waktu pengamatan
 Lakukan perhitungan penyimpangan
2) Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan
besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta
kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
 Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
 Tentukan prosentase penyimpangan
 Buat grafik penyimpangan
 Nilai grafik
4.      Perbaikan ( Action )
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk
selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali.
Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian
tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
G.   Cara Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan
1. OBSERVASI
Observasi (pengamatan) adalah suatu prosedur yng berencana, yang
meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu
atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Observasi yaitu mengamati pada saat pelayanan. Observasi adalah suatu
penyelidikan yg dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung
(Bimo Walgito, 1987:54)
Observasi adalah suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun
tidak langsung gejala-gejala yang sedang atau berlangsung baik di dalam (di luar)
sekolah (Djumhur, 1985:51).
Observasi sebagai alat pengumpul data: pengamatan yang memiliki sifat-
sifat (depdikbud:1975:50) :
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan lebih dulu.
b. Direncanakan secara sistematis.
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuannya.
d. Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya
e. Bersifat kuantitatif.
2. WAWANCARA
  

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengupulkan


data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face)
Wawancara dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman. Kartono (1980:
171), Interview (wawancara) suatu percakapan yg diarahkan pada suatu masalah,
ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik.
Dalam proses interview terdapat 2 pihak dengan kedudukan yg berbeda.
pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya
berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau
informan.
Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan
(penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan
paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain),
mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali
keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing”
(rangsangan, dorongan).
3.      DOKUMEN
Dokumen sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen
ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau
memakai media elektronik, melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register,
bukucatatan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan
suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran
penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat
untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan. Dalam melakukan penilaian
mutu ada tiga indikator mutu yankes yaitu Struktur, Proses, dan Outcomes. Dalam
hal ini cara penilaian mutu pelayanan kebidanan yaitu berupa observasi,
wawancara serta dokumen. Dalam penilaian melalui siklus PDCA harus
berkesinambungan antara satu dan lainnya agar pelayanan mutu berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Ed. 3. Jakarta: Bina

Rupa Aksara. Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan

Nasional. Jakarta: Depkes RI. Muninjaya, A. A. G. 2011. Manajemen

Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Syafrudin, Masitoh S., & Rosyanawati, T. 2011. Manajemen Mutu

Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai