OLEH:
AULIANA TESA (2221312009)
YULYAN SHARI (2221312015)
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
telah membawa kita menuju alam yang penuh pengetahuan. Semoga Rahmat selalu
Dr. Yulastri Arif, M.Kep yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Serta terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu
makalah penulis kedepannya. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................3
A. Konsep Manajemen Mutu.............................................................................3
B. Culture of Safety and Blame Manajemen Mutu............................................8
1. Culture of Safety........................................................................................8
2. Culture of Blame.....................................................................................11
C. Bedah Buku Manajemen Mutu……………………………………………..12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mutu pelayanan kesehatan saat ini sudah sangat sering dibicarakan, baik
dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari pihak
pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan telah menjadi suatu kiat yang sistemik
serta terus menerus dievaluasi dan disempurnakan sebagai salah satu perangkat
yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola dan merencanakan layanan
kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari keterampilan yang sangat
mendasar bagi setiap pemberi (provider) layanan kesehatan yang secara langsung
melayani pasien. Mutu pelayanan tidak terlepas dari satu profesi saling
indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra
iv
Penilaian mutu pelayanan dan asuhan keperawatan perlu dilakukan guna
untuk mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu perlu
B. Rumusan masalah
ini adalah “Bagaimana konsep,teori Culture of Safety & Blame manajemen mutu?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep , teori Culture of Safety & Blame manajemen mutu.
2. Tujuan khusus
v
d. BAB II
KERANGKA TEORI
tujuan yang dimaksudkan. Untuk mencapai ini, ada pengumpulan data yang
konstan dan perubahan dalam proses untuk menciptakan produk atau layanan
untuk pelanggan (Betlloch, 2015). Tujuan utama manajemen mutu adalah untuk
efektif, berpusat pada pasien, tepat waktu, efisien, dan perawatan yang adil)
(Seelbach, 2022).
vi
Menurut Feigenbaum (1961), kualitas tidak berarti “terbaik” tetapi
Sejalan dengan (Sousa & Voss, 2002) juga menyoroti bahwa manajemen
mutu adalah filosofi manajerial atau pendekatan yang terdiri dari seperangkat
serangkaian praktik, alat, dan teknik untuk efektivitas dan efisiensi sehubungan
dengan sistem dan kinerjanya. Secara umum, tampak bahwa ada kesepakatan
tentang definisi kualitas dan arti manajemen mutu meskipun penulis yang
vii
b. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel, yaitu input, proses, dan
output/outcome.
dan informasi.
harus selalu mempertimbangkan nilai yang dianut pada diri pasien. Program
viii
1) berbuat hal hal yang baik (beneficence) terhadap manusia khususnya
umum;
sakit/keperawatan tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik
sakit.
ix
memperhatikan transparansi dan akuntabilitas sehingga tercapai manajemen
f. Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain baik di dalam atau luar
bisa bersaing.
pasien yang sukses dan hemat biaya. Bukti telah menunjukkan bahwa semua
proses dan kegiatan yang diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan perlu
2016). Sistem ini mencakup serangkaian praktik yang saling berinteraksi yang
mana pemberian perawatan ini harus berpusat pada pasien (Wagner, 2014).
x
kebutuhan, preferensi, dan harapan pasien, sambil memastikan bahwa nilai-nilai
yang lebih berpusat pada pasien pada akhirnya dapat berkontribusi pada pasien
yang puas dan loyal, pemberian perawatan yang lebih baik, dan hasil klinis yang
manajemen mutu (QM) dalam praktik berpusat pada pasien studi ini secara
dalam menciptakan nilai tambah bagi pasien. Penelitian yang relevan telah
1. Culture of Safety
ANA mendefenisikan Culture of Safety sebagai sesuatu inti dari nilai dan
perilaku yang dihasilkan dari kumpulan dan komitmen yang didukung oleh
pemimpin organisasi, manager, dan pegawai menekankan keselamatan atas
tujuan untuk bersaing (ANA, 2016). Culture safety juga dapat diartikan
sebagai hasil dari pokok asumsi atau tujuan inti dari sebuah organisasi
(Meaney, 2000).
Atribut budaya keselamatan yang positif meliputi (ANA, 2016):
a. keterbukaan dan saling percaya ketika membahas masalah keamanan dan
solusi tanpa menyalahkan individu
b. marshaling dari sumber daya yang tepat, seperti staffing- keterampilan-
mix level
xi
c. lingkungan belajar di mana para profesional kesehatan belajar dari
kesalahan dan secara proaktif mendeteksi kelemahan sistemik
d. transparansi dan akuntabilitas
xii
6. Budaya kerja dalam organisasi disebut budaya organisasi
7. Budaya organisasi yang memberikan prioritas tinggi terhadap
keselamatan disebut dengan budaya keselamatan.
Menurut James Reason (1998) dalam (Yusri, 2011) safety culture
berfungsi antara lain:
1. Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan yang
dilakukan individu
2. Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan
3. Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur dalam semua tahap
pekerjaan
4. Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan/kekurangan sekecil
apapun yang terjadi untuk menghidari terjadinya kecelakaan.
Salah satu cara mengerti tentang budaya keselamatan organisasi
adalah dengan mengetahui Karakteristik budaya keselamatan sebagai
strategi untuk mengukur, mengidentifikasi dan menumbuh-kembangkan
budaya keselamatan yang mencakup sikap dan perilaku yang terstruktur.
Karakteristik budaya keselamatan juga dapat ditafsirkan sebagai serangkaian
proses berinteraksi dari setiap individu yang terlibat memberikan kontribusi
untuk mencapai kinerja keselamatan yang tinggi.
xiii
Gambar 2. Lima Karakteristik Budaya Keselamatan
2. Culture of blame
xiv
ada ide baru atau inisiatif pribadi karena orang tidak mau mengambil risiko
salah. Perlu dicatat di sini bahwa organisasi tidak sengaja memilih budaya
menyalahkan, melainkan budaya seperti itu berkembang dari gaya manajemen
birokrasi yang sangat berorientasi pada aturan, didorong oleh kepatuhan, dan
berfokus pada menugaskan kesalahan atau pertanggungjawaban kepada
individu bahkan untuk kegagalan tingkat sistem.
xv
b. Layout Buku
Ketepatan Layout buku biasanya dinilai dari tata letak dari elemen-
elemen yang ada dalam buku. Adapun layout pada buku ini menurut kami
sudah tepat dan bagus. Dengan font size seperti itu sudah sesuai dengan
ukuran buku yang cukup kecil dan lebih penting lagi isi buku dapat
terbaca dengan jelas. Sedangkan untuk penempatan tata letak gambar atau
foto, penempatan info singkat menurut kami sudah baik dan jelas.
c. Ukuran Buku
Buku yang kami bedah dengan judul Manajemen Mutu Terpadu
(Suatu Pengantar) yang diterbitkan oleh KPG dan Tempo Publishing
berukuran 15,5x10,5 cm dan ketebalan 1,3 cm yang terdiri dari 293
halaman belum termasuk sampul.
d. Jenis Kertas
Jenis kertas yang digunakan dalam buku ini yaitu jenis bookpeper
atau sering juga disebut storenso, dimana jenis kertas seperti itu sering
digunakan pada buku novel dan buku pengetahuan lainnya. Jenis kertas
ini hampir sama dengan kertas HVS perbedaan yang mencolok hanya
terletak pada warnanya dimana pada kertas HVS berwarna putih
sedangkan untuk jenis bookpeper berwarna cream dengan ketebalan
standar.
2. Isi Buku
a. Redaksional atau Tata Bahasa
Untuk penilaian redaksional atau tata bahasa dalam buku yang harus
diperhatikan ada beberapa hal, yaitu pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata dan penggunaan tanda baca atau pungtuasi. Semua itu sudah
cukup baik penggunaannya di dalam buku yang kami bedah
b. .Gaya Penulisan
Untuk menilai gaya penulisan sebuah buku yang perlu diperhatikan yaitu,
jernih dan komunikatif, sesuai nalar dan logika atau saling berkaitan, serta
akurasi atau kebenaranya. Hal-hal tersebut sudah diterapkan dengan baik
dalam buku. Buku ini menurut kami sangat komunikatif dan jernih dimana
xvi
semuanya digambarkan secara baik dan jelas, juga sangat logis dan akurat,
sumber disebutkan dengan jelas dan baik.
c. Efektifitas, Efisiensi, dan Ekonomis Penggunaan Kata
1. Efektifitas
Menurut kami buku yang kami bedah dengan judul Manajemen Mutu
Terpadu sudah cukup efektif walaupun masih ada beberapa kesalahan
yang perlu diperbaiki untuk kedepannya. kami mengatakan cukup efektif
karena penulisannya secara umum sudah sesuai EYD, sistematis, tidak
boros dan bertele-tele, serta tidak ambigu atau bisa dikatakan semuanya
digambarkan secara jelas.
2. Efisiensi
Dari segi efisiensi buku ini sangat bermanfaat dijadikan referensi dalam
mendalami terkait Manajemen Mutu Terpadu, karena dalam buku ini
terdapat bahasan yang akan membuat kita lebih memahami tentang
Manajemen Mutu Terpadu. Buku Total Quality Management-Suatu
Pengantar ini terdiri dari 7 Bab. BAB 1 membahas kerangka dasar TQM,
Bab II menguraikan tokoh-tokoh pemikiran Manajemen Mutu, Bab III
memberikan gambaran sepintar tentang manajemen mutu, Bab IV
mengemukakan beberapa aspek-aspek ISO 9000, Bab V menguraikan
Benchmarking, Bab VI membahas mengenai dimensi manusia dalam
mutu, dan Bab VII membahas beberapa aspek gugus kendali mutu.
3. Ekonomis
Buku ini memberikan konstibusi yang luar biasa untuk menambah
pengetahuan kita mengenai TQM. Dimana pada pada buku ini pembaca
akan dapat lebih memahami terkait manajemen mutu, manajemen biaya,
dan pengendalian mutu.
4. Kalimat Mudah dipahami atau Susah Dipahami
xvii
xviii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh perawat
pasien merasa puas, tanpa adanya keluhan atas pelayanan yang didapat kan.
Hal ini dikarenakan mutu belum memiliki arti yang tetap sehingga para pakar
tugasnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
. Baines RJ, Langelaan M, de Bruijne MC, et al. Changes in adverse event rates in
hospitals over time: a longitudinal retrospective patient record review
study. BMJ Qual Saf. 2013; 22(4):290–298.
Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQHC).
Improving quality and safety by focusing care on patients and consumers.
https://www.safetyandquality. gov.au/wp-content/uploads/2012/01/PCCC-
DiscussPaper.pdf. Published 2010.
Crosby, P. B. (1984). Quality without tears: the art of hassle-free management.
New York: United States of America.: McGraw-Hill.
Dahlgaard, J. J., Kristensen, K., & Kanji, G. K. (2002). Fundamentals of Total
Quality Management. Cheltenham: United Kingdom: Nelson Thornes L.
Deming, W. E. (1993). The New Economics For Industry, Government, and
Education. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology Center for
Advanced Engineering Study.
Dodwad SS. (2013). Quality management in healthcare. Indian J Public
Health. 2013 Jul-Sep;57(3):138-43.
Foundation NPS. Free From Harm: Accelerating Patient Safety Improvement
Fifteen Years After “To Err is Human”. Boston, MA: National Patient
Safety Foundation; 2015.
Greenfield D, Braithwaite J. Health sector accreditation research: a systematic
review. Int J Qual Health Care. 2008;20(3):172-183.
Groene O, Kringos D, Sunol R. Seven ways to improve quality and safety in
hospitals: an evidence-based guide. DUQuE collaboration.
http://www.duque.eu/uploads/DUQuE_Seven_
Ways_To_Improve_Quality_And_Safety_2014.pdf. Published 2014.
Hijazi H, Heather L, (2018). The Impact of Applying Quality Management
Practices on Patient Centeredness in Jordanian Public Hospitals: Results of
Predictive Modeling. SAGE Publishing.
Juran, J. M. (1988). Juran’s quality control handbook (4 ed.). New York:
McGraw-H.
Lark M, Kai K. (2019). Patient Safety Movement: History and Future Directions.
J Hand Surg Am. 2018 February ; 43(2): 174–178.
doi:10.1016/j.jhsa.2017.11.006.
20
Powell, C. T. (1995). Total Quality Management as Competitive Advantage: A
Review and Empirical Study. Strategic Management Journal, 16(1), 15-37.
https://doi.org/10.1002/smj.4250160105.
Seelbach CL, Brannan GD. Quality Management. [Updated 2021 Mar 16]. In:
StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557505/.
Tao, F., Cheng, Y., Da Xu, L., Zhang, L., & Li, B. H. (2014). CCIoT-CMfg:
cloud computing and internet of things-based cloud manufacturing service
system. . IEEE Transactions on Industrial Informatics, 10(2), 1435-1442.
https://doi.org/10.1109/TII.2014.2306383.
Tao, F., LaiLi, Y., Xu, L., & Zhang, L. (2013). FC-PACO-RM: a parallel method
for service composition optimal-selection in cloud manufacturing system.
IEEE Transactions on Industrial Informatics, 9(4), 2023-2033.
https://doi.org/10.1109/TII.2012.2232936.
To Err Is Human: Building a Safer Health System. Washington, DC: Institute of
Medicine; 1999. [press release].
Wagner C, Groene O, Thompson C, et al. Development and validation of an index
to assess hospital quality management systems. Int J Qual Health Care.
2014;26(1):16-26.
Asmussen J. & Jensen A. (1974) Mental procedures in real life tasks: a case study
of electronic trouble shooting. Ergonomics 17 (17), 293–307.
Reason J.T. (1990) Human Error. Cambridge University Press, Cambridge.
Reason J.T. (1974) Man in Motion. Weidenfield & Nicholson, London. Reason
J.T. (1997) Managing the Risks of Organisational Accidents. Ashgate,
Aldershot.
Reason J.T. (2000) Human error, models and management. British Medical
Journal 320 (7237), 768–770.
Armitage G. Human error theory: relevance to nurse management. J Nurs Manag.
2009;17(2):193-202. doi:10.1111/j.1365-2834.2009.00970.x
Dekker S. (2006) Field Guide to Human Error. Ashgate Publishing, Aldershot
21