Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MUTU LAYANAN KEBIDANAN KEBIJAKAN KESEHATAN

“Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan’’

Dosen Pengajar:

Dosen Pengajar:
Ervi Husni, S.Kep.Ns., M.Kes

Disusun Oleh:
1. Kiki Berliana R P27824418001
2. Safita Andriani P P27824418026
3. Mutia Wulandari P27824418028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D4 KEBIDANAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan Kebijakan
Kesehatan yang membahas tentang “Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ervi Husni, S.Kep.Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materi maupun spiritual.
3. Teman-teman kelas D4 yang selalu memberikan kritik dan sarannya.
4. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya
makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.

Surabaya, 23 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Pengertian.........................................................................................................................6
2.2 Persepsi Mutu...................................................................................................................7
2.3 Dimensi Mutu...................................................................................................................9
2.4 Manfaat Program Jaminan Mutu....................................................................................13
2.5 Program Menjaga Mutu Prospektif................................................................................14
2.6 Program Menjaga Mutu Konkurent................................................................................15
2.7 Program Menjaga Mutu Retrospektif.............................................................................16
2.8 Program Menjaga Mutu Internal....................................................................................17
2.9 Program Menjaga Mutu Eksternal..................................................................................17
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu pelayanan kesehatan saat ini sudah sangat sering dibicarakan, baik dari pihak penyedia
jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari pihak masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan kesehatan. Menurut Pohan (2012) pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan telah
menjadi suatu kiat yang sistemik serta terus menerus dievaluasi dan disempurnakan sebagai salah
satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola dan merencanakan layanan
kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari keterampilan yang sangat mendasar bagi
setiap pemberi (provider) layanan kesehatan yang secara langsung melayani pasien. Mutu
pelayanan tidak terlepas dari satu profesi saling keterkaitan, tergantung pada mutu pelayanan
medis dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.

Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin
baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini
telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah
pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung
dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu
mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan
kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, ketika ditinjau dari kode etik serta
standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi (Suparyanto, 2011).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian mutu
2. Untuk mengetahui persepsi mutu
3. Untuk mengetahui dimensi mutu
4. Untuk mengetahui manfaat program jaminan mutu
5. Untuk mengetahui program menjaga mutu porspektif
6. Untuk mengetahui program menjaga mutu konkurent
7. Untuk mengetahui program menjaga mutu retrospektif
8. Untuk mengetahui program menjaga mutu internal
9. Untuk mengetahui program menjaga mutu eksternal

1.3 Manfaat Penulisan


1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa paham mengenai konsep mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan dan
dapat menerapkan pada saat di lahan praktik
2. Untuk Pembaca
Menambah wawasan para pembaca mengenai konsep mutu pelayanan kesehatan dan
kebidanan yang sesuai dengan standart
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Definisi mutu menurut pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (total quality
management) adalah sebagai berikut:
1. Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993:32), mutu produk adalah kecocokan penggunaan
produk (fitneess for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Crosby (1979:58) menyatakan mutu adalah conformance to requirement yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau di standarkan.
3. Menurut Deming (1986:7), mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen.
4. Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen.
5. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan
(ASQC dalam Wijoyo,1999)
6. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan,
didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa amandan terpenuhinya
kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO
8402, 1986).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah


kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan klien/konsumen/pasar atau melebihi
harapan. Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun dari
definisi di atas dapat diambil beberapa elemen sebagai berikut:
a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam pelayanan
kesehatan.
b. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah

Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya


dalam tiga kegiatan:

1. Perencanaan mutu
Meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai kebutuhan,
dan merencanakan proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu:
Mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual dan
tujuan.
3. Peningkatan mutu:
Membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan mutu. Setiap
kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu

Dari beberapa pengertian diatas, segeralah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan
hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik
terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para
penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-
hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu
pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang dan
kepentingan masing-masing dapat saja melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda.
Misalnya penilaian dari pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang
dianutternyata sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupundengan
penyandang dana pelayanan kesehatan.

2.2 Persepsi Mutu


Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat dan
organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah,
pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu
layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar
belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan/masyarakat
Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai
suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan
cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan
keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluas penyakitnya.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan
mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Pemberi layanan harus
memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang
dilayaninya dan mendidik masyarakat tentang layanan kesehatan dasar dan melibatkan
masyarakat dalam menentukan bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan
layanan kesehatan, sehingga diperlukan suatu hubungan yang saling percaya antara
pemberi layanan kesehatan atau provider dengan pasien/masyarakat
2. Bagi pemberi layanan kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam
melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan
bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut. Komitmen dan
motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada kemampuannya dalam
melaksanakan tugas dengan cara yang optimal. Profesi layanan kesehatan membutuhkan
dan mengaharapkan adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung
lainnya yang efektif serta efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang
bermutu tinggi.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan
kesehatanyang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien
diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya
pengobatan dapat menjadi efisien. Kemudian upaya promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit akan ditingkatkan agar layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.
4. Bagi pemilik sarana layanan kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang
bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu
menutupi biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi dengan tarif yang masih terjangkau
oleh pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari
pasien dan masyarakat.
5. Bagi administrator layanan kesehatan
Administrator walau tidak langsung memberikan layanan kesehatan pada
masyarakat, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan.
Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan
dan harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan.

2.3 Dimensi Mutu

Menurut Robert dan Prevost (1987) perbedaan dimensi tersebut adalah:

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien,
keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan
penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang
diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi, dan
adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber
dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan mengurangi
kerugian. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang
harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia
(available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima
(acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient)
serta bermutu (quality)
Menurut Parasuraman dkk (1985) ada lima dimensi untuk menilai mutu pelayanan
kesehatan yaitu :

1. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan
secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap sempati dan dengan akurasi yang tinggi, memberikan informasi yang akurat,
sehingga ketrampilan, kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya
pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
2. Empati (Emphaty)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian
pribadi dan memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu empati dapat diartikan
sebagai harapan pasien yang dinilai berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami
dan menempatkan diri pada keadaanyang dihadapi atau dialami pasien. Empati diyakini
berpengaruh terhadap hasil komunikasi dalam berbagai tipe dari hubungan-hubungan
sosial kita sehari-hari, tanpa empati komunikasi diantara petugas kesehatan dengan
pasien akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.
3. Berwujud (Tangibles)
Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan aksistensinya kepada pihak
ekseternal, dimana penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan
dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa yaitu meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang
digunakan (teknologi), dan penampilan pegawai serta media komunikasi.
4. Ketanggapan (Responsiveness)
Yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang tepat
pada pasien, dengan menyampaikan informasi yang jelas, jangan membiarkan pasien
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif
dalam kualitas pelayanan.
5. Jaminan Kepastian (Assurance)
Yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Asuransi diartikan
sebagai salah satu kegiatan menjaga kepastian atau menjamin keadaan dari apa yang
dijamin atau suatu indikasi menimbulkan rasa kepercayan

Mutu pelayanan kebidanan adalah mutu jasa yang bersifat multi dimensi. Dimensi mutu
pelayanan kebidanan berdasarkan L.D. Brown meliputi:

a. Dimensi kompetensi teknis


Kompetensi teknis pelayanan kebidanan meliputi ketrampilan, kemampuan dan
penampilan atau kinerja provider. Dimensi ini meniti beratkan pada kepatuhan provider
dalam melaksanakan kinerja berdasarkan standar pelayanan kebidanan yang telah
ditentukan profesi. Tidak terpenuhinya dimensi ini akan berakibat terhadap mutu
pelayanan kebidanan.
b. Dimensi keterjangkauan atau akses
Dimensi ini mempunyai arti bahwa pelayanan kebidanan harus dapat
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat tanpa terhambat faktor geografi, ekonomi
dan sosial. Pelayanan kebidanan saat ini sudah mencapai tempat terdekat dengan
masyarakat, yaitu dengan penempatan bidan di desa semenjak tahun 1998 dan adanya
program pemerintah dalam jaminan kehamilan, persalinan dan keluarga berencana
(KB).
c. Dimensi efektifitas
Pelayanan kebidanan harus efektif, artinya asuhan kebidaan yang diberikan harus
mampu menangani kasus fisiologis kebidanan dan mampu mendeteksi geala patologis
kebidanan dengan tepat. Efektifitas pelayanan kebidanan ini tergantung dari
penggunaan standar pelayanan kebidanan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan
situasi setempat.
d. Dimensi efisiensi
Pelayanan kebidanan yang efisien dapat melayani lebih banyak klien. Pelayanan
kebidanan yang memenuhi standar peayanan umumnya tidak mahal, nyaman bagi
klien, waktu efektif dan menimbulkan risiko minimal bagi klien.
e. Dimensi kesinambungan
Kesinambungan pelayanan kebidanan artinya klien dapat dilayani sesuai
kebutuhannya, termasuk kebutuhan rujukan jika diperlukan. Klien mempunyai akses ke
pelayanan lanjutan jika diperlukan, termasuk riwayat pelayanan kebidanan sebagai
rujukan untuk pelayanan lanjutan.
f. Dimensi keamanan
Dimensi keamanan artinya pelayanan kebidanan harus aman, baik bagi provider
maupun klien maupun masyarakat sekitarnya. Pelayanan kebidanan yang bermutu
harus aman dari risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain. Misalnya asuhan
persalinan, pasien maupun provider harus aman dari asuhan yang dilaksanakan. Bagi
klien harus aman ketika melahirkan baik ibu maupun bayinya, sedangkan provider juga
harus aman dari risiko yang diakibatkan oleh karena pelayanan kebidanan.
g. Dimensi kenyamanan
Dimensi ini berhubungan dengan kepuasan klien sehingga mendorong klien datang
kembali ke tempat pelayanan kebidanan tersebut. Kenyamanan atau kenikmatan dapat
menimbulkan kepercayaan klien. Kenyamanan juga terkaitdengan penampilan fisik
pelayanan kebidanan, provider, peralatan medis dan nonmedis. Misalnya, tersedianya
tempat tertutup pada saat pemeriksaan, AC, kebersihan dapat menimbulkan
kenyamanan bagi kien.
h. Dimensi informasi
Pelayanan kebidanan yang bermutu harus dapat memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana pelayanan kebidanan itu
akan/telah dilaksanakan.
i. Dimensi ketepatan waktu
Pelayanan kebidanan yang bermutu harus memperhatikan ketepatan waktu dalam
pelayanan serta efiektif dan efisien. 
j. Dimensi hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau
kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati,
responsif, memberi perhatian dan lain-lain. Hubungan antar manusia ini merupakan
interaksi yang positif antara provider dan klien.
Dimensi pelayanan kebidanan merupakan suatu kerangka pikir yang dapat digunakan
dalam menganalisis masalah mutu pelayanan kebidanan yang sedang dihadapi dan kemudian
mencari solusi yang diperlukan untuk dapat mengatasinya. Jika terdapat ketidakpuasan klien,
maka analisis dilakukan pada setiap dimensi pelayanan kebidanan. Peran utama sistem
pelayanan kebidanan adalah selalu menjamin mutu pelayanan dan selalu meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan. Semakin meningkatnya perhatian terhadap peningkatan mutu
pelayanan kebidanan, pemahaman pendekatan jaminan mutu pelayanan menjadi semakin
penting.

2.4 Manfaat Program Jaminan Mutu


Program menjaga mutu dapat dilaksanakan, sehingga banyak manfaat yang akan diperoleh.
Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat
diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar.
Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan
masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan danpelaksanaan cara penyelesaian
masalah telah dilakukan secara benar
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar.
Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai
efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.
3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai
pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada
gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari
kemungkinan munculnya gugatan hukum.
2.5 Program Menjaga Mutu Prospektif
Program Menjaga Mutu Prospektif adalah Program Menjaga Mutu yang dilaksanakan
sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih
ditujukan pada unsur masukan serta lingkungan. Prinsip Pokok Program Menjaga Mutu
Prospektif sering dimanfaatkan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
1. Perhatian utama lebih ditujukan pada unsur masukan serta unsur lingkungan.
a. Unsur masukan
b. Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatau pelayanan kesehatan.
Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana, dan sarana. Jika tenaga,
dana dan sarana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah
diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
c. Unsur lingkungan
d. Keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah
kebijakan, organisasi dan manajemen. Secara umum disebutkan apabila
kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar
dan/atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.
2. Prinsip Menjaga Mutu Prospektif :
a. Standarisasi ( standardization )
Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
ditetapkanlah standarisasi istitusi kesehatan. Izin menyelenggarakan pelayanan
kesehatan hanya diberiakn kepada institusi kesehatan yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan.
b. Perizinan ( licensure )
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan
kesehatan selalu dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencegah pelayanan
kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang
lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan
hanya dibedrikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
memenuhi persyaratan.
c. Sertifikasi ( certification )
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan, yakni memberikan sertifikat
(pengakuan ) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang benar-
benar memenuhi persyaratan.
d. Akreditasi (acreditation ).
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih
tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan secara bertingkat, yakni yang
sesuai dengan kemampuan insitusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2.6 Program Menjaga Mutu Konkurent


Pengukuran mutu konkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan, yang
dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan
peninjauan pada rekam medik, wawancara dengan pasien/keluarga/petugas kesehatan, dan
mengadakan pertemuan dengan pasien/keluarga/petugas kesehatan.
a. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dapat menghindarkan berbagai kesulitan yang berhubungan dengan
rekonstruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan retrospektif dan dari jawaban
terhadap wawancara atau kuesioner. Pengamatan langsung mungkin merupakan satu-
satunya cara untuk melihat rincian penyelenggaraan layanan kesehatan. Dalam
pelaksanaan pengamatan langsung terdapat syarat bagi pengamat yaitu:
 Harus mengerti terhadap apa yang akan diamati
 Harus low profile, tidak sok pintar
 Mempunyai latarbelakang yang berhubungan dengan apa yang sedang diamati
 Harus dapat bersifat objektif.

Instrumen dalam melaksanakan pengamatan langsung dapat berupa daftar tilik atau
cheeklist. Daftar tilik merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
memudahkan pengaatan selama proses layanan kesehatan dilakukan.
b. Penentuan sampel
Semua tehnik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Penentuan berapa besar
sampel dapat dibaca dala uku statistik khususnya kesehatan, tetapi hal-hal berikut perlu
diperhatikan:
 Pertama, sampel yang dipilih harus bebas bias sehingga sampel sama atau hampir
sama dengan populasinya.
 Kedua, sampel harus mengasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat dikerjakan
secara realistis atau mudah oleh kelompok.

2.7 Program Menjaga Mutu Retrospektif


Program menjaga mutu restrospektif adalah penjaminan mutu yang diselenggarakan
setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada standar
keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang
dipantau dan dinilai bersifat tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan
atau berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif
adalah: Record review, tissue review, survey klien dan lain-lain.
a. Review Jaringan Rekam Medik
Pemeriksaan dan penilaian catatan medik atau catatan lain merupakan kegiatan yang
disebut sebagai audit. Pemeriksaan rekam medik pasien atau catatan lainnya sangat
berguna sebagai kegiatan awal kelompok jaminan mutu layanan kesehatan akan dengan
mudah melakukan pemerikaan dan penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut.
b. Review Jaringan
Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber
daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan.
Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi memadai
maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pelayanan yang diberikan.
c. Survey Klien
Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun
melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.
2.8 Program Menjaga Mutu Internal
Program Menjaga Mutu Internal (Internal quality assurance) adalah organisasi yang
bertanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu berada dalam institusi yang
menyelenggarakan layanan kesehatan. Untuk itu dalam institusi layanan kesehatan tersebut
dibentuklah suatu organisasi yang khusus menangani dan diberi tanggungjawab
menyelenggarakan program menjaga mutu. Organisasi yang dibentuk banyak macamnya.
Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1. Para pelaksana Program Penjaga Mutu yang terdiri para ahli yang tidak terlibat dalam
pendidikan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan wewenang dan
tanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu.
2. Para pelaksana Program Penjaga Mutu adalah mereka yang menyelenggarakan
pendidikan kesehatan (team based) jadi semacam gugus kendali mutu sebagaimana yang
dibentuk di dunia industri.

Dari kedua bentuk organisasi ini yang dinilai paling baik adalah yang kedua karena
sesungguhnya yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu bukan
orang lain, tetapi mereka yang menjalankan pendidikan kesehatan itu sendiri (Saifuddin dkk,
2001).

2.9 Program Menjaga Mutu Eksternal


Program menjaga mutu eksternal (External quality Assurance) adalah suatu organisasi
yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu dibentuk berada diluar
organisasi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Biasanya dibentuk dalam suatu
wilayah kerja tertentu dan/atau untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi di
luar institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan, yang diserahkan tanggungjawab
menyelenggarakan Program Menjaga Mutu. Misalnya suatu Badan Penyelenggara Akreditasi
layanan kesehatan, yang untuk kepentingan programnya membentuk suatu unit Program
Menjaga Mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu
pendidikan kesehatan yang tergabung ke dalam program yang dikembangkannya (Saifuddin
dkk, 2001).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
klien/konsumen/pasar atau melebihi harapan. Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila
sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan,
sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap
standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah
mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional.
Tiap orang, tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing dapat saja
melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda.
Dimensi pelayanan kebidanan merupakan suatu kerangka pikir yang dapat digunakan
dalam menganalisis masalah mutu pelayanan kebidanan yang sedang dihadapi dan kemudian
mencari solusi yang diperlukan untuk dapat mengatasinya. Peran utama sistem pelayanan
kebidanan adalah selalu menjamin mutu pelayanan dan selalu meningkatkan mutu pelayanan
yang diberikan. Semakin meningkatnya perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan
kebidanan, pemahaman pendekatan jaminan mutu pelayanan menjadi semakin penting.
DAFTAR PUSTAKA

Wijono DJ, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori, Strategi dan Aplikasi.
Surabaya: Universitas Airlangga.

Sallis E., 2008. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia.

Vincent G., 2005. Total Quality Management. 10. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pohan, Imbalo. S., 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. 9. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran: EGC.

Sondakh, Jenny J.S dkk., 2013. Mutu pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai