Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

MUTU LAYANAN KEBIDANAN DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Wahyu Astuti, SMIP., S.Pd., MM
Rohuna, B.Sc., SKM., M.Pd

Disusun oleh
Nurhaya Sarah Syafa Namira
(211092032)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK JURUSAN
KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN PROGRAM
SARJANA TERAPAN TAHUN 2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita

nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini

yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah Mutu Layanan

Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan “Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita

haturkan untuk junjungan nabi gung kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah

menyampaikan petunjuk ALLAH SWT.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-

banyaknya untuk ibu selaku dosen mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan

Kebijakan Kesehatan yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami guna

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap agar makalah ini

mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus

wawasan terkait Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak

sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf

dan menerima kritik dan saran untuk kemudian dapat kami perbaiki dan kami tulis di

masa yang selanjutnya, karna kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

i
DAFATAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFATAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................3

A. Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan.........................................................3

B. Program Menjaga Mutu......................................................................................8

C. Bentuk Program Menjaga Mutu Di Tinau Dari Pelaksanaan...........................11

D. Program Menjaga Mutu Di Tinjau Dari Kedudukan Organisasi Pelaksanaan


Program Penjaga Mutu............................................................................................12

E. Manfaat Program Mutu....................................................................................13

F. Standar dan Standar Operating Prosedur (SOP)...............................................14

G. Standar Mutu Pelayanan Kebidanan.................................................................17

H. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan..............................................................19

I. Pencapaian Mutu Hasil Pelayanan Kebidanan.................................................26

J. Melaksanakan Kegiatan Monitoring................................................................28

K. Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Melalui................................................29

L. Mengelola Masalah Pelayanan Kebidanan Tingkat Pelayanan Kesehatan


Primer.......................................................................................................................30

M. Studi Kasus Dengan Pemecahan Persoalan Mutu Dan Peningkatan Proses


Pelayanan Kebidanan Dengan Pendekatan Quality Assurance...............................32

ii
N. Kebijakan Dan Program Pembangunan Kesehatan Nasional, Provinsi Dan
Daerah (Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Jenis Program)....................................33

BAB III PENUTUP.....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang


kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya.Untuk dapat
mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen
dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus
menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa
masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan
kualitas hidup (quality of life).

Pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan


kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi
tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk
mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima
produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu
kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.Untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu,banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya
tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi
kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar mutu pelayanan kesehatan ?


2. Bagaimana melaksanakan standar mutu pelayanan kebidanan ?
3. Bagaimana indikator mutu pelayanan kebidanan ?
4. Bagaimana meminitor pencapaian mutu hasil kerja dalam pelayanan
kebidanan?
5. Apa saja metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan?
6. Bagaimana mengelola masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan
kesehatan primer?

1
7. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan

1 Untuk mengetahui konsep dasar mutu pelayanan kesehatan


2 Untuk mengetahui melaksanakan standar mutu pelayanan kebidanan
3 Untuk mengetahui indikator mutu pelayanan kebidanan
4 Untuk mengetahui meminitor pencapaian mutu hasil kerja dalam pelayanan
kebidanan
5 Untuk mengetahui metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan
6 Untuk mengetahui bagaimana mengelola masalah pelayanan kebidanan di
tingkat pelayanan kesehatan primer
7 Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pelayanan kebidanan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan

1 PENGERTIAN MUTU
Menurut Din ISO 8402 (1986) Mutu adalah totalitas dari wujud serta
ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus
pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para penggunaMutu
merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada
pengguna layanan.Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan..
Menurut JCAHO (1993) Mutu adalah tingkat dimana pelayanan
kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan
mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan. Layanan kesehatan yang
bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan
ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh
pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli
masyarakatMutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau
sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang
diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi
(Djoko Wijono, 2000 : 35)
2 PRESEPSI MUTU
Setiap orang yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat
dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan
pemerintah daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur

3
penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain
disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar belakang, pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.
Adapun Persepsi Mutu pelayananan Terdiri dari :
a. Menurut pasien atau masyarakat
Pasien atau masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai
suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan
dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu,
tanggap serta mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah
berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat
penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan
mau datang berobat kembali.
b. Menurut pemberi pelayanan
Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan , prosedur kerja atau protokol, kebebasan
profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dewngan
teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran atau layanan
kesehatan tersebut. Sebagai profesi layanan kesehatan membutuhklan dan
mengharapkan adanya dukungan teknis, administrasi, dan layananan
pendukung lainnya yang efektif serta efisien dalam menyelenggarakan
layanan kesehatan yang bernutu tinggi.
c. Menurut penyambung dana / Asuransi
Penyandang dana / asuransi mengangap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efisien dan efektif. Pasien
deharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin
sehingga biaya layanan kesehatan dapat menjadi efisien. Selanjutnya ,
upaya promosi kesehatan pencegahan penyakit akan digalakkan agar
pengguna layanan kesehatan semakin berkurang.

4
d. Menurut Pemilik Saran Layanan Kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan
yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan
pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,
tetapi dengan tarif layanan kesehatan yang masih terjangkau oleh pasien
atau masyarakat , yaitu padatingkat biaya ketika belum terdapat keluhan
pasien masyarakat.
e. Menurut Administrator Kesehatan / Pemerintah
Administrator layanan kesehatan tidak langsung memberikan layanan
kesehatan , tetapi ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan
kesehatan. Kebutuhan akan supervisi, kebutuhan keuangan dan logistik
akan memberikan suatu tantangan dan terkadang administator layanan
kesehatan kurang memperhatikan prioritas sehingga timbul persoalan
dalam layanan kesehatan. Pemusatan perhatian terhadap beberapa dimensi
nutu layanan kesehataan tertntu akan membantu administator layanan
kesehatan dalam menyusun prioritas dan dalam menyediakan apa yang
menjadi kebutuhan dan harapan pasien , sserta pemberi layanan kesehatan.
f. Menurut ikatan profesi
Keberhasilan penerapan pendekatan jaminan mutupelayanan kesehata
akan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, tugas pelayanan
kesehatan selama ini dianggap suatu beban yang berat dan ada kalanya
disertai dengan keluhan / kritikan pasien dan/ masyarakat akan berubah
menjadi suatu kepuasan kerja. Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan
menghindarkan terjadinya malpraktik sehingga dokter dapat terhindar dari
tuntunan pasien
3 DIMENSI MUTU
Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain:
a. Dimensi Kompetensi Teknis
Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan,
penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini

5
berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti
standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan,
kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi
kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari
penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai pada
kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan
membahayakan jiwa pasien.
b. Dimensi Keterjangkauan atau Akses
Layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang
oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses
geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis
transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi
seseorang memperoleh layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya
berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu
secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi
berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses
organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat
memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen.
Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan menggunakan bahasa
atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.
c. Dimensi Efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan
berkembang/meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan
ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan
dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya
standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih
tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu
harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi.Dimensi
efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama

6
dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan
ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar
layanan kesehatan.
d. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi
kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan
yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan
kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman
bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih
besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas
kita dapat memilih intervensi yang paling efisien.
e. Dimensi Kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat
dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan
tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien
harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat
dan terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat
terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya.
f. Dimensi Keamanan
Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi
pasien, pemberi layananmaupun masyarakat sekitarnya. Layanan
kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek
samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur
yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.
g. Dimensi Kenyamanan
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas
layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen
sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat

7
tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan
pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.
h. Dimensi Informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat
penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
i. Dimensi Ketepatan Waktu
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara
yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan
obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).
j. Dimensi Hubungan AntarmanusiaHubungan antarmanusia adalah
hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider) dengan pasien atau
masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar
atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah
daerah, LSM, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik
akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling
menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi
perhatian, dan lain-lain.

B. Program Menjaga Mutu

1. Pengertian Program Menjaga Mutu


Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta
menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu
pelayanan (Maltos & Keller, 1989).
Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil
kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang

8
diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang
dimiliki oleh sistem tersebut (Ruels & Frank, 1988).
Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup
identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang diselenggarakan,
serta mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan (The American Hospital Association,
1988).
Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun
secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan
kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk
meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan
berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commission on Acreditation of
Hospitals, 1988).

2. Tujuan program menjaga mutu


Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok,
yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan antara.
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas
masalah mutu berhasil ditetapkan.
b. Tujuan akhir.
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
makin meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan
program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan
penyebab masalah mutu berhasil diatasi.
3. Syarat program menjaga mutu
Syarat program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa dari
persyaratan yang dimaksud dan dipandang penting ialah:

9
a. Bersifat khas.
Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam
arti jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan
hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat
seperti ini, maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga
mutu yang baik perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga
mutu.
b. Mampu melaporkan setiap penyimpangan.
Syarat kedua yang harus dipenuhi ialah kemampuan untuk melaporkan
setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut
bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai
mekanisme umpan balik yang baik.
c. Fleksibel dan berorientasi pada masa depan.
Syarat ketiga yang harus dipenuhi ialah sifatnya yang fleksibel dan
berorientasi pada masa depan. Program menjaga mutu yang terlau
kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah
program menjaga mutu yang baik.
d. Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi.
Syarat keempat yang harus dipenuhi ialah harus mencerminkan dan
sesuai dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang
berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu
bukanlah suatu program yang baik.
e. Mudah dilaksanakan.
Syarat kelima adalah tentang kemudahan pelaksanaannya, inilah
sebabnya sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self
assesment). Ada baiknya program tersebut dilakukan secara langsung,
dalam arti dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan
pelayanan kesehatan .
f. Mudah dimengerti.

10
Syarat keenam yang harus dipenuhi ialah tentang kemudahan
pengertiannya. Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang
hasilnya sulit dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.

C. Bentuk Program Menjaga Mutu Di Tinau Dari Pelaksanaan

1. Prospektif (Prospective Quality Assurance)


Program Menjaga Mutu Prospektif (Prospective Quality Assurance)
Adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditunjukkan pada standar
masukan dan standar lingkungan yaitu pemantauan dan penilaian terhadap
tenaga pelaksana, dana, sarana, di samping terhadap kebijakan, organisasi,
dan manajemen institusi kesehatan.
2. Konkurent (Concurent quality assurance)
Program menjaga mutu konkuren adalah yang diselenggarakan bersamaan
dengan pelayanan kesehatan.Pada bentuk ini perhatian utama lebih
ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan
medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan. Program konkuren ini
paling sulit dilaksanakan,karena ada faktor tenggang rasa kesejawatan.
Kecuali apabila menyelenggarakan yankes dalam satu tim ( team work )
atau terbentuk kelompok kesejawatan ( peer group ).

3. Retrospektif (Retrospective Quality Assurance)


Program menjaga mutu restrospektif adalah yang diselenggarakan setelah
pelayanan kesehatan.Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada
standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan
kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak langsung,
dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan .atau berupa pandangan
pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif

11
adalah Record review, tissue. Penampilan pelayanan dinilai dari rekam
medis yang digunakan pada pelayanan kesehatan. Semua catatan yang ada
dalam rekam medis dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Tergantung dari masalah yang akan dipantau dan dinila, Review rekam
medis dapat dibedakan beberapa macam, misalnya review pemkaian obat (
drug usage review) jika yang dinilai adalah catatan obat yang digunakan,
atau review kasus pembedahan jika yang dinilai adalah catatan
pembedahan

D. Program Menjaga Mutu Di Tinjau Dari Kedudukan Organisasi Pelaksanaan


Program Penjaga Mutu

1. Program Menjaga Mutu Internal (Internal Quality Assurance)


Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu internal adalah bentuk
kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan
Program Menjaga Mutu berada di dalam institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan
tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung
jawab akan menyelenggarakan Program Menjaga Mutu
2. Program Menjaga Mutu Eksternal(Eksternal Quality Assurance)
Kedudukan organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan
program menjaga mutu berada diluar institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Untuk ini, biasanya untuk suatu wilayah kerja
tertentu dan/atau untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi,
diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang
diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang
diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu,
misalnya suatu badan penyelenggara program asuransi kesehatan, yang
untuk kepentingan programnya, membentuk suatu unit program menjaga
mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan
mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh berbagai institusi

12
pelayanan kesehatan yang tergabung dalam program yang
dikembangkannya. Pada program menjaga mutu eksternal seolah-olah ada
campur tangan pihak luar untuk pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan kesehatan, yang biasanya
sulit diterima.

E. Manfaat Program Mutu

Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang


akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan
dapat diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian
masalah yang benar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga
mutu dapat diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat
serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah
dilakukan secara benar.
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan
dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang
dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau
karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang
dibawah standar akan dapat dicegah.
3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan

13
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan
besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai
kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat
makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam
kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena
apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan
berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan 

F. Standar dan Standar Operating Prosedur (SOP)

1. Pengertian standar
Standar adalah dasar untuk peningkatan untuk mencapai derajat terbaik
a. Standar memberi satu dasar perbandingan
b. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi
c. Standar adalah sebagai model untuk dapat ditiru
d. Standar digunaka untuk menilai diri sendiri
e. Standar sebagai suatu patokan pencapaian yang didasarkan kepada
tingkat keinginan yang terbaik.
2. Pengertian Standar Oprasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur adalah suatu standar atau pedoman
tertulis yang dipergunakan untuk mendorong  dan menggerakkan suatu

14
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Protap merupakan tatacara
atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang
dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga
suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI,
1995) SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS,
2000).
3. Tujuan SOP
a. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim
dalam organisasi atau unit.
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
terkait.
d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi.
4. Manfaat SOP
SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap)
adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan,
dimana dan oleh siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi
dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan
mengganggu kinerja organisasi (instansi pemerintah) secara keseluruhan.
SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara lain (Permenpan
No.PER/21/MPAN/11/2008):
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.

15
b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung
pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari
c. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung
jawab khusus dalam melaksanakan tugas.
d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan
pegawai. cara konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan
e. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai
baru untuk cepat melakukan tugasnya
f. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan
baik
g. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai diunit
pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan sehari hari
h. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan petugas memberikan
pelayanan
i. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan
prosedural dalam memberikan pelayanan. Menjamin proses
pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situas
5. Prinsip SOP
Prinsip-prinsip Protap Dalam PERMENPAN PER/21/MPAN/11/2008
disebutkan bahwa penyusunan SOP harus memenuhi prinsip prinsip
antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan efektivitas,
keselarasan, keterukuran, dinamis, berorientasi pada pengguna,
kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.
1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu
ke waktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh
jajaran organisasi pemerintah.
2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari
seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.

16
3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang
benar-benar efisien dan efektif.
4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-
peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika
pegawai tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka
akan mengganggu keseluruh proses, yang akhirnya juga berdampak
pada proses penyelenggaraan pemerintah.
6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah
distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat
selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

G. Standar Mutu Pelayanan Kebidanan

1. Standar Pelayanan kebidanan Dasar


Standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran
(outcome) sistem layanan kesehatan.Standar layanan kesehatan
merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan
kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang
terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik
pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan,
ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung
gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing. Di kalangan
profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang
standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu
diartikan sebagai petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur
Operasional (SPO). Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma
dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

17
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan
menjadi 5 bagian besar yaitu :
1. Standar Pelayanan Umum
Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga
Standar 2: Pencatatan dan pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal
Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan
Standar 5: Palpasi abdominal
Standar 6: Pengelolaan anemia pada ibu hamil
Standar 7: Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Standar 8: Persiapan persalinan
3. Standar Pelayanan Persalinan
Standar 9: Asuhan persalinan kala I
Standar 10: Persalinan kala II yang aman
Standar 11: Penatalaksanaan Aktif persalinan kala III
4. Standar Pelayanan Nifas
Standar 13: Perawatan bayi baru lahir
Standar 14: Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pad masa nifaS
5. Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal
Standar 16: Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester
III
Standar 17: Penanganan kegawatan pada eklampsia

18
Standar 18: Penanganan kegawatan pada partus lama/ macet
Standar 19: Persalinan dengan menggunakan vacum ekstraktor
Standar 20: Penanganan retensio plasenta
Standar 21: Perdarahan perdarahan postpartum primer
Standar 22: Penanganan perdarahan postpartum sekunder
Standar 23: Penanganan sepsis puerperalis
Standar 24: Penanganan asfiksia neonatorum

2. Identifikasi Standar Pelayanan Minimal


Standar Persyaratan Minimal adalah yang menunjuk pada keadaan
minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu.
3. Identifikasi standar pemampilan minimal
Standar penampilan minimal adalah yang menunjuk pada penampilan
pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena
menunjuk pada unsur keluaran maka sering disebut dengan standar
keluaran atau standar penampilan (Standard of Performance).

H. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

1. Disiplin dalam standar pelayanan kebidanan


Disiplin mempunyai makna sebagai upaya kesadaran untuk mentaati
peraturan organisasi maupun perundangan yang berlaku, tercermin dari
sikap dan perilakunya sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh dirinya
dan masyarakat. Ditinjau dari segi pembinaan, disiplin dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu disiplin umum atau disiplin tata laku dan sikap
dan disiplin kerja. Disiplin umum adalah disiplin yang tampak dalam
penampilan sikap dan perilaku lahiriah seseorang seperti ketaatan terhadap
jam kerja atau sikap yang segan terhadap atasan. Disiplin kerja yaitu
disiplin yang memuat tentang metodologi dan teknik penyelesaian
pekerjaan yang memerlukan ketaatan mengikuti metode, prosedur, dan

19
teknik melaksanakan tugas. Disiplin kerja merupakan konsep yang
didefinisikan sebagai sikap dan perilaku layanan yang taat dan tertib
terhadap aturan yang telah ditetapkan dalam tugas. Kedisiplinan bidan
dalam melaksanakan standar merupakan salah satu jenis disiplin kerja,
karena disiplin dalam melaksanakan standar adalah disiplin yang memuat
tentang metodologi pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
2. Standar Out Come
Out come adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya
terhadap pasien. Petunjuk untuk mengukur mutu asuhan kesehatan.
Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan medis yang
meliputi :
a. Angka infeksi nosocomial                                : 1-2 %
b. Angka kematian kasar (gross death rate)         : 3-4 %
c. Kematian pasca bedah                                     : 1-2 %
d. Kematian ibu melahirkan  (MDR)                   : 1-2 %
e. Kematian bayi baru lahir (IDR)                       : 20/1000
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)            : 25 %
g. ADR (Anesthesia Death Rate)                        : max. 1/5000
h. PODR (Post Operation Death Rate)               : 1 %
i. POIR (Poat Operative Infection Rate)            : 1 %

a. Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa model yang dipakai untuk menganalisa jasa yang
terkait dengan kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya,
jenis lembaga yang menyediakan jasa dan situasi pasar.
Kepuasan pengguna jasa pelanggan kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
1) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan
diterimanya. Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan
penting karena pelayanan kesehatan adalah high personal contact.

20
2) Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien
(complience).
3) Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai
sumber moral hazzard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang
peduli (ignorance) pasien dan keluarganya “yang penting sembuh”
menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan
teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan.
4) Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan
kenyamanan ruangan (tangibility).
5) Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan
(asurance).
6) Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga
termasuk pada faktor ini.
7) Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam
memberikan perawatan.
8) Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan
pasien (responsiveness).

Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku


pengguna jasa pelayanan kesehatan atau sebagai pelanggan rumah
sakit/ puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kepuasan mereka dan menghitung indeks kepuasan pelanggan yang
nantinya digunakan pihak manajemen rumah sakit untuk :

1) Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja


rumah sakit/ puskesmas.
2) Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan
3) Alat untuk memantau, mengendalikan aktivitas sehari-hari staf
memberikan pelayanan kepada pasien.

21
4) Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit/
puskesmas yaitu memperoleh kepercayaan masyarakat melalui
kepuasan pasien dan keluarganya.

Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien


dapat diukur dengan :

1) Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya


2) Surat pembaca di Koran
3) Surat kaleng
4) Surat masuk di kotak saran

b. Ketepatan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Tenaga
kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis
tenaga kesehatan adalah tenaga keperawatan yang meliputi perawat
dan bidan.
Dalam rangka desentralisai, Depkes melakukan peningkatan
sumber daya manusia di daerah dalam upaya peningkatan kinerja
pelaksanaan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimum (KW-
SPM) di  bidang kesehatan di kabupaten/kota. Oleh karena itu untuk
menjaga agar daerah tidak mengabaikan pelayanan dasar kepada
masyarakat, maka pemerintah mewajibkan pemerintah daerah untuk
melaksanakan kewenangan suatu kewenangan wajib yang wajib
dijalankan oleh pemerintah daerah untuk menjamin hak-hak

22
konstitusional perorangan maupun masyarakat.Berkaitan dengan itu
menkes mengeluarkan SPM di bidang kesehatan di kabupaten/kota
melalui Kepmenkes No : 1457/X/2003 yang pada pasal 2 disebutkan
bahwa kabupaten/kota menyelenggarakan SPM meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi
2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah
3) Pelayanan KB
4) Pelayanan imunisasi
5) Pelayanan pengobatan /perawatan
6) Pemantauan pertumbuhan balita
7) Pelayanan gizi
8) Pelayanan obstetri dan neonatal emergency dasar dan
komprehensif
9) Pelayanan gawat darurat
10) Penyuluhan perilaku kesehatan
11) Pelayanan pembiayaan obat dan pembekalan farmasi
12) Pelayanan pengunaan obat genetik
3. Efesiensi dan Efektifitas
Efisiensi adalah Pelayanan yang diberikan dilakukan secara efisien.
Sumberdaya kesehatan itu sangat terbatas, oleh sebab itu dimensi efisiensi
ini sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
efisien akan dapat melayani banyak pasien.Pelayanan kesehatan yang
tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan umumnya biayanya mahal,
kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan
resiko lebih besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan
efektifitas kita akan dapat memilih intervensi yang paling efisien.
Efektifitas adalah Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar
berdasarkan ilmu pengetahuan dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Pelayanan kesehatan itu harus efektif, artinya harus mampu mengobati
atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta

23
berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.Efektifitas
pelayanan kesehatan ini tergantung dari bagaimana standar pelayanan
kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi
setempat. Umumnya standar pelayanan kesehatan disusun pada tingkat
organisasi yang lebih tinggi, namun, pada tingkat pelaksanaan standar
pelayanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai kondisi
setempat. Efektifitas sangat terikat dengan kompetensi tehnik, terutama
dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi ‘relatif risk’ serta
ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar
pelayanan kesehatan
4. Merumuskan ketapatan
a. Merumuskan Indikatior Kepuasan Pelanggan
Dampak dari pelayanan yang berkualitas adalah meningkatnya
cakupan. Ukuran keberhasilan mutu.
1) Phisical outcomes: produksi dan jasa service yang lebih baik.
2) Service outcomes:
a) Customers yang puas dan sedikit complain
b) Peningkatan keterlibatan staf pada institusi
c) Peningkatan moral dan kebanggaan staf pada institusi
3) Cost outcomes:
a) Peningkatan produksi dan lebih efisien dalam penggunaan
sumber daya
b) Evaluasi terus-menerus dan perencanaan yang
b. Merumuskan Efisiensi dan Efektifitas Standar Out Come
Efisien adalah cara mencapai akhir dengan hanya
menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana
sesedikit mungkin. Efisien dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang disediakan berhubungan antara hasil layanan dan
sumber daya yang digunakan untuk memberikan layanan kepada
pasien.

24
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau
telah tercapai. Efektivitas merupakan sesuatu yang hendak
ditingkatkan oleh manajemen. Efektivitas dalam pelayanan kesehatan
adalah perlakuan dan pelayanan yang diberikan dalam konteks yang
benar, diberikan sesuai dengan keilmuan saat ini untuk mencapai hasil
yang diinginkan
Standar Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan
tenaga kesehatan profesional terhadap klien Dapat berarti adanya
perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu
tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang
adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
5. Indikator Kerja
a. Performance awareness
Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan
prestasi kerja. Umumnya system menejemen kierja klinis adalah untuk
memberikan kerangka kerja pengembangan program melalui kinerja
yang disadari (performance), pengukuran kinerja (performance
awareness) dan peningkatan kinerja (performance improvement).
Pengembangan kinerja klinis keperawatan dan kebidanan tidak dapat
dipisahkan dari upaya pengembangan sumberdaya manusia yaitu
perawat dan bidan. Pengembangan diri secara terus menerus dapat
dilakukan dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, melaluio
pelatihan, dan dapat juga melalui refleksi diskusi kasus.
b. Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi
menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi ,
dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja seringkali
membutuhkan penggunaan bukti statistic untuk menentukan tingkat
kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan

25
mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk
meningkatkan kinerja secara umum.
Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian
yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja
kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak.. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat
manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk
menilai pencapaian tujuan dan sasaran (James Whittaker, 1993)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu menilai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
c. Peningkatan kerja
Peningkatan kerja merupakan aktivitas peningkatan kinerja,
mengingat kata kinerja berarti menunjukkan ada suatu aktivitas yang
telah lampau, yang mana hal itu harus di tingkatkan. atau dapat juga
diartikan merupakan aktivitas emenuhi kebutuhan perusahaan yang
menginginkan hasil kerja yang bermutu. Kinerja secara umum
merupakan hal yang menunjukkan keadaan sesuatu, kondisi sesuatu
yang dapat berupa kuantitas maupun kualitas. ( keadaan yang secara
umum bersifat trending, terkini).

I. Pencapaian Mutu Hasil Pelayanan Kebidanan

1. Menyeleksi Indikator
Indikator adalah pengukuran tidak langsung terhadap suatu peristiwa
atau kondisi. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan /
menunjukan suatu kecenderungan situasi yang dapat digunakan untuk

26
mengukur perubahan. Idikator adalah alat / penunjuk untyk mengukur
prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator adalah suatu perangkat yang
dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses tertentu.
Indikator kinerja mutu pelayanan kebidanan terdiri dari tiga indikator,
yaitu :
a. Kinerja yang disadari
b. Pengukuran kinerja
c. Peningkatan kerja
2. Menyusun ambang batas
Ambang batas (threshold) merupakan tingkatan angka yang masih
dapat diterima berdasarkan nilai rata-rata hitung. Nilai threshold
dimaksudkan untuk membedakan antara nilai target dengan nilai actual.
Angka nilai ambang batas merupakan tingkat angka yang masih dapat
diterima berdasarkan nilai rata-rata hitung.
Selama penyusunan indikator layanan kesehatan, angka nilai ambang
batas sementara dapat ditentykan dari hasil uji coba atau dengan
menggunakan angka yang terdapat dalam kepustakaan atau rekomendasi
dari kelompok penyusun. Jika angka ambang batas sementara belum dapat
ditentukan, kelompok penyusun harus menunggu lebih banyak data
lapangan dan hasil analisisnya.
Setelah ditetapkan angka ambang batas harus diulas baik oleh
kelompok penyusun berdasarkan data yang dikumpulkan, untuk
memastikan apakah angka tersebut masih tetap berlaku. Dengan data yang
cukup, tingkat variasi data distratifikasikan berdsarkan jumlah tempat
tidur organisasi layanan kesehatan. Dengan, dimikian ambang batas selalu
tepat dari waktu ke waktu.
3. Menyeleksi waktu informasi
Secara umum seleksi diartikan sebagai tindakan, cara, atau proses
memilih. Persoalan yang sangat penting dalam seleksi ialah penetapan
dasar pemikiran atau stratingpoint untuk kegiatan ini. Dalam hal ini kita

27
membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang tidak sedikit seperti sebagai
berikut :
a. Pandangan Tradisional
b. Pandangan Liberal
c. Pandangan Pluralistik
4. Mendesain Sistem Untuk Mengumpulan Dan Kompilasi Data
Proses pengumpulan data itu sendiri pada umumnya terdiri atas 8 tahap,
sebagai berikut :
a. Tinjauan literature dan konsultasi dengan ahli
b. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok
masyarakat dimana akan di kumpulkan
c. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan responden
dan lingkungannya
d. Uji coba
e. Merumuskan dan menyusun pertanyaan
f. Mencatat dan memberi kode
g. Cross checking, validasi dan reliabilitas
h. Pengorganisasian dank ode ulang data yang telah terkumpul supaya
dapat dianilisis

J. Melaksanakan Kegiatan Monitoring

Monitoring adalah pemantauan kegiatan dengan pengumpulan atau


pengkajian data secara rutin untuk memperoleh informasi tentang seberapa
jauh kemajuan kegiatan yang telah dicapai. Hasil monitoring merupakan
informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman untuk mengambil
keputusan. Monitoring sendiri merupakan aktivitas untuk melihat, memantau
jalannya kegiatan, menilai ketercapaian tujuan, serta melihat faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan program. Dalam monitoring
(pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis, hasil analisis diinterpretasikan
dan dimaknakan sebagai masukan untuk mengadakan perbaikan.

28
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan monitoring:
1. Monitoring kinerja klinis bidan berdasarkan indikator kinerja
2. Indikator kinerja berdasarkan standar dan uraian tugas
3. Indikator kinerja klinis dipilih yang menjadi indikator kunci
4. Indikator harus bersifat dapat di ukur atau dinilai, dapat dicapai, dan
bersifat spesifik
5. Dalam waktu tertentu dapat dilakukan perubahan
6. Monitoring dapat ditentukan bagaimana caranya, kapan dimana, dan siapa
yang akan monitoring serta harus di dokumentasikan.

K. Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Melalui

1. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan proses untuk memperoleh data dengan
mengadakan tanya jawab. Wawancara terjadi jika ada interaksi antara
pewawancara dengan responden. Keberhasilan pelaksanaan wawancara ini
tergantung pada proses interaksi yang terajadi. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya interaksi antara pewawancara dan responden
adalah situasi wawancara da nisi pertanyaan yang ditanyakan.
Wawancara dilakukan dengan dikusi dan tanya jawab. Wawancara
memiliki tujuan yaitu memperoleh informasi yang rinci dan akurat dalam
rangka pembuktian kejadian. Interview atau wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah, merupakan proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang lebih berhadap hadapan secara fisik. Dalam
proses interview terdapat dua pihak dengan kedudukan yang berbeda.
2. Observasi
Observasi berarti mengamati pada saat pelayanan. Observasi /
pengamatan langsung adalah melakukan pengamatan langsung terhadap
petugas pelayanan yang sedang melakukan pelayanan kebidanan terhadap
pasien. Pengamatan atau observasi adalah teknik pengumpulan data

29
dimana data dikumpulkan dengan mengamati secara langsung pada
kejadian atau proses dilapangan
Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis
dan sengaja diadakan dengan menggunkan alat indra terutama mata
terhadap kejadian kejadian yang langsung. Jenis informasi yang diperoleh
dapat berupa karakteristik benda, proses interaksi benda, atau perilaku
manusia baik interaksinya dengan benda/alat maupun interaksinya dengan
manusia lain.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berarti sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya
dokumen ditulis dikertas dan informasinya ditulis memakai tinda baik
memakai tangan atau memakai media elektronik. Untuk mengukur dan
menilai mutu asuhan dokumen dilaksanakan melalui berbagai metode
sesuai kebutuhan.
a. Audit adalah pengawasan yang dilakukan terhadap masukan, proses,
lingkungan dan keluaran apakah dilaksanakan sesuai standar yang
telah di tetapkan
b. Riview, merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan
c. Survey, dapat dilaksanakan melalui kuisioner atau interview secara
lagsung, maupun secara telpon, terstruktur atau tidak terstruktur
d. Observasi, terhadap asuhan pasien, melalui observasi terhadap status
fisik dan perilaku pasien

L. Mengelola Masalah Pelayanan Kebidanan Tingkat Pelayanan Kesehatan


Primer

1. Pengertian Masalah
Masalah adalah suatu tahap bagaimana tim atau anggota tim memahami
lebih luas tentang masalah, atau kekurangan mutu pelayanan kesehatan
yang dimonitornya. Masalah adalah menginventarisasi atau melakukan
pengumpulan semua masalah mutu layanan kesehatan yang ada dalam

30
puskesmas dan wilayah kerjanya yang mencakup puskesmas pembantu,
bidan desa, dan posyandu.
2. Proses Pemecahan Masalah
Langkah pemecahan masalah mutu layanan kesehatan tersebut Adalah
Sebagai berikut ini
a. Mengidentifikasi masalah
b. Penentuan prioritas masalah
c. Pembuatan pernyataan masalah
d. Pembentuk kelompok pemecah masalah
e. Pemahaman proses lokasi masalah
f. Penentu penyebab masalah
g. Pengumpulan data penyebab masalah
h. Penentuan penyebab masalah terpilih
i. Penentuan alternative pemecahan masalah
j. Penyusunan rencana pemecahan masalah
k. Penerapan pemecahan maslah
l. Evaluasi
3. Analisis situasi
Analisis situasi merupakan upaya memisahkan permasalahan yang ada
menjadi masalah-masalah tunggal yang perlu dipecahkan dan diputuskan.
Analisis persoalan adalah suatu deviasi atau penyimpangan dari standar
atau apa yang dianggap normal. Sedangkan pengambilan keputusan adalah
langkah untuk melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan.
a. Pertama, yaitu memisah-misahkan permasalahan dilakukan agar
beberapa permasalahan yang timbul menjadi masalah tunggal yang
perlu dipecahkan
b. Kedua, setelah masalah tersebut dipisah-pisahkan maka dihasilkan
masalah tunggal. Pertanyaan selanjutnya adalah masalah mana yang
perlu dipecahkan terlebih dahulu. Atas dasar itu, urutan masalah
prioritas perlu ditentukan

31
c. Ketiga, adalah melokasi permasalahan tunggal yang merupakan hasil
seleksi dan selanjutnya menentukan proses yang cocok untuk
menyelesaikannya
4. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah melakukan penilaian
dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa
perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan.
Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun
alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang
terbaik. Beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan:
a. Perencanaan adalah memutuskan alternatif rangkaian tindakan mana yang
seharusnya dijalankan dalam menyelesaikan suatu masalah dan bagaimana
melaksanakan tindakan yang dipilih itu
b. Perencanaan strategik adalah proses memutuskan strategi dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Perencanaan ini mencerminkan perspektif jangka panjang yang dipusatkan
pada kekuatan dan kelemahan perusahaan serta pada masalah dan peluang
yang ada di lingkungan perusahaan
c. Perencanaan taktik adalah proses menerjemahkan keputusan-keputusan
strategik ke dalam program, rencana, dan instruksi operasional yang
spesifik
d. Pengendalian, terdiri dari pengukuran dan evaluasi kinerja yang
direncanakan dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan pengambilan
tindakan-tindakan perbaikan bila diperlukan

M. Studi Kasus Dengan Pemecahan Persoalan Mutu Dan Peningkatan Proses


Pelayanan Kebidanan Dengan Pendekatan Quality Assurance

32
Proses Quality Assurance dalam pelayanan kesehatan yang dikemukan
oleh Lori di Prete Brown seperti dikutip oleh Wijono terdiri dari 10 langkah
proses quality assurance sebagai berikut
1. Langkah 1 : Perencanaan quality assurance (Planning for quality
assurance)
2. Langkah 2 : Membuat pedoman dan menyusun standar-standar
(Developing guidelines and setting standards)
3. Langkah 3 : Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi (Communicating
standards and specifications)
4. Langkah 4 : Monitoring mutu (Quality monitoring)
5. Langkah 5 : Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang
untuk peningkatan (Identifying problems and selecting opportunities for
improvement)
6. Langkah 6 : Mengidentifikasi secara operasional permasalahan (Defining
the problem operasionally)
7. Langkah 7 : Memilih suatu tim (Choosing team)
8. Langkah 8 : Menganalisis dan mempelajari masalah untuk identifikasi
akan masalah penyebabnya (Analyzing and studying the problem to
identify its roots causes)
9. Langkah 9 : Membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk
peningkatan (Developing solution and actions for improvement)
10. Langkah 10 : Melaksanakan dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu
(Implementating and evaluations quality improvement efforts)

N. Kebijakan Dan Program Pembangunan Kesehatan Nasional, Provinsi Dan


Daerah (Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Jenis Program)

1. Upaya Kesehatan
Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya
kesehatan yang paripurna, terpadu, dan berkualitas yang meliputi upaya

33
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang
diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan adalah
terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan
bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana
kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan
guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
merata dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna,
tersalurkan sesuai peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
3. SDM kesehatan
Sumber Daya Kesehatan (SDM Kesehatan) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan untuk
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sumber Daya
Manusia Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga
pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem SDM Kesehatan adalah
tersedianya SDM Kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan yang

34
terdistribusi secara adil dan merata serta didayagunakan secara optimal
dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

35
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri


atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Mutu adalah tingkat
dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan
dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan.
Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang
dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan
sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta
terjangkau oleh daya beli masyarakatMutu pelayanan kesehatan adalah
penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar)
dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan
kekurangan gizi.
Bentuk Program Menjaga Mutu Pelayanan kesehatan, Jika Ditinjau dari
pelaksanaan: Program Menjaga Mutu Internal; yang dimaksud dengan Program
menjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan organisasi yang
bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada di dalam
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Program Menjaga Mutu
Eksternal; pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggungjawab
menyelenggarakan program menjaga mutu berada diluar institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Ditinjau dari waktunya: Program Menjaga Mutu Prospektif (Prospective
Quality Assurance) Adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan

36
sebelum pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditunjukkan
pada standar masukan dan standar lingkungan yaitu pemantauan dan penilaian
terhadap tenaga pelaksana, dana, sarana, di samping terhadap kebijakan,
organisasi, dan manajemen institusi kesehatan. Prinsip pokok program menjaga
mutu prospektif sering dimanfaatkan dan tercantum dalam banyak peraturan
perundang-undangan,.

B. SARAN

Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan yang


maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama
pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai
prosedur yang sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi
kebidanan, seta pemberian pelayanan kesehatan dengan mutu pelayanan yang
terbaik.

37
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (2008). Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Lebih Bermutu. Jakarta : IDI.
Atmoko, tjipto.2012. Standar operational prosedur (SOP) dan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Jakarta
Bustomi, MS. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
Erlangga : Medikal Series.
Hardiyansyah.2011.Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi dan
Implementasinya. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Mulyanto. (2006). Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar-Dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta.EGC
Manajemen Pelayanan Kebidanan,  ECG,  Jakarta,2008.

Satriangara,M.Fais dan Sitti Saleha.2009.Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Serta Kebidanan.Jakarta;Salemba Medika.

Sifuddin,Abdul Bari.dkk.2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta;Yayasan


Bina Pustaka.

Satrianegara, M. Fais.2009.Buku Ajar Organisasi dan manajemen Pelayanan


Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta,2007.

Syafrudin, Masitoh S., & Rosyanawati, T. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan


Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media.

38

Anda mungkin juga menyukai