Anda di halaman 1dari 27

KONSEP MUTU KESEHATAN DAN

PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUSUN OLEH :
KELOMPOK 05

1. DESI PAWITRI NIM.PO7124321027


2. ASTA ANUGRAH NIM.PO7124321030

MATA KULIAH
Mutu Layanan Kebidanan

DOSEN PENGAMPU :
Rosdiana,SPd.,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Konsep Mutu
Kesehatan dan Pelayanan Kebidanan Tahun 2023. Penulisan Makalah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan Prodi D-III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang Kampus Muara Enim. Makalah ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah ini.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan pada
penulisan Makalah ini, sehingga masukan membangun Saya harapkan untuk
kesempurnaan Makalah ini.

Muara Enim, Januari 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Penilaian mutu pelayanan kebidanan.....................................................3

2.1.1 Pelayanan Mutu, Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Konsep PDCA...3

2.2 Tehnik Penilaian.......................................................................................18

2.1.1 Observasi...............................................................................................18

2.1.2 Wawancara............................................................................................19

BAB III: PENUTUP22

3.1 KESIMPULAN22

3.2 SARAN22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang
masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk MDG’s pada
tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau
dua kali lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar
15/1.000 kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan
Sumatera Barat tahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup dan
AKB 30/1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumbar, 2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) perlu peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan
kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus
mengupayakan peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar
yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan
kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan
kesehatan terhadap tingginya AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian
yang sangat besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan
sebuah bangsa AKI dan AKB.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk
bidang kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat
mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-
elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya
secara terus menerus. Kecenderungan masa kini dan masa depan
menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan
dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu
pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan
kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.

1
Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan
semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan
kebidanan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara
penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di
kembangkan melalui konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)

C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan
berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penilaian mutu pelayanan kebidanan

2.1.1 Pelayanan Mutu, Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Konsep PDCA

“Mutu” dapat di artikan sebagai derajat kesempurnaan atau tingkat


kesempurnaan penampilan, dalam hal ini adalah tingkat kesempurnaan
penampilan dari pelayanan kesehatan. Untuk mengukur Derajat
Kesempurnaan tentunya harus dibandingkan dengan sesuatu keadaan
kesempurnaan yang di idamkan atau yang ditetapkan yang dinamakan
Standar. Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan
membandingkan Penampilan Pelayanan Kesehatan dengan standar pelayanan
kesehatan yang ditetapkan.

Mutu pelayanan kesehatan itu sangat subjektif tergantung pada


persepsi, sistim nilai,latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan
banyak faktor lain baik pada masyarakat ataupun pribadi-pribadi terkait pada
jasa pelayanan kesehatan.

3
Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus
diselesaikan, setelah cara penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan pada Program Menjaga Mutu adalah
melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu,
pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang
dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action).

Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai
(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang
diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007).
Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Saifudin,) Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :
a. Kompetensi Teknis (Technical competence)
b. Akses terhadap pelayanan (Access to service)
c. Efektivitas (Effectiveness)
d. Efisiensi (Efficiency)
e. Kontinuitas (Continuity)
f. Keamanan (Safety)
g. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
h. Kenyamanan (Amenities)

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah


dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah,
karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional, Artinya
setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi
penilaian yang dipakai.

4
Robert dan Prevost (dalam Saifudin,) menyatakan perbedaan dimensi penilaian
yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan
petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan
dan keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian
pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi
sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian
dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa


penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang
apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap
pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.

Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan


pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan,
maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Menurut Amiruddun,dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :
1. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
2. Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional
oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan
interaksinya dengan klien

5
3. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik


positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala
suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang
adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien.

Langkah-kangkah dalam menetapkan masalah mutu:


1. Menyusun daftar masalah
Menggunakan tekhnik kesepakatan kelompok (group decision making):
a. Curah pendapat (brain storming)
b. Kelompok minimal (nominal group)
2. Melakukan konfirmasi daftar masalah
Dapat dilakukan dengan:
a. Mengumpulkan daftar masalah secara langsung
b. Mengumpulkan daftar masalah secara tidak langsung, yaitu dengan
meminta pendapat staf lain yang terkait tentang kebinaran daftar
masalah yang telah disusun.

3. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan


a. Kesepakatan (consensus)
b. Pemungutan suara
4. Merumuskan masalah
a. Apa masalahnya
b. Siapa yang terkena masalah
c. Seberapa besar masalah itu
d. Dimana terjadiny
e. Bilamana masalah itu terjadi.

6
5. Menetapkan penyebab masalah mutu, bisa berasal dari:
a. Unsur masukan (Input)
b. Unsur proses (process)
c. Unsur lingkungan (environmnet)

Langkah menetapkan penyebab masalah mutu:


1. Menyusun daftar penyebab masalah
Penyebab masalah adalah “sebab” yang telah teridentifikasi. Gunakan
teknik curah pendapat atau kelompok nominal. Untuk membantu menyusun
daftar penyebab, dapat menggunakan diagram tulang ikan (fish bone diagram)

2. Konfirmasi daftar penyebab masalah


a. Melihat/ mengakaji daftar penyebab masalah
b. Menanyakan daftar penyebab masalah kepada staf yang terkait

3. Menetapkan urutan prioritas penyebab masalah


Dapat menggunakan teknik kriteria matriks.

Siklus PDCA
adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Siklus PDCA berguna
sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu
pelayanan kesehatan. PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari
perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawasan kerja dan perbaikan kerja
yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan.
Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :Siklus
PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

7
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan
merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang
ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait
dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara
penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan
diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a) Judul rencana kerja (topic)
b) Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi
(problem statement)
c) Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target)
d) Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
e) Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f) Biaya yang diperlukan (budget)
g) Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)

2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan
staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi,
sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana
yang akan dilaksanakan. Untuk dapat mencapai kerjasama yang
baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial yaitu:

8
a) Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian
staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b) Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c) Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d) Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya
telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang
belum berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan
memerlukan perbaikan atau Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara
penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan
yakni :

1. Lembaran pemeriksaan (check list)


Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk
mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah
pembuatan lembar pemeriksan adalah:
a. Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
b. Tetapkan jangka waktu pengamatan
c. Lakukan perhitungan penyimpangan

9
2. Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya
penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat
bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan peta kontrol adalah :
a. Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
b. Tentukan prosentase penyimpangan
c. Buat grafik penyimpangan
d. Nilai grafik

3. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk
selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali.
Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian
tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
ANALISA PDCA PLAN Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara
berkesinambungan :
a. Apa yang diperbaiki
b. Siapa yang terlibat
c. Kapan dilaksanakan
d. Dimana dilaksanakan
e. Bagaimana caranya

Kearah mana goalnya DO :Melaksanakan perubahan berdasarkan rencana


yang ditetapkan
a. Siapa yang melaksanakan perubahan
b. Kapan dilaksanakan perubahan
c. Sarana apa saja yang dibutuhkan
d. Bagaimana mekanisme pelaksanaan
e. Lokasi mana sebagai uji coba
10
CHECK :Mengamati pengaruh perubahan
a. Apa pelaksanaan telah sesuai rencana
b. Apakah proses perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien
c. Faktor apa yang mendukung
d. Faktor apa yang menghambat
e. Perubahan dari sisi mutu pelayanan
ACTION :Bertindak berdasarkan hasil evaluasi dan lanjutan perbaikan proses
a. Melihat hasil dari Check
b. Menetapkan mekanisme perubahan
c. Menentukan protap terkini
d. Menentukan sasaran perubahan
e. Advokasi perubahan
f. Penilaian berkelanjutaN

IMPLEMENTASI
1. Implementasi konsep PDCA
Konsep PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada
implementasinya akan membangun budaya mutu yang continual
improvement. Implementasi konsep PDCA untuk desain wewenang dan
tanggungjawab dijabarkan berikut ini. Penjabaran dari konsep PDCA ini ke
dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut:
Plan :menyusun,merencanakan,mengkoordinasikan,mensosialisasikan,mengk
omunikasikan.
a. Do : melakukan, melaksanakan, menerapkan, mengimplementasikan
b. Check : memeriksa, memonitor, mengecek, mengukur, mengevaluasi,
mengoreksi
c. Act : melaporkan, mempertanggungjawabkan, menindaklanjuti,
memperbaiki, meningkatkan.

11
2. Ilustrasi
Contoh pembuatan Puskesmas dengan siklus PDCA
Latar Belakang
Puskesmas Padusunan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk
memberikan layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memnuhi kebutuhan yang dirasakan dan
diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu
menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya penyakit atau
meluasnya penyakit.
Di dalam Puskesmas Padusunan memberikan pelayanan serta
fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan,
prosedur kerja atau protokol layanan pendukung lainnya yang semoga saja
menjadi suatu yang efektif serta efisien untuk menyelenggarakan layanan
kesehatan yang bermutu tinggi.
Dalam sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas
untuk bagaimana membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan
maka Kami membuat suatu perencanaan di dalamnya penilaian Mutu
Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, kami menggunakan sistem
PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek dan
Tindak lanjuti.

3. Pelayanan Di Puseksmas Padusunan


Dalam hal ini kami merencanakan Berbagai pelayanan-pelayanan
atau fasilitas-fasilita yang ada di Puseksmas Padusunan diantaranya Yaitu:
a. Persalinan normal dengan perlengkapan yg lengkap
Fasilitas ini kami sediakan untuk menambah nilai mutu pelayanan agar
klien merasa nyaman dan aman saat akan melakukan persalinan karena apa
yang di butuhkan klien sudah tersedia di ruang persalinan.
b. Layanan rujukan

12
Kami juga mempunyai layanan rujukan, agar jika terjadi diluar kehamilan
normal kami telah siap dengan merujuk klien di rumah sakit yang kami
tunjukkan karna kami bekerja sama dengan pihak rumah sakit.
c. Ruangan Khusus perawatan Bayi
Kami menyediakan ruangan khusus perawatan Bayi agar bayi dapat
beristirahat atau tersedinya kebutuhan bayi di ruangan ini
d. Senam Hamil
Senam Hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Janin dan
juga untuk memuaskan Ibu dalam pelayan kami
e. Senam Nifas
Senam nifas ini agar keluhan-keluhan yang di alami ibu dapat berkurang
dan sebelum ibu pulang senam nifas ini dilakukan
f. Penyuluhan Mengenai Perawatan Bayi
Di Puseksmas Padusunan ini kami menyediakan pendidikan tentang
bagaimana ibu merawat bayi saat di rumah nanti agar anak tersebut
mendapatkan asupan dan kebutuhan yang cukup
g. Pelayanan KB
Kami juga menyediakan pelayanan KB lengkap.
h. Other corner
Ruangan ini bila ibu ingin melakukan persalinan tekniik di air
i. Ruang Perawatan Balita
j. Perawatan Ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam
Kami menyediakan perawatan ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam dalam
hal ini selama dalam perawatan di Puskesmas Padusunan ibu dan bayi di
rawat, memberikan kebutuhan yang di butuhkan, pendidikan tentang bayi
dan sebagainya
Melaksanakan PDCA di Ruang Bayi Dan Balita
1. Plant
Merencanakan meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas di
ruang bayi dan balita yang melibatkan seluruh anggota petugas yang
bekerja di Puskesmas Padusunan di laksanakan Minggu depan
Perencanaan tersebut yaitu menambah fasilitas – fasilitas yang ingin
13
tercakupi di ruang bayi dan balita agar nilai mutu pelayanan mengalami
peningkatan.
Pencakupan fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:
Fasilitas di ruangan Bayi dan Balita:
a. Perawatan Bayi dan Balita Khusus
Kami disini ingin perawatan bayi dan balita khusus terpisah dengan
ruangannya agar kenyaman masing-masing antara bayi dan balita
memuaskan
b. Pemijatan Bayi
Di ruangan bayi kamu juga akan melakukan pemijatan bayi agar
bayi merasa relaks dan peredaran darah bayi lancar.
c. Memandikan bayi
Agar bayi selalu segar dan bersih dan juga untuk kesehatannya
kebutuhan bayi pun terpenuhi.
d. Menyusui Bayi
Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui
atau ibunya bisa menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah
kuat karena tersedia sofa.
e. Keamanan CCTV
f. Penjemuran
g. Kenyamanan Bayi dan Balita

2. DO
Melaksanakan perubahan – perubahan dilaksanakan oleh petugas
yang bertugas di ruangan Bayi dan Balita. Dalam hal ini kami mencoba
pelaksanaan yang akan kami terpkan di ruang bayi
Sarana Yang di butuhkan diantaranya:

14
a. Ruangan Bayi
1) 6 Tempat tidur bayi dan balita
2) Mainan
3) Kereta Bayi
4) Karpet
5) Gambar / hiasan dindin
6) Inkubator
7) Tong sampah
8) Westafel
9) 2 Bath tube
10) 4 Kamera CCTv
11) Penghangat Ruangan
12) 1 Kipas Angin
13) Sofa
14) Atap Otomatis

b. Ruangan Balita
1) Tempat tidur Balita
2) 1 Tabung oksigen
3) 1 AC
4) Mainan
5) Gambar/hiasan dinding
6) 2 Kamera CCTV
7) Toilet
8) Sofa
9) Lemari
10) Westafel

15
Mekanisme pelaksanaan :
a. Setelah 6 jam bayi lahir dan di susui bayi di mandikan
b. Di tidurkan di tempat tidur
c. Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau
ibunya bisa menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena
tersedia sofa
d. Bayi juga di beri penerangan yang cukup
e. Suhu bayi terjaga karena terdapat pengatur suhu
f. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di
jemur selama 30 menit
g. Pemijatan bayi di pagi hari
h. Bayi dimandikan 2kali sehari
i. Mengadakan terapi otak untuk melatih sistem kerja otak kiri dan kanan
contoh nya Bermain puzzle dan mengadakan permainan lain nya
j. Memeberikan pendididkan anak usia dini kepada masing masing ibu
k. Mengadakan imunisasi
l. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di
jemur selama 30 menit
m. Pemijatan bayi di pagi hari
n. Bayi dimandikan 2kali sehari

3. CHECK
Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu
ditinjau dari klien:
Faktor mendukung:
1. Fasilitas meningkat
2. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
3. Kebutuhan bay dan balita lebih terpenuhi

16
Faktor Penghambat:
a. Petugas mungkin merasa kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b. Biaya mahal
c. Keinginan pasien yang selalu ingin di utamakan

4. ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu
pelayanan sehingga klien merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat
penghambat yaitu petugas merasa kelelahan karna terus mengawasi bayi dan
juga biaya yang dikeluarkan klien pun terbilang mahal karena fasilitas
tersebut sehingga mutu pelayanan tersebut hanya bisa di rasakan oleh
kalangan menengah ke atas.
Akan tetapi Puskesmas Padusunan ini memberikan kesempatan untuk
kalangan tidak mampu dan menengah dengan di adakan surat keterangan
tidak mampu .Kami akan memberikan toleransi kepada keluarga tidak mampu
agar dapat pelayanan kesehatan yang baik.Dan Puskesmas Padusunan ini
mengadakan pendidikan kesehatan bagi remaja, bumil, bufas dan balita

KHUSUS :
Puskesmas Padusunan ini menyediakan program “ aku dan ibu”.Program ini
memberikan pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita
yg aktif, pasif maupun yg kekurangan/cacat mental.

17
2.2 Tehnik Penilaian

2.1.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung atau observasi dapat


menghindarkan berbagai kesulitan yang berhubungan dengan rekonstruksi
kejadian hasil pemeriksaan pencatatan retrospektif dan dari jawaban terhadap
wawancara atau kuisioner.
Dalam pelaksanaan pengamatan langsung terdapat syarat bagi pengamatan
yaitu:
1. Harus mengerti terhadap apa yang akan di ambil
2. Harus low profile, tidak sok pintar
3. Mempunyai latar belakang yang berhubungan dengan apa yang
sedang di amati
4. Harus bersifat obyektif
Data yang di peroleh dari pengamatan langsung merupakan data
paling baik.Pengamatan langsung ini dapat di lakukan engan tiga cara yaitu:
pengamatan langsung dengan daftar tilik, pengamatan langsung tanpa daftar
tilik, dan misteri shapper. Misteri shapper maksudnya pengamatan di lakukan
oleh seorang yang tidak di kenal atau misterius.
Seorang bidan yang tajam pengamatannyaakan memperhatikan bahwa ada
beberapa ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan nonverbal antara apa
yang di ucapkan dan apa yang di kerjakan:
a. Pengamatan objectif
Merupakan berbagai tingkah laku yang dilihat dan di dengar.
Misalnya: duduk, berdiri, gelisah dengan mengeluarkan kata seperti aduh
b. Penafsiran (interpretasi)
Merupakan kesan yang di berikan terhadap apa yang di lihat atau amati dan
di dengar. Misalnya: jengkel, karna terlalu lama menunggu.
c. Tingkah laku verbal dan nonverbal

18
1. Tingkah laku verbal merupakan perbuatan atau perilakuyang di
tunjukan melalui bahasa atau kata-kata.
2. Tingkah laku nonverbal merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa
tubuh.

2.1.2 Wawancara
1. Pengertian wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu
antara individu dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah
nyata, perasaan dan pengertian dengan menggunakan kata-kata isyarat
maupun tindakan-tindakan lain(menurut M.Greenhil).
Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah
sbb:
a) Komunikator
b) Masalah
c) Saluran
d) Menerima
e) penerima
f) Tempat
a. Keuntungan model wawancara meliputi:
1. Pertanyaan akan lebih jelas dan di mengerti sehingga jawabannya pun
jelas.
2. Wawancara dapat memastikan bahwa pasien yang akan memberikan
informasi
3. Pasien mempunyai kesempatan untuk melontarkan persoalan yang
terlupakan dalam menyusun wawancara.
4. Dalam wawancara tidak terstruktur, pewawancara dapat melakukan
penelitian yang mendalam terhadap sikap dan pendapat pasien dan
dapat menanggapi apa yang tersirat.

19
b. Wawancara mempunyai kekurangan sbb:
1. Pasien sulit memberikan tanggapan yang negative
2. Wawancara membutuhkan waktu sehingga biayanya mahal
3. Pewawancara secara tidak sadar dapat mempengaruhi oleh jawaban
yang di berikan oleh pasien
2. Tujuan wawancara
a. Mampu memahami perilaku orang lain
b. Mengalih perilaku bila setuju dan tidak setuju
c. Memahami perlunya memberi tujuan
d. Menciptakan hubungan persoalan yang baik
e. Memperoleh informasi tentang situasi ataun sikap tertentu
f. Untuk menentukan suatu kesanggupan
g. Mendorong untuk bertindak
h. Memberi nasehat

3. Proses wawancara
Didalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen.
Adapin komponen-komponen trs:
a. Komunikator (klien)
b. Masalah
c. Saluran
 Mata (penglihatan)
 Telinga

4. Menjadi pendengar Yang baik


Maksud atau menjadi pendengar yang baik adalah:
a. Menyenangkan hati klien.
b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain.
c. Memberikan rasa puas pada klien.
d. Memberikan rasa aman pada pembicara.
e. Menunjukan rasa saling percaya.
f. Menghargai pembicaraan.

20
5. Tehnik wawancara
Adapun tehnik-tehnik tersebut antara lain:
a. Inisiatif
1. Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan
masalahnya.
2. Mengemukakan pendapatnya
3. Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.
b. Pendekatan tidak langsung.
c. Pertanyaan yang terbuka.
d. Pengunaan aktifitas yang ferbal.
e. Wawancara spontan.
f. Penenganan ekspresi yang timbul dalam wawancara.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara.


a. Faktor penunjang
Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya.
b. Faktor penghambat
Factor-faktor yang menghambat wawancara adalah
1. Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan
pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga
tidak dapat menangkap pembicaraan.
2. Sikap wawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyusuaikan diri
dengan keadaan di sekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap
klien, keluarga, masyarakat.
3. Pengetahuan klien kurang.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai
(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang
diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin,) Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin,)
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan
kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang
dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus
PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

3.2 SARAN

1. Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau


strategi apasaja yang hendaknya kita lakukan untuk menjaga dan
meningkatkan nilai mutu pelayanan kebidanan.
2. Dengan mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan,
kita dapat lebih termotivasi untuk tetap meningkatkan mutu
pelayanan yang akan diberikan kepada masyaraka
3. Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi
meningkatkan skill masing-masing sehingga program pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik, terstandar dan dapat
meningkatkan kualitas dan mutu dari pelayanan kesehatan
tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Citra Hadi Kurniati,HUBUNGAN ANTARA KUALITAS BIDAN DALAM


PELAYANAN ANTENATAL CARE TERHADAP PERSEPSI IBU
HAMIL. Purwokerto NO 1, FEBRUARI 2020.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/846-Article%20Text-995-1-10-
20200506.pdf. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=KONSEP+MUTU+KESEHATAN+DAN+PELA
YANAN+KEBIDANAN&btnG=

Cut Sriyanti, SST., M.Keb.,Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. ,


(Desember 2016) Diakses pada tanggal 15 Januari 2023. Link:
https://eprints.triatmamulya.ac.id/1430/1/94.%20Mutu%20Layanan
%20Kebidanan%20Kebijakan%20Kesehatan.pdf

Novita Ika Wardani,dkk. Mutu Pelayanan Kebidanan dan kebijakan kesehatan


Sumatra Barat (Oktober 2022)., Diakses pada tanggal 15 Januari 2023. Link :
https://www.google.co.id/books/edition/Mutu_Pelayanan_Kebidanan_Dan_K
ebijakan_K/nriYEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=KONSEP+MUTU+KESEHATAN+DAN+PELAYANA
N+KEBIDANAN&pg=PA1&printsec=frontcover

Nurul Hidayatun Jalilah, S.Si.T., M.Keb,dkk Konsep Dasar Mutu Pelayanan


Kesehatan - Halaman 156, 2021. Diakses pada tanggal 15 Januari 2023.
Link:
https://www.google.co.id/books/edition/Konsep_Dasar_Mutu_Pelayanan_Ke
sehatan/OXMTEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=KONSEP+MUTU+KESEHATAN+DAN+PELAYANA
N+KEBIDANAN&pg=PA156&printsec=frontcover

23
Ruri Yuni Astari, S.Si.T., M.Keb. Mutu Pelayanan Kebidanan Dan Kebijakan
Kesehatan,.(Yogyakarta.2020)Diakses pada tanggal 15 Januari 2023. Link :
https://www.google.co.id/books/edition/Mutu_Pelayanan_Kebidanan_Dan_K
ebijakan_K/RdAOEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=KONSEP+MUTU+KESEHATAN+DAN+PELAYANA
N+KEBIDANAN&printsec=frontcover

24

Anda mungkin juga menyukai