BERDASARKAN PDCA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Terima kasih tak lupa
kami ucapkan pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab
itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesainya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan
baru yang bermanfaat, guna untuk mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih
tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu
(AKI) untuk MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali
lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup
(Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2007 AKI berkidar
228/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumbar,
2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) perlu
peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan
AKI tersebut adalah tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan
kebidanan harus mengupayakan peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar
yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan terhadap
tingginya AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah
karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu
pelayanan kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA
(Plan, Do, Check, Action)
C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus
PDCA (Plan, Do, Check, Action)
BAB II
PEMBAHASAN
Mutu pelayanan kesehatan itu sangat subjektif tergantung pada persepsi, sistim nilai,latar
belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain baik pada masyarakat
ataupun pribadi-pribadi terkait pada jasa pelayanan kesehatan.
Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus diselesaikan, setelah
cara penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan
pada Program Menjaga Mutu adalah melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian
rupa sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga
mutu, pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang dikenal
dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action).
B. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007).
Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
c. Efektivitas (Effectiveness)
d. Efisiensi (Efficiency)
e. Kontinuitas (Continuity)
f. Keamanan (Safety)
h. Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional, Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi
penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan
petugas terhadap klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
(health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka
semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian
mutu, yaitu :
1. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen,
keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
2. Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
3. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan
fungsional klien
Mengumpulkan daftar masalah secara tidak langsung, yaitu dengan meminta pendapat
staf lain yang terkait tentang kebinaran daftar masalah yang telah disusun
Kesepakatan (consensus)
Pemungutan suara
4. Merumuskan masalah
Apa masalahnya
Dimana terjadiny
Penyebab masalah adalah “sebab” yang telah teridentifikasi. Gunakan teknik curah
pendapat atau kelompok nominal. Untuk membantu menyusun daftar penyebab, dapat
menggunakan diagram tulang ikan (fish bone diagram)
C. Siklus PDCA
adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu
proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan. PDCA merupakan rangkaian
kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawasan kerja dan
perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan.
Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :Siklus PDCA terdiri dari
empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
b) Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement)
c) Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai
(goal, objective, and target)
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Untuk dapat mencapai
kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial yaitu:
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan
baik
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang
sering dipergunakan yakni :
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang
terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
d. Nilai grafik
4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai.
Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang
sesuai.
ANALISA PDCA PLAN Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara
berkesinambungan :
c. Kapan dilaksanakan
d. Dimana dilaksanakan
e. Bagaimana caranya
e. Advokasi perubahan
f. Penilaian berkelanjutaN
D. IMPLEMENTASI
Konsep PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada implementasinya akan
membangun budaya mutu yang continual improvement. Implementasi konsep PDCA untuk
desain wewenang dan tanggungjawab dijabarkan berikut ini. Penjabaran dari konsep PDCA
ini ke dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut:
Plan :menyusun,merencanakan,mengkoordinasikan,mensosialisasikan,mengkomunikasikan.
2. Ilustrasi
Latar Belakang
Dalam sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka Kami membuat suatu
perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik,
kami menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek
dan Tindak lanjuti.
Fasilitas ini kami sediakan untuk menambah nilai mutu pelayanan agar klien
merasa nyaman dan aman saat akan melakukan persalinan karena apa yang di butuhkan
klien sudah tersedia di ruang persalinan.
b. Layanan rujukan
Kami juga mempunyai layanan rujukan, agar jika terjadi diluar kehamilan normal
kami telah siap dengan merujuk klien di rumah sakit yang kami tunjukkan karna kami
bekerja sama dengan pihak rumah sakit.
Kami menyediakan ruangan khusus perawatan Bayi agar bayi dapat beristirahat
atau tersedinya kebutuhan bayi di ruangan ini
d. Senam Hamil
Senam Hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Janin dan juga
untuk memuaskan Ibu dalam pelayan kami
e. Senam Nifas
Senam nifas ini agar keluhan-keluhan yang di alami ibu dapat berkurang dan
sebelum ibu pulang senam nifas ini dilakukan
g. Pelayanan KB
h. Other corner
1. Plant
Kami disini ingin perawatan bayi dan balita khusus terpisah dengan ruangannya agar
kenyaman masing-masing antara bayi dan balita memuaskan
b. Pemijatan Bayi
Di ruangan bayi kamu juga akan melakukan pemijatan bayi agar bayi merasa relaks dan
peredaran darah bayi lancar.
c. Memandikan bayi
Agar bayi selalu segar dan bersih dan juga untuk kesehatannya kebutuhan bayi pun
terpenuhi.
d. Menyusui Bayi
Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau ibunya bisa
menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia sofa.
e. Keamanan CCTV
g. Penjemuran
2.DO
Melaksanakan perubahan – perubahan dilaksanakan oleh petugas yang bertugas di ruangan
Bayi dan Balita. Dalam hal ini kami mencoba pelaksanaan yang akan kami terpkan di ruang
bayi
a. Ruangan Bayi
2) Mainan
3) Kereta Bayi
4) Karpet
6) Inkubator
7) Tong sampah
8) Westafel
9) 2 Bath tube
13) Sofa
b. Ruangan Balita
2) 1 Tabung oksigen
3) 1 AC
4) Mainan
5) Gambar/hiasan dinding
6) 2 Kamera CCTV
7) Toilet
8) Sofa
9) Lemari
10) Westafel
Mekanisme pelaksanaan :
c. Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau ibunya bisa
menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia sofa
f. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30
menit
i. Mengadakan terapi otak untuk melatih sistem kerja otak kiri dan kanan contoh nya
Bermain puzzle dan mengadakan permainan lain nya
k. Mengadakan imunisasi
l. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30
menit
3.CHECK
Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu ditinjau dari
klien:
Faktor mendukung:
1. Fasilitas meningkat
2. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
Faktor Penghambat:
a. Petugas mungkin merasa kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b. Biaya mahal
4.ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu pelayanan sehingga
klien merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat penghambat yaitu petugas merasa
kelelahan karna terus mengawasi bayi dan juga biaya yang dikeluarkan klien pun terbilang
mahal karena fasilitas tersebut sehingga mutu pelayanan tersebut hanya bisa di rasakan
oleh kalangan menengah ke atas.
Akan tetapi Puskesmas Padusunan ini memberikan kesempatan untuk kalangan tidak
mampu dan menengah dengan di adakan surat keterangan tidak mampu .
Kami akan memberikan toleransi kepada keluarga tidak mampu agar dapat pelayanan
kesehatan yang baik.Dan Puskesmas Padusunan ini mengadakan pendidikan kesehatan bagi
remaja, bumil, bufas dan balita
KHUSUS :
Puskesmas Padusunan ini menyediakan program “ aku dan ibu”.Program ini memberikan
pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita yg aktif, pasif maupun yg
kekurangan/cacat mental.
E. OBSERVASI
Data yang di peroleh dari pengamatan langsung merupakan data paling baik.Pengamatan
langsung ini dapat di lakukan engan tiga cara yaitu: pengamatan langsung dengan daftar
tilik, pengamatan langsung tanpa daftar tilik, dan misteri shapper. Misteri shapper
maksudnya pengamatan di lakukan oleh seorang yang tidak di kenal atau misterius.
a. Pengamatan objectif
b. Penafsiran (interpretasi)
Merupakan kesan yang di berikan terhadap apa yang di lihat atau amati dan di dengar.
Misalnya: jengkel, karna terlalu lama menunggu.
Tingkah laku verbal merupakan perbuatan atau perilakuyang di tunjukan melalui bahasa
atau kata-kata.
Tingkah laku nonverbal merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh.
F. WAWANCARA
1. Pengertian wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan
individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan pengertian dengan
menggunakan kata-kata isyarat maupun tindakan-tindakan lain(menurut M.Greenhil).
Komunikator
Masalah
Saluran
Menerima
penerima
Tempat
Pertanyaan akan lebih jelas dan di mengerti sehingga jawabannya pun jelas.
Pewawancara secara tidak sadar dapat mempengaruhi oleh jawaban yang di berikan oleh
pasien
2. Tujuan wawancara
h. Memberi nasehat
3. Proses wawancara
Didalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapin komponen-
komponen trs:
a. Komunikator (klien)
b. Masalah
c. Saluran
Mata (penglihatan)
Telinga
f. Menghargai pembicaraan.
5. Tehnik wawancara
a. Inisiatif
Mengemukakan pendapatnya
e. Wawancara spontan.
a. Faktor penunjang
b. Faktor penghambat
Sikap wawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyusuaikan diri dengan keadaan di
sekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien, keluarga, masyarakat.
G. SURVEI
Metode judgement
Metode survey
Survey kepuasan dengan cara ini di dasarkan atas pengertian bahwa kepuasan merupakan
hasil perbandingan antara harapan pelanggan terhadap suatun pelayanan dengan kinerja
yang dirasakan setelah pelanggan mendapat kan pelayanan tersebut. Dalam hal ini harapan
pelanggan di gunakan sebagain standard mutu pelayana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu
merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
B. Saran
1. Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau strategi apasaja yang
hendaknya kita lakukan untuk menjaga dan meningkatkan nilai mutu pelayanan kebidanan
2. Dengan mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan, kita dapat lebih
termotivasi untuk tetap meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada
masyaraka
3. Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi meningkatkan skill masing-
masing sehingga program pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik, terstandar dan
dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pelayanan kesehatan tersebut.