Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan


Dosen Pengampu : Mayvita Nabila Kurniadi., S..Tr.Keb

DisusunOleh :
Kelompok 2 IIIA
(Absen : 33-63)

PRODI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
SUKMA WIJAYA SAMPANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Allah SWT saya dapat menyelesaikan
makalah tentang "Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan dan Mutu Pelayanan Kebidanan"
ini dengan baik.
Kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada teman-teman yang telah
bekerjasama untuk memberikan ide-ide sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan
benar.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat dapat menambah pengetahuan baru
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Sehingga kami selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi terbentuknya makalah yang lebih baik lagi.

Sampang, 01 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
ii
COVER.................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Dimensi Mutu...............................................................................................................3

2.2Cara mengatasi perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan............5


2.3 Bentuk Program Menjaga Jaminan Mutu.....................................................................6

2.4 Manfaat program menjaga mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan..............................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................................16

3.1 Kesimpilan...................................................................................................................16

3.2 Saran............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang
kesehatan dimana perawatdan bidan terlibat didalamnya. Untuk
dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasidan semua elemen-
elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya
secaraterus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa
masyarakat semakinmenyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas
hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin
dicari untk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan
berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta
kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary
E. Cross mengatakan bahwa secara umum pemikiran tentang kualitas sering
dihubungkan dengan kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari
rasa sakitdan ketidaknyamanan, usia harapan hidup yang panjang, rasa hormat,
kebaikan.
Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam
menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu
peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak
upaya yang dapat dilaksanakan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah:
a. Apa dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan ?
b. Apa perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan?
c. Bagaimana cara mengatasi perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan
kebidanan ?
d. Apa program jaminan mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
e. Apa manfaat program jaminan mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui secara mendalam materi mutu pelayanan kesehatan dan
kenidanan.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswi kebidanan untuk mengerti
dan memahami tentang program mtu pelayanan kesehatan dan kebidanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan

a. Dimensi Kompetensi Teknis


Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan,
penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan
dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan
yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan
konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan
berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan,
sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan
membahayakan jiwa pasien.
b. Dimensi Keterjangkauan (Akses)
Dimensi keterjangkauan menyangkut geografis, sosial, ekonomi, organisasi
dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya
perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi
seseorang memperoleh layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berhubungan
dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai
budaya, kepercayaan dan perilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan
membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan
kesehatan diatur hingga dapat memberikan itu kemudahan/kenyamanan kepada
pasien atau konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan
menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.
c. Dimensi Efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan
berkembang/meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini
bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat,
konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar layanan kesehatan
disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat
pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai
dengan kondisi. Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi
teknis terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan

3
ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan
kesehatan.
d. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi
kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien
dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak
efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu
lama dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan
analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling efisien.
e. Dimensi Kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat
dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa
mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu
mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat
penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan
kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan
tempatnya.
f. Dimensi Keamanan
Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi
pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang
bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain.
Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua
belah pihak.
g. Dimensi Kenyamanan
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas
layanan kesehatan,tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga
mendorong pasien untuk dating berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan
dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi
layanan kesehatan.
h. Dimensi Informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang
jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan
atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat
puskesmas dan rumah sakit,
i. Dimensi Ketepatan Waktu
4
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang
tepat, olch pemberi layanan yang tepat menggunakan peralatan dan obat yang tepat,
serta biaya yang tepat (efisien).
j. Dimensi Hubungan Antarmanusia
Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan
(provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi
layanan kesehatan, antar atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas,
pemerintah daerah, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik
akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai,
menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain.
Dimensi yang sering digunakan:
a.) Tangibles
Yaitu bahwa dalam memberikan pelayana terhadap pelanggan harus diukur
atau dibuatstandarnya.
b.) Reliability
Yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa
c.) Responsiveness
Yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan penerima jasa.
d.) Assurance
Yaitu pengetahuan, kemampuan dan kesopanan pemberi jasa untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
c.) Empathy
Yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman
atau pemberi jasa terhadap kebutuhan dengan harapan pemakai jasa.

2.2 Cara mengatasi perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:
A. Quality Assurance (QA) Pelayanan Kesehatan
QA diartikan sebagai menjaga mutu, menjamin mutu atau memastikan mutu.
QA adalah suatu proses pengkuran kualitas menganalisa kekurangan yang
ditemukan dan membuat kegiatan untuk meningkatkan pemampilan yang diikuti
dengan pengukuran kualitas kembali untuk menentukan apakah peningkatan telah
tercapai. Pelaksanaan QA dengan memperhatikan :
a. Pendidikan tenaga profesi
b. Perijinan

5
c. Sertifikasi
d. Akreditasi
Tujuan QA mengidentifikasi dan memecahkan persoalan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien dan mencari atau memanfaatkan peluang-peluang yang
ada untuk meningkatkan mutu pelayanan secara terpadu.
B. Total Quality Management (TQM) / Manajemen Mutu Total
Adalah suatu bentuk pengendalian mutu dengan mengikut sertakan semua
karyawan melalui gugus kendali mutu.
C. Quality Control, meliputi:
1. Mengevaluasi kinerja produk saat ini.
2. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk
3. Melaksanakan atau memperbaiki perbedaan.
D. Quality Planning, meliputi:
1. Menentukan pelanggan.
2. Menentukan kebutuhan pelanggan.
3. Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4.Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan
gambaran produk.
5. Mentrasfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.
E. Quality Improvement, meliputi:
1. Mengembangkan infrastruktur.
2. Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.
3. Membentuk tim mutu.
4. Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk
mendiagnosis penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan
pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.

2.3 Bentuk Program Menjaga Jaminan Mutu


Bentuk program menjaga mutu pelayanan kebidanan tergantung dari unsur
pelayanan kesehatan yang lebih diprioritaskan sebagai sasaran, program menjaga mutu
dapat dibedakan atas 5 macam, yaitu :
1. Program menjaga mutu perspektif/prospektif
Program menjaga mutu prospektif adalah program menjaga mutu yang
dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini,
perhatian utama lebih ditujukan pada unsure masukan serta lingkungan. Untuk

6
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, perlulah
diupayakan unsure masukan dan lingkungan yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering dimanfaatkan
dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Beberapa diantaranya yang
terpenting adalah :
a. Standarisasi (standardization)
Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
ditetapkanlah standarisasi institusi kesehatan. Izin menyelenggarakan pelayanan
kesehatan hanya diberikan kepada institusi kesehatan yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Dengan adanya ketentuan tentang standarisasi, yang
lazimnya mencakup tenaga dan saran, dapatlah dihindarinya berfungsinya
institusi kesehatan yang tidak memenuhi syarat. Standarisasi adalah suatu
pernyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu yang menyangkut masukan
proses dari system pelayanan kesehatan.
Telah disadari bahwa pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan
obstetric neonatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak
terpisahkan dari pelayanan kebidanan di setiap tingkat pelayanan. Bila hal
tersebut dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan.
Berdasarkan itu, standar pelayanan kebidanan ini untuk penanganan keadaan
tersebut, disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar.
Dengan demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24
standar yang dikelompokkan sebagai berikut:
a. Standar pelayanan umum (2 standar)
b. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
c. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
d. Standar pelayanan nifas (3 standar)
e. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetric-neonatal (9 standar)
b. Perizinan (licensure)
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan
kesehatan selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan
kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang
lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan
hanya diberikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses administasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwewenang berupa surat izin praktik yang diberikan
7
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Tujuan
lisensi adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum lisensi: Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.
b. Tujuan khusus lisensi: Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan
sarana dan prasarana.
Lisensi (perizinan) pada tenaga kesehatan ini juga tercantum pada peraturan
pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 Bab III Pasal 4.
a. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan yang bersangkutan
memiliki ijin dari Menteri.
b. Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi
tenaga kesehatan masyarakat.
c. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan,yakni memberikan sertifikat
(pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksanan yang benar-
benar memenuhi persyaratan.
d. Akreditasi (accreditation)
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih
tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan secara bertingkat, yakni yang sesuai
dengan kemampuan institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan
kriteria yang terbuka.
2. Program Menjaga Mutu Konkuren
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang
diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian
utama lebih ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan
medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan. Program menjaga mutu
konkuren adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih
ditujukan pada unsur proses, yakni menilai tindakan medis dan nonmedis yang
dilakukan. Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.
Program menjaga mutu konkuren dinilai paling baik, namun paling sulit
dilaksanakan. Penyebab utamanya adalah karena adanya factor tentang rasa serta
8
bias' pada waktu pengamatan. Seseorang akan cenderung lebih berhati-hati, apabila
mengetahui sedang diamati. Kecuali apabila pelayanan kesehatan tersebut
dilaksanakan oleh satu tim (team work), atau apabila telah terbentuk kelompok
kesejawatan (per group).
Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan
(performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan Keluaran (output) yaitu
hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien,
dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
sebaliknya. Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh
proses (process), masukan (input) dan lingkungan (environment). Maka jelaslah
bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-
unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur
harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.

 Tujuan
Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang jika
disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan antara.
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas masalah
mutu berhasil ditetapkan.
b. Tujuan akhir.
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin
meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat diCapai apabila masalah dan penyebab masalah
mutu berhasil diatasi.
 Manfaat
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang
akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini crat hubungannya dengan dapat
diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang
benar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat

9
diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan
pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.
b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan
dapat dicegahnya pnyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah
standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus
mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan
dapat dicegah.
b. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini
dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan
sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan
perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat
pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari
masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain
yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas
amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan
dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang
akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan.
3. Program Menjaga Mutu Retrospektif
Program menjaga mutu retrospektif adalah program menjaga mutu yang
dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini,
perhatian utama lebih ditujukan pada unsur keluaran, yakni menilai pemanpilan
peleyanan kesehatan. Jika penampilan tersebut berada dibawah standar yang telah
ditetapkan, maka berarti pelayanan keschtan yang diselenggarakan kurang bermutu.

10
Karena program menjaga mutu retrospektif dilaksanakan setelah
diselenggarakannya pelayanan kesehatan, maka objek program menjaga mutu
umumnya bersifat tidak langsung. Dapat berupa hasil dari pelayanan kesehatan, atau
pandangan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Beberapa contoh program menjaga
mutu retrospektif adalah:
a. Reviw rekam medis (record review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari rekam medis yang
dipergunakan. Semua catatan yang ada dalam rekam medis dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan. Tergantung dari masalah yang ingin
dinilai, reviu rekam medis dapat dibedakan atas beberapa macam. Misalnya drug
usage review jika yang dinilai adalah dan atau surgical case review jika yang
dinilai adalah pelayanan pembedahan. Review penggunaan obat, merupakan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber daya, laporan
kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian
dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi memadai
maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pelayanan yang diberikan.
b. Review jaringan (tissue review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan (khusus untuk bedah) dinilai
dari jaringan pembedahan yang dilakukan. Apabila gambaran patologi anatomi
dari jaringan yang diangkat telah sesuai dengan diagnosis yang ditegakkan,
maka berarti pelayanan bedah tersebut adalah pelayanan kesehatan yang
bermutu.
c. Survei klien (client survey)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari pandangan pemakai
jasa pelayanan kesehatan. Survai klien ini dapat dilakukan secara informal,
dalam arti melangsungkan tanya jawab setelah usainya setiap pelayanan
kesehatan, atau secara formal, dalam arti melakukan suatu survei yang dirancang
khusus. Survei dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara
langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur. Misalnya:
survei kepuasan pasien.
4. Program Menjaga Mutu Internal
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu internal adalah bentuk
kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program
Menjaga Mutu berada di dalam institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah
11
suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan
Program Menjaga Mutu.
 Tujuan
Tujuan Program Menjaga Mutu secara umum dapat dibedakan atas dua
macam. Tujuan tersebut adalah:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Program Menjaga Mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
c. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas lima macam
yakni:
1. Diketahuinya masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarkan,
2.Diketahuinya penyebab munculnya masalah kesehatan yang diselenggarakan,
3. Tersusunnya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan kesehatan yang ditemukan
4. Terselenggarakan upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan kesehatan yang ditemukan,
5. Tersusunnya saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara umum dapat
dibedakan atas duamacam:
1. Para pelaksana program menjaga mutu adalah para ahli yang tidak terlibat
dalam pelayanan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan
wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu.
Para pelaksana program menjga mutu adalah mereka yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), jadi semacam gugus
kendali mutu,sebagaimana yang banyak dibentuk didunia industry.
2. Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling baik
adalah bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling
bertanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu seyogyanya
bukan orang lain melainkan adalah mereka yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan itu sendiri.
5. Program Menjaga Mutu Eksternal
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggungjawab
menyelenggarakan program menjaga mutu berada diluar institusi yang
12
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini, biasanya untuk suatu wilayah
kerja tertentu dan/atau untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi,
diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang diserahkan
tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang diserahkan tanggung
jawab menyelenggarakan program menjaga mutu, misalnya suatu badan
penyelenggara program asuransi kesehatan, yang untuk kepentingan programnya,
membentuksuatu unit program menjaga mutu, guna memantau, menilai serta
mengajukan saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh berbagai institusipelayanan kesehatan yang tergabung dalam program yang
dikembangkannya.
Pada program menjaga mutu eksternal seolah-olah ada campur tangan pihak
luar untuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan
kesehatan, yang biasanya sulit diterima.
a. Menetapkan Masalah Mutu
Masalah adalah sesuatu hal yang tidak sesuai dengan harapan. Dengan
demikian, masalah mutu layanan kesehatan adalah kesenjangan yang terjadi
antara harapan dengan kenyataan dari berbagai dimensi mutu layanan kesehatan
termasuk kepuasan pasien, kepuasan petugas kesehatan, dan kepatuhan petugas
kesehatan dalam menggunakan standar layanan kesehatan sewaktu memberikan
layanan kesehatan kepada pasien. Masalah mutu layanan kesehatan dapat
dikenali dengan berbagai cara antara lain:
 Melalui pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan yang sedang
melakukan layanan kesehatan.
 Melalui wawancara terhadap pasien dan keluarganya, masyarakat, serta
petugas kesehatan.
 Dengan mendengar keluahan pasien dan keluarganya, masyarakat, serta
petugas kesehatan.
 Dengan membaca serta memeriksa catatan dan laporan serta rekam
medik.
Inventarisasi masalah mutu layanan kesehatan dasar akan dilakukan
oleh kelompok. Jaminan mutu layanan kesehatan melalui curah pendapat atau
teknik kelompok nominal. Setiap anggota kelompok diminta mengemukakan
sebanyak mungkin masalah mutu layanan kesehatan. Setelah terkumpul,
masalah utu tersebut harus diseleksi untuk membedakan mana yang benar-

13
benar masalah mutu atau bukan. Seleksi dilakukan melalui klarifikasi dan
komfirmasi terhadap masalah yang terkumpul.

Klarifikasi di sini ditujukan untuk menghilangkan atau memperjelas


masalah yang belum atau tidak jelas dan untuk menghindari terjadinya masalah
mutu layanan kesehatan yang tumpang tindih. Komfirmasi maksudnya adalah
terdapatnya dukungan data untuk setiap masalah yang telah diklarifikasikan
sebagai bukti bahwa masalah mutu layanan kesehatan memang ada. Setelah
dilakukan klarifikasi dan konfirmasi, maka yang bukan masalah mutu akan
disingkirkan, sementara masalah mutu yang tersisa akan ditentukan
prioritasnya. Masalah mutu yang baik dapat digunakan sebagai bahan ajar
untuk mencari pengalaman dalam memecahkan masalah mutu layanan
kesehatan. Karakteristik masalah mutu semacam ini antara lain:
a. Mudah dikenali, karena biasanya dapat dipecahkan dengan mudah dan cepat.
b. Masalah mutu layanan kesehatan, yang menurut petugas layanan penting.
c. Masalah mutu layanan kesehatan yang mempunyai hubungan emosional
dengan petugas layanan.
2.4 Manfaat program menjaga mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Adapun manfaat dari program menjaga mutu pelayanan :
a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan
dapat di atasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan telah sesuai dengan kmajuan ilmu dan teknologi dan ataupun
standar yang telah ditetapkan.
b. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar dan ataupun yang
berlebihan. Biaya tambahan karena harus menangani efek samping atau komplikasi
karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat dihindari. Demikian pula halnya

14
mutu pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada
pelayanan yang berlebihan.
c. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan.
Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperanan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
d. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemngkinan timbulnya
gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat,
maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk
mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap penyelenggara pelayanan
kesehatan, antara lain karena ketidak puasan terhadap pelayanan kesehatan,
perlulah diselenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dari uraian ini,
mudah dipahami bahwa terselenggaranya program menjaga mutu pelayanan
kesehatan mempunyai peranan yang amat besar dalam melindungi penyelenggara
pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin mutunya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatan mutu dan
member pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas
pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan, meliputi :
a. Dimensi Kompetensi Teknis
b. Dimensi Keterjangkauan (Akses)
c. Dimensi Efektivitas d. Dimensi Efisiensi
e. Dimensi Kesinambungan
f. Dimensi Keamanan
g. Dimensi Kenyamanan
h. Dimensi Informasi
i. Dimensi Ketepatan Waktu
j. Dimensi Hubungan Antarmanusia
tetapi Dimensi yang sering digunakan:
a. Tangibles
b. Reliability
c. Responsiveness
d. Assurance
e. Empathy
Perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan. Bentuk program
menjaga mutu pelayanan kebidanan tergantung dari unsur pelayanan kesehatan yang
lebih diprioritaskan sebagai sasaran, program menjaga mutu dapat dibedakan atas 5
macam, yaitu:
a. Program menjaga mutu perspektif prospektif
b. Program Menjaga Mutu Konkuren c. Program Menjaga Mutu Retrospektif
d. Program Menjaga Mutu Internal e. Program Menjaga Mutu Eksternal
Cara mengatasi perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:
a. Quality Assurance (QA) Pelayanan Kesehatan
b. Total Quality Management (TQM)/

16
c. Manajemen Mutu Total Quality Control
d. Quality Planning
e. Quality Improvement
Manfaat program menjaga mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan Adapun manfaat
dari program menjaga mutu pelayanan :
a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
b. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan
c. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan
timbulnya gugatan hukum

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan, saran dan masukan dari pembaca demi
kelancaran dan penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Atas kritikan, saran, dan
masukan dari pembaca penulis mengucapkan terimakasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Nurmawati, 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Syafrudin.dkk.2010. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan untuk Bidan. Jakarta: Trans Info
Media

W., Nurul Eko. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Wahyuningsih, Heni Puji. 2005. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Zulvadi, Dudi. 2010. Etika & Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu

18

Anda mungkin juga menyukai