Anda di halaman 1dari 45

2017

PEDOMAN PENINGKATAN MUTU


PUSKESMAS KOTARATU
TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KOTA RATU

0
2017

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar belakang ..................................................................................... ....... 1
B. Tujuan Pedoman .......................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................................... 2
D. Batasan Operasional ..................................................................................... 2
E. Landasan Hukum ......................................................................................... 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN ............................................................... 6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................................... 6
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................................... 7
C. Jadual Kegiatan ............................................................................................. 8
BAB III STANDAR FASILITAS ....................................................................... 9
A. Denah Ruang ................................................................................................. 9
B. Standar Fasilitas ............................................................................................ 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ..................................................... 12
BAB V LOGISTIK .......................................................................................... 13
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................... 17
BAB VII KESELAMATAN KERJA ................................................................. 20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................................. 22
BAB IX PENUTUP ........................................................................................... 25

1
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan
mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap
eksis ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling
tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu
paripurna yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu
tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun
penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan
banyaknya pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan
pelayanan kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman
sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber
Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.

2
2017

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan
pelaksana pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas.
Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah
hasil sesuai dengan yang diharapkan.

C. Definisi
Mutu disebutkan sebagai kepatuhan terhadap standar yang sudah ditetapkan
atau yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan, serta stake holder
dan provider. Mutu juga berarti kesesuaian terhadap persyaratan yang
ditetapkan.

D. Dimensi mutu
Dimensi mutu meliputi :
a. Dimensi keterjangkauan atau Akses
Artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh
masyarakat
b. Dimensi Efektifitas
Layanan kesehatan harus efektif artinya, harus
mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang
ada, mencega terjadinya penyakit dan berkembang /
meluasnya penyakit yang ada.
c. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena
itu dimensi efisien kesehatan sangat penting dalam
layanan pada masyarakat
d. Dimensi Keselamatan dan Keamanan

3
2017

Dimensi keselamatan dan keamanan maksudnya


layanan kesehatan harus aman baik bagi pasien,
pemberi pelayanan maupun masyarakat sekitarnya.
Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari
risiko cedra, infeksi, efek samping atau bahaya lain
e. Dimensi Kenyamanan
Dimensi kenyamanan berpengaruh kepada
kepuasan pasien/ konsumen sehingga mendorong
pasien untuk datang berobat kembali ketempat
tersebut
f. Kesinambungan Pelayanan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya
pasien harus dapat dilayani sesuai dengan
kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan
tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi
yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai
akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi
dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan
kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat
terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya.
g. Kopetensi petugas
Dimensi kompetensi teknis menyangkut
keterampilan, kemampuan, penampilan atau kinerja
pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini
berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan
kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan
yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan,
4
2017

kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak


dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat
mengakibatkan berbagai hal, mulai dari
penyimpangan kecil terhadap standar layanan
kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat
menurunkan mutu layanan kesehatan dan
membahayakan jiwa pasien.
h. Dimensi Informasi dan Dokumentasi,
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu
memberikan informasi yang jelas tentang apa.
Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi
informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas
dan rumah sakit.

E. Ruang Lingkup Pelayanan


Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk
mencapai target baik standar maupun indikator yang lebih baik. Puskesmas adalah
suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok dan membina peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini,
adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya
peningkatan kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang ditujukan kepada semua penduduk.

5
2017

Ruang lingkup peningkatan mutu Puskesmas meliputi :


1. Penyelenggaraan Puskesmas
2. Pengorganisasian
3. Sarana Prasarana
4. Sumber Daya Manusia
5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM
6. Pelaksanaan Audit dan Evaluasi serta Pencegahaan Kejadian Tidak di
inginkan
7. Upaya perbaikan berkesinambunngan.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional,
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/ Menkes/SK/11/2004 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

6
2017

BAB II
INDIKATOR, STANDART DAN KRITERIA

Mutu pelayanan sangat terkait dengan ketersediaan INPUT, PROSES YANG


BAIK DAN BENAR, serta OUTPUT sesuai yang diharapkan. Untuk itulah harus
disusun suatu standar input, standar proses dan standar output yang selanjutnya
dilakukan monitoring , audit dan evaluasi terus menerus dalam suatu rangkaian
PDCA. Tersusunnya standar, indikator, prosedur dan daftar tilik harus dijadikan
prioritas, sebagai intrumen untuk meningkatkan mutu pelayanan. Standar
menekankan pada pemenuhan persyaratan. Prosedur merupakan penjabaran dari
standar proses yang menekankan pada tahapan yang benar dan daftar tilik
merupakan perangkat yang digunakan untuk menilai kepatuhan serta pencapaian
kegiatan.

A. INDIKATOR
Indikator adalah suatu ukuran yang menjadi rujukan suatu hasil.
Menyusun indikator menggunakan rumusan sebagai batasan dan sifatnya.
Umumnya indikator harus SMART yang merupakan singkatan dari
Spesific yaitu ukuran yang tidak bias untuk satu fenomena atau kegiatan
Measurable yaitu dapat diukur dengan kuantitas bukan kualitas
Accecible yaitu dapat dicapai
Reasonable yaitu ukuran itu masuk akal untuk dicapai
Time bound yaitu ada batasan waktu untuk pencapaian.
Penetapan indikator dapat diperoleh dari Dimensi Mutu yaitu segi Akses,
Efektifitas, Efisiensi, Kenyamanan, Kepuasan serta keselamatan
pelanggan.

7
2017

Dari aspek Input indikator bisa berupa INDIKATOR PERSYARATAN


MINIMAL, aspek output berupa INDIKATOR PENAMPILAN atau
CAPAIAN MINIMAL.

B. STANDAR
Standar adalah pernyataan yang dapat diterima untuk suatu ukuran
terhadap bahan, proses dan suatu produk barang atau jasa.
Secara umum standar dibedakan atas 3 standar yaitu :
a. Standar Input meliputi 5 M (man, money, material, machine, methode )
b. Standar Proses, tahapan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
c. Standar Output yaitu penetapan hasil atau keluaran yang dikriteriakan
dapat diterima sebagai hasil yang menjadi tujuan produk.

C. KRITERIA
Kriteria adalah spesifik dari suatu indikator, atau variabel yang ditentukan
sebagai spesifik yang diindikatorkan. Misalkan suatu indikator “waktu
tunggu pasien” kriterianya adalah waktu pasien menunggu antri
pendaftaran sampai diperiksa. Standarnya 5 menit.

8
2017

BAB III
PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan Puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam sistem


kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan demografi
dalam wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan sarana fisik
gedung yang memenuhi standar dan kemudahan akses bagi masyarakat sehingga
menghasilkan fungsional yang maksimal, untuk tercapainya visi pembangunan
kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju
Indonesia Sehat. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan
Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.

B. Organisasi

Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan


kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan
organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas dan unit struktur
ketatausahaan serta unit unit fungsional pelayanan UKP dam UKM serta
jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan pelayanan pelayanan
penunjang.

9
2017

C. VISI MISI
VISI
Visi Puskesmas Kot Ratu adalah :
Terwujutnya Puskesmas Kota Ratu yang terbaik yang mampu menyehatkan
masyarakat yang mandiri dan berkeadilan

MISI
Untuk mencapai Puskesmas Kota Ratu yang terbaik yang mampu
menyehatkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan, maka ditetapkan 7
( tujuh ) misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup


Sehat.

3. Meningkatkan kualitas SDM

4. Meningkatkan Sarana dan prasarana sesuai standar

5. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan asri

6. Membangun kemitraan dalam pelayanan kesehatan

7. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

D. KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


PUSKESMAS KOTA RATU BERTEKAD :

1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab UKP dan penanggung


jawab UKM wajib berpartisipasi dalam program dan keselamatan pasien
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

10
2017

2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan Program


mutu dan keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran
Puskesmas
3. Meningkatkan mutu pelayanan dengan Menerapkan sistem menegemen
mutu di semua tingkatan penyelenggaraan kegiatan puskesmas.
4. Memberi pelayanan yang merata dan sebaik mungkin untuk mencapai
kepuasan dan keselamatan untuk pasien serta pegawai dan terus
melakukan upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih optimal
5. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas Kota Ratu
dengan pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasi oleh wakil manajemen
mutu
E. PENETAPAN INDIKATOR
1) INDIKATOR KINERJA UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
(UKM) 2017

2)
Indikator Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Tahun
U
Puskesmas Kota Ratu Kabupaten Ende 2017

Kesehatan 1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000KH 4


Masyarakat 2. Cakupan Kunjungan ibu hamil K1 100%
KIA KB 3. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 100%
4. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 100%
5. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang 99%
Memiliki Kompetensi Kebidanan
6. Cakupan persalinan di faskes 100%
7 Cakupan ibu Nifas 100
8 Kematian Neonatal 7%
9 Angka Kelangsungan hidup bayi 7%
10 KN 1 81%
11 BBL yang di IMD 85,%
12 Cakupan Pelayanan Anak Balita 100 %
13 Cakupan Neonatal komplikasi yang ditangani 100 %
14 Kunjungan Bayi 100 %
15 KB Aktif 70%
1. Bumil mendapat FE 90%
2 Balita kurus mendapat PMT 80%
GIZI 0,43%
3 Balita gisi buruk
4 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 %

11
2017

5 Pemberian MPASI 6 – 24 bulan 100%


6 Remaja putri yang mendapat tablet tambah darah 20%
7 Bayi < 6 bulan mendapat ASI Esklusif 44%
8 Persentase bumil KEK 22,2%
9 Persentase bumil KEK mendapat PMT 65%
Penanganan Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
Penyakit 1. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA 70 %
Menular (+)
2. Angka kesembuhan penyakit TB Paru 85 %
3. RFT Rate 90 %
4. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani 100 %
5. Cakupan penderita diare yang ditangani 100 %
6. Angka Kesakitan (IR) DBD per 100.000 penduduk 12
7. Angka Kematian DBD (CFR) 0
8. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%
9. Cakupan penemuan (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun >2
10. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan 100 %
penyelidikan epidemiologi < 24 jam
KES LING 1. Jumlah Rumah yang di Inspeksi 100%
2. Jumlah Rumah yang memenuhi syarat kesehatan 100%
3 Jumlah Jamban yang di Inspeksi 100%
4. Jamban yang memenuhi syarat Kesehatan 100%
5 Jumlah KK dengan akses Jamban 100%
6 Jumlah tempat sampah yang di Inspeksi 100%
7 Tempat Sampah yang memenuhi syarat 100%
8 KK Dengan Akses Tempat Sampah keluarga 100%
9 SPAL yang di Inspeksi 100%
10 SPAL memenuhi Syarat Kesehatan 100%
11 Jumlah KK dengan akses Spal 100%
12 Jumlah Sarana air bersih di inspeksi 100%
13 Jumlah KK dengan akses sarana air bersih 100%
14 Jumlah TTU yang di Inspeksi AIR bersih 100%
15 Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan 100%
16 Jumlah TPM yang diinspeksi 100%
17 Jumlah TPM yang memneuhi syarat Kesehatan 100%

2. INDIKATOR KINERJA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN


(UKP) DAN ADMINISTRASI MANAJEMEN TAHUN 2017
12
2017

Jenis Indikator Target


No Standar
Pelayanan Jenis Uraian 2017

1 Pelayanan Input 1. Pemberi Pelayanan di Poliklinik 100 % dokter 75%


Rawat Jalan
(poliklinik) 2. Pelayanan ANC 10 T 100 % bidan 100%

3. Melakukan Konseling KB 100% bidan 100%

Proses 1. Jam buka pelayanan sesuai dengan 08.00 s/d 11.00 100%
ketentuan
Setiap hari kerja
Jum’at : 08.00 –
11.00

2. Kepatuhan hand hygiene 100 % 100%

3. Waktu tunggu rawat jalan 30 menit 100%

Output 1. Peresepan obat sesuai 100%


100 %
formularium Nasional

Outcome 1. Kepuasan pasien ≥ 75 % 82%

2 Persalinan Input 1. Ketersediaan tenaga bidan untuk 60 langkag APN 100%


pertolongan persalinan normal di
Faskes
2. Ketersediaan TIM PONED
Dokter, bidan 100%
perawat terlatih

Proses 1. Pertolongan persalinan normal Sesuai dengan APN 100


2. Pertolongan persalinan dengan
penyulit oleh dokterterlatih Sesuai dengan 100%
3. Kepatuhan hand hygiene standar PONED

Sesuai standar 100%

Output 1. Kematian ibu karena persalinan 0% 0%

Outcome 2. Kepuasan pasien ≥ 80 % 85%

3 Input 1. Kelengkapan Peralatan


≥ 80 % ≥80%
Laboratorium

13
2017

Pelayanan Proses 1. Waktu tunggu hasil pelayanan ≤ 120 menit 100%


Laboratorium laboratorium
2. Tidak adanya kejadian tertukar 100 % 100%
Sederhana
specimen 100 % 100%
3. Pemeriksaan Kimia darah
terlayani 100 % 100%
4. Pemeriksaan Darah lengkap
terlayani

Output 1. Tidak adanya kesalahan 100 % 100%


pemberian hasil pemeriksaan
laboratorium

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥ 80

4 Pelayanan Input 1. Pengelola pelayanan farmasi Sesuai standar 100%


Farmasi/obat
2. Fasilitas dan peralatan pelayanan Sesuai standar 100%
farmasi

3. Ketersediaan formularium Tersedia dan 100%


updated paling
lama 3 thn

Proses 1. Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit ≤ 30 menit

2. Waktu tunggu pelayanan obat


≤ 60 menit ≤ 60 menit
racikan

Output 1. Tidak adanya kejadian salah


100 % 100%
pemberian obat

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

5 Pelayanan Input 1. Pemberi pelayanan gizi Sesuai standart 100%


gizi 2. Ketersediaan pelayanan konsultasi
gizi Tersedia 100%

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

7 Proses 1. Waktu penyediaan dokumen ≤ 10 menit 100%


rekam medis rawat jalan

14
2017

Pelayanan Output 1. Kelengkapan pengisian rekam


rekam medik medik 24 jam setelah selesai 100 % 100%
pelayanan

2. Kelengkapan Informed Concent


setelah mendapatkan informasi 100 % 100%
yang jelas

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

8 Pengelolaan Input 1. Adanya penanggung jawab Ada Ada


limbah pengelola limbah Puskesmas

2. Ketersediaan fasilitas dan Sesuai peraturan


peralatan pengelolaan limbah perundangan 100%
Puskesmas: padat, cair

Proses 1. Pengelolaan limbah cair Sesuai peraturan


100%
perundangan

2. Pengelolaan limbah padat Sesuai peraturan


100%
perundangan

Output 1. Baku mutu limbah cair a.BOD < 30 mg/l


100%
b.COD < 80 mg/l
100%
c.TSS < 30 mg/l
100%
d.PH 6-9

9 Administrasi Input 1. Adanya dokumen mutu yang 100%


Ada
dan terkendali
manajemen
2. Pola Ketenagaan terpenuhi 100% 100%

3. Adanya daftar urutan kepangkatan


Ada Ada
karyawan

Proses 1. Ada Audit Ada Ada

2. Semua penanggung jawab dan 100% 100%


pelaksana upaya melakukan self
assesmen

15
2017

3. Ketepatan waktu pengusulan


100 % 100%
kenaikan pangkat

4. Ketepatan waktu pengurusan gaji 100%


100%
berkala

5. Ketepatan waktu penyusunan


100 % 100%
laporan keuangan

Output 1. Kelengkapan pelaporan


100 % 100%
akuntabilitas kinerja

10 Pencegahan Input 1. Tersedianya tenaga terlath


dan pencegahan penyakit
2. Peralatan sesuai standar 100% 100%
Penanggulan
gan Penyakit

Proses Penyakit menular 100% 100%

Penyakit tidak menular 100% 100%

Imunisasi 100% 100%

output Kelengkapan laporan 100% 100%

Outcam Kepuasan Pasien 100% 100%

11 Pelayanan Input 3. Ketersediaan pelayanan mobil


24 jam 100%
Mobil Puskesmas keliling
Puskesas
Proses 1. Standart K3 terpenuhi 100 % 100%
Keliling
Sebagai 2. Semua alat transportasi berfungsi 100 % 100%
“ambulans”
3. Waktu tanggap pelayanan ambulan
kepada masyarakat yang < 30 mt 100%
membutuhkan

Output 1. Tidak terjadinya kecelakaan


100 % 100%
ambulans

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

11 Pemeliharaan Input 1. Adanya Penanggung Jawab sarana SK Kapus 100%


Sarana pelayanan

16
2017

Output 1. Alat ukur dan alat laboratorium


100 % 100%
yang dikalibrasi tepat waktu

12 Pencegahan Input 1. Ketersediaan APD 80 % 100%


dan
Proses 1. Penggunaan APD saat
pengendalian 100 % 100%
melaksanakan tugas
infeksi

F. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


G. Pimpinan Puskesmas menetapkan sasaran mutu pada semua unit
(UKM,UKM dan Manajemen). Dalam mencapai Sasaran Mutu tersebut
seluruh kegiatan Puskesmas Kota Ratu dibuat dalam bentuk rencana kerja
yang berupa Rencana Kerja, Waktu Pelaksanaan, dan Anggarannya, yang
ditetapkan secara tahunan yang bersifat dinamis dan senantiasa
dikembangkan untuk mempercepat pencapaian sasaran mutu

H. Rencana Kerja tersebut dilaksanakan dengan Kerangka Acuan yang jelas,


dimonitor, dianalisa dan dilakukan tindakan penyesuaian yang diperlukan
untuk menjamin bahwa kinerja proses sesuai dengan Rencana yang telah
ditetapkan.

I. Dalam hal terjadi perubahan terhadap sistem manajemen mutu yang telah
ditetapkan maka integritas sistem manajemen mutu dalam pencapaian
Kebijakan dan Sasaran Mutu harus makin efektif.

J. Produk Pelayanan
Upaya Kesehatan Wajib esensial
Upaya kesehatan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
17
2017

1. Upaya kesehatan Masyarakat esensial dan keperawatan kesehatan


masyarakat :
a. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
c. Pelayanan KIA – KB yang bersifat UKM
d. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM
e. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
f. Pelayanan Keperawatan kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
Upaya kesehatan Masyarakat pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan yakni :
a. Pelayanan Kesehatan Jiwa
b. Pelayanan Kesehatan gigi Masyarakat
c. Pelayanan Kesehatan tradisional dan komplementer
d. Pelayanan Kesehatan Olahraga
e. Pelayanan Kesehatan Indra
f. Pelayanan Kesehatan lansia
g. Pelayanan Kesehatan lainnya

3. Upaya Kesehatan Perorangan


a. Pelayana Pemeriksaan Umum
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Pelayanan kesehatan KIA – KB bersifat UKP
d. Pelayanan Gawat darurat
e. Pelayanan gizi yang bersifat UKP
f. Pelayanan persalinan
18
2017

g. Pelayanan kefarmasian
h. Pelayanan laboratorium

BAB IV
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan. pendidikan, dan pelatihan, serta

19
2017

pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna


mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Yang dimaksud dengan
kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal
golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai
performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan
dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP)
No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan :
1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3);
2) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah,
sebaran, mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.
Untuk Puskesmas Kota Ratu, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah
sesuai, walaupun masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke jenjang yang
diharapkan. Namun masih akan terus diupayakan agar semua tenaga mencapai
kualitas seperti yg diharapkan.

B. Jumlah dan jenis tenaga Puskesmas Kotaratu

No Jenis Tenaga Standar Keadaan Gap


Kebutuhan
1 Dokter atau dokter 1 0
layanan primer
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 5
20
2017

4 Bidan 7 16
5 Tenaga Kesehatan 2 2
Masyarakat
6 Tenaga Kesehatan 1 1
Lingkungan
7 Ahli teknologi 1 2
laboratorium medik
8 Tenaga Gizi 1 2
9 Tenaga kefarmasian 1 3
10 Tenaga administrasi 3 3
11 Pekarya 2 0
Jumlah 22

B. Jadual Kegiatan Puskesmas Kota Ratu


Puskesmas Kota Ratu buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.
No. Jenis pelayanan Waktu Keterangan

1. Pelayanan Umum dan 08.00 – 11.30 WIB


Pelayanan Tindakan

2. Pelayanan Gigi 08.30 - 11.30 WIB

3. Pelayanan MTBS dan 08.00 - 11.30 WIB


Tumbuh Kembang Jadwal pelayanan
rawat jalan khusus hari
4. Pelayanan KIA / KB 08.00 - 11.30 WIB Jumat sampai jam
5. Pelayanan Konsultasi (Gizi, 08.00 - 11.30 WIB 10.30 WIB dan hari
Kesehatan Lingkungan, Sabtu sampai jam
Berhenti Merokok, Lansia) 11.00 WIB

6. Pelayanan Laboratorium 08.00 - 11.30 WIB

7. Pelayanan Obat 08.00 - 11.30 WIB

8. Pelayanan Persalinan 24 Jam

21
2017

BAB V

STANDAR SARANA PRASARANA


A.Denah Gedung dan Ruang

A. Standar Alat dan Fasilitas


Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).
Standar alat dan fasilitas terlampir. Sesuai lampiran SK Permenkes no. 75 2014

22
2017

BAB VI
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem menegemen. Dalam upaya
peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban
dari dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan
baik

1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan
pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh
fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan,
kedatangan pasien sampai dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2
unit pemeriksaan, kemudian mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam
tempat semula.

23
2017

2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien
dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien.
Dimulai dari anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai
dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan KB.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan
kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan
rujukan dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan
dari init pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan,
pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.
K. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa
pendekatan promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :
1. Upaya KIA

24
2017

Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut


pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu.
2. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta
untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,
demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit
jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus
pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
25
2017

penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama
lintas sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok
Puskesmas yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan).

Tata laksana pelayanan di Puskesmas Garung diawali di loket pendaftaran,


dimana pasien mengambil nomor urut pendaftaran.
 Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat Puskesmas
Garung.
 Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas)
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya (KTP/SIM).
 Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang
tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau
yang mengantarkan pasien dapat mengurus pendaftaran.
26
2017

 Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.

Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas pasien.


Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam medis,
pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di
depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi,
Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan, maka wajib
membayar retribusi tindakan sesuai Perda.
Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing.
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik,
maka pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang, pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk
mendapatkan resep sesuai dengan diagnosis penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan
rujukan internal ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan
Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah
Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka
pasien mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.

27
2017

BAB VII
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta


proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari
manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai
jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian
manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan
semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk
operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa
lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat
dipakai lagi.

28
2017

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :


A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar
kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya
untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan
kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekuensi barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah
barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:


a. membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan
pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program
pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium,
untuk pengadaan di Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan
(dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang
29
2017

terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan


logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi
Kabupaten berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan
barang, yang sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang
harus dicek kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja
(SPK)atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO

Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan


(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan
tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa
mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling
uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang
(Pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa


keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
30
2017

1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi


kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam


penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain :

1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.


2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi
manajemen , memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.

Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas


adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital,
esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut
termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu
kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata
penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara
empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :

1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan


2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)

31
2017

Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima
oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode
tersebut.

Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO),
manan yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus
dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian

Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung


akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :

1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan


kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau
pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan

Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang


atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang
berlaku, penghapusan barang diperlukan karena :

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali


2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur
ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
32
2017

4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain

Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :

1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam


2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan
harus disetor ke kas Negara.

Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan,


yang tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.

BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN

33
2017

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan


tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui
pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian
Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien
dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.

Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.,


meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas,
terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD (kejadian tidak diharapkan).

Sistem Patient Safety

 Assesment Resiko

 Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien

 Pelaporan dan analisa insiden

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko


Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada


pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission)
ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang

34
2017

tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi
yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.

Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)

Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau


tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt
mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena
pencegahan**), atau karena peringanan***).

Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan antidotum-nya

Tujuh standar keselamatan pasien

1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan
pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas menjamin
keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus mendisain

35
2017

proses baru atau memperbaiki prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan
mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan
menjamim berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan
mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji
efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dengan keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Tujuh langkah menuju kesematan pasien

36
2017

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien:Ciptakan kepemimpinan


dan budaya yang terbuka dan adil,
2. Pimpin dan dukung staf anda:Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien,
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko:Kembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang potensial
bermasalah,
4. Kembangkan sistem pelaporan:Pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden, serta Puskesmas mengatur pelaporan
kepada KKPRS,
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien:Kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien,
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: dorong staf
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:Gunakan
infromasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
sistem pelayanan.

BAB IX

37
2017

KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan
di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang.
Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di
atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan diPuskesmas, para
pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan
listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
Puskesmas atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi;
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
38
2017

7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut
dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan
penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan
dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas /
instansi kesehatan.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu
K3 Puskesmas perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas
lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di
Puskesmas, baik bagi pengelola maupun karyawan Puskesmas.
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,
dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat
mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan ( malpraktek) serta mengurangi
penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja. Proses manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja laboratorium seperti proses manajemen umumnya adalah
penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan
dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan / peramalan, dilanjutkan
dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, menganalisa data, fakta dan
informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi berikutnya adalah
fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian penempatan staf, pendanaan
serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi pengawasan yang meliputi
penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.

BAB X
PENGENDALIAN MUTU
39
2017

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu
pada pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga
kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen
kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu
pada upaya peningkatan mutu.

Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat
oleh mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal
yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin
dapat mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting.
Definisikan secara operasional masalah yang dipilih,

40
2017

misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi


merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa masalah sudah
terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan
masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.

Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok


Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya
dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang
sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan
data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab
yang paling dominan.
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan,
dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang
diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria
lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:


a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan
tujuan dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa,
dimana, dan bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan
penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan
41
2017

adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini harus sudah
diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk memantau keberhasilan
pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap masalah
atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan sebagai
kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan
pelajaran yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan
proses solusi, atau hentikan, atau ulang kembali tindakan dari awal dengan
tujuan melakukan modifikasi”.

Di Puskesmas Garung kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen


berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen
sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self
assessment untuk pengendalian mutu pelayanan. Adapun jadwal terlampir :

JADWAL KEGIATAN PUSKESMAS KOTA RATU

42
2017

NO. KEGIATAN WAKTU KETERANGAN


Dilaksanakan
1. Audit Internal I MEI – JUNI 2017
bergantian
Pembahasan hasil Audit Seluruh karyawan
2. Mei 2017
Internal puskesmas
Seluruh karyawan
3. RTL dari Audit Internal Mei – Juli 2017
puskesmas
4. Cek dokumen yang kurang Mei – Juli 2017 Semua Tim Akreditasi
Seluruh karyawan
5. Tinjauan Manajemen Agustus 2017
puskesmas
6. Self Assesment September 2017 Semua Tim Akreditasi
7. Audit Eksternal

BAB XI

43
2017

PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau


pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan
banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal
jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan
tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi
rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan
standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan
pengendalian mutu pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan
fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses
pelayanan maupun sumberdaya yg digunakan.

44

Anda mungkin juga menyukai