Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN INDIKATOR MUTU

PUSKESMAS WANGISAGARA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional


yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Salah satu program pembangunan kesehatan adalah
Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan
meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya
kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan yang harus dilakukan
secara terpadu dan berkesinambungan sehingga tercapai tujuan secara
optimal.
Puskesmas merupakan institusi pelayanan kesehatan, disamping
berfungsi memberi pelayanan tetapi juga melakukan penyuluhan dan
pendidikan pada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi yang kompleks ini
Puskesmas memerlukan sumber daya yang handal dan profesional dengan
melibatkan berbagai disiplin ilmu dan kepakaran bekerja secara kolaborasi
dan terpadu untuk mencapai pelayanan yang bermutu.
Pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam
menentukan mutu pelayanan Puskesmas, tulang punggung dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan kesehatan
diberikan secara berkesinambungan dan berada dalam berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut pelayanan Puskesmas
mempunyai kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya
program-program yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pelayanan Puskesmas yang bermutu merupakan keinginan dari
setiap individu dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan,
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu
pelayanan yang dikatakan bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa
peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting, yang dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi
input, proses dan output / outcome.
Untuk mencapai tujuan tersebut Puskesmas Wangisagara telah
menyusun rencana strategis yang memuat program-program pembangunan
kesehatan yang telah ditetapkan. Penilai mutu pelayanan Puskesmas
dilakukan melalui penilai mutu internal oleh Puskesmas dan Dinas
kesehatan Kabupaten Bandung dan penilaian mutu eksternal pelayanan
Puskesmas melalui survey akreditasi Puskesmas. Puskesmas Wangisagara
sejak tahun 2019 telah terakreditasi dengan predikat utama sehingga perlu
dilakukan pengembangan dalam upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas. Dalam hal ini, Puskesmas
Wangisagara merasa perlu untuk menyusun panduan indikator mutu
pelayanan. Penyusunan indikator dilakukan berdasarkan prioritas masalah
yang menjadi isu dan sering terjadi dalam pelayanan Puskesmas.
Indikator mutu yang disusun merupakan indikator mutu minimal yang
dapat dilaksanakan oleh Puskesmas. Indikator tersebut meliputi : Pelayanan
unit/program/administrasi, Keselamatan pasien (patient safety) dan program
perlindungan infeksi.

II. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Terpantaunya pelayanan Puskesmas yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan dipahaminya konsep mutu pelayanan
2. Sebagai panduan dipahaminya indikator mutu pelayanan
3. Diterapkannya indikator mutu dalam pelaksanaan pelayanan
Puskesmas
4. Dapat ditetapkan tingkat kualitas pelayanan Puskesmas
III. RUANG LINGKUP PEDOMAN INDIKATOR MUTU

Ruang lingkup panduan indikator mutu pelayanan Puskesmas


meliputi: konsep mutu, indikator mutu yang terdiri dari: Pelayanan
unit/program/administrasi, Keselamatan pasien (patient safety), program
perlindungan infeksi, dan pengetahuan serta cara pengukurannya.
Sebagai pemahaman yang melandasi, pada lampiran diuraikan juga
teori ringkas setiap indikator, profil indikator dan contoh-contoh pengukuran
setiap indikator.

IV. DASAR HUKUM

1. Peraturan Menteri Kesehatan no 27 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas


peraturan menteri kesehatan nomor 46 tahun 2015 tentang akreditasi
puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik
mandiri dokter gigi tentang akreditasi puskesmas, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap mutu secara berkala, yang dapat digunakan untuk
menetapkan kebijakan pengembangan atau peningkatan mutu Puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan no. 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien
3. Peraturan Menteri Kesehatan no. 27 tahun 2017 tentang Program
perlindungan infeksi
4. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung No.
440/24704/Dinkes tentang Penetapan Indikator Mutu dan Indikator Kinerja
Puskesmas di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2020
BAB II
INDIKATOR MUTU PUSKESMAS

I. PENGERTIAN MUTU
Mutu adalah Kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode
etik profesi yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan Puskesmas merupakan
komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi
kepada klien. Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan
sebagai berikut, mutu adalah:

1. Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)


2. Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
3. Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang
dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
4. Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
5. Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)

Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan


diterapkan di Puskesmas melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:
● Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari
waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan
standar profesional.
● Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar
operasional
● Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang
kompetitif
● Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh
Puskesmas.

Mengelola mutu Puskesmas relatif sulit karena hasil pelayanan


bersifat unik dan dipengaruhi oleh sejumlah aktivitas, perilaku/perbuatan,
keperluan, teori serta konsep-konsep yang tercakup dalam pelayanan.
Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan
Puskesmas yang harus menjadi perhatian utama pada setiap organisasi
Puskesmas yaitu: pasien/masyarakat, praktisi dan profit/pembiayaan.
Untuk area pasien/masyarakat, mutu digambarkan dengan pelayanan,
praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja, serta profit digambarkan
dengan pembiayaan atau anggaran Puskesmas.

II. INDIKATOR MUTU


A. Pengertian
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau
kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator status
nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu
kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur
perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah
variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak
langsung.
Indikator adalah variabel ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui
adanya perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan
target/standar/nilai yang telah ditentukan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa
indikator mutu adalah suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas pelayanan dan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
B. Karakteristik
Indikator harus sensitif dan spesifik, biasanya digunakan untuk
mengukur keberhasilan kinerja seseorang atau kelompok atau organisasi
tertentu. Indikator dapat mengukur kinerja misi, sasaran, program dan
kegiatan. Indikator dapat mengukur pencapaian target kinerja/mutu.
Indikator juga sebagai wujud akuntabilitas pengukuran kinerja.

C. Pertimbangan dalam memilih indikator yang prioritas


Dalam memilih indikator yang prioritas Puskesmas Wangisagara
menetapkannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dipersyaratkan peraturan perundangan
2. Ketersediaan data
3. Melalui analisa High risk, high cost, high volume, problem prone
4. Konsensus
5. Dipersyaratkan pelanggan/pasien

III. PROFIL INDIKATOR MUTU

Profil Indikator Mutu Puskesmas disusun berdasarkan pertimbangan dalam


memilih indikator prioritas. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka disusunlah
Profil Indikator Mutu Nasional, Profil Indikator Puskesmas (pelayanan UKP, UKM,
Admen), Profil Indikator Keselamatan Pasien dan Profil Indikator PPI yang terinci
sebagai berikut :

a. Profil Indikator Nasional Mutu

POLI KIA–KB

Judul Indikator Pelayanan ANC sesuai dengan prosedur

Dasar Pemikiran Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, masa sesudah persalinan
Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang pusat kesehatan
masyarakat Buku acuan APN JNPK-KR tahun 2002 ( pemeriksaan
ANC minimal dilakukan selama 4 x selama kehamilan TM I 1x , TM
II 2x , TM III 2x )
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Agar Pelayanan ANC sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, sehingga dapat mendeteksi dini resiko pada ibu hamil.
Definisi Operasional
Tersedianya pelayanan ANC sesuai prosedur ( 10 T)

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC sesuai dengan
prosedur
Denominator (penyebut) Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Kriteria Ekslusi : -
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di luar Puskesmas

Formula Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC sesuai dengan prosedur

X 100%
Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC

Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)


Data
Sumber Data Rekam medis
Instrumen Pengambilan
Form Instrumen pelayanan ANC sesuai dengan prosedur
Data
Frekuensi Pengumpulan Harian
Data
Periode Pelaporan Data Bulanan, Tahunan
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan
Penyajian Data Tabel
Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang KIA

b. Profil Indikator Mutu Puskesmas

POLI GIGI
Judul Indikator tidak ada kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
3. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(Covid-19)
4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan tindakan pencabutan
gigi susu
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai
dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar
dapat menjamin keselamatan pasien dengan cara mengurangi
risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan pencabutan gigi
susu.
2. Mengukur hasil capaian tidak adanya kejadian infeksi pasca
pencabutan gigi susu.
Definisi Operasional 1. Gigi susu atau gigi sulung adalah gigi yang pertama sekali
erupsi, umumnya gigi susu erupsi dari usia 6 (enam) bulan
sampai dengan 2 (dua) tahun. Jumlah gigi susu sebanyak
10 (sepuluh) gigi di rahang atas dan 10 (sepuluh) gigi pada
rahang bawah. Terdiri dari 4 (empat) gigi seri di rahang
atas, 4 (empat) gigi seri di rahang bawah, 2 (dua) gigi
taring di rahang atas, 2 (dua) gigi taring di rahang bawah, 4
(empat) gigi geraham di rahang atas dan 4 (empat) gigi
geraham di rahang bawah. Semua gigi susu ini akan
digantikan oleh gigi permanen.
2. Pencabutan gigi susu adalah tindakan medis gigi yang
dilakukan untuk mengeluarkan gigi susu dari soketnya.
Biasanya dilakukan bila gigi susu sudah goyang akibat
tekanan daya erupsi dari gigi permanen. Pencabutan gigi
susu juga dilakukan untuk keperluan perawan ortodonti
dan untuk keperluan yang lain.
3. Pencabutan gigi susu dilakukan dengan menggunakan
topical anastesi dan juga injeksi anestesi local.
4. Infeksi pasca pencabutan gigi susu adalah terjadinya
kejadian infeksi akibat tindakan medis pencabutan gigi
susu pada pasien yang ditandai dengan tanda-tanda
infeksi sebagai berikut :
- Color (Demam)
- Dolor (nyeri)
- Rumor (Mucosa atau daerah lokasi pasca pencabutan
gigi berwarna kemerahan)
- Tumor (Pembengkakan)
- Fungsi laesia (Gangguan fungsi di sekitar daerah
pencabutan gigi).
5. Monitoring pasca pencabutan gigi susu adalah monitoring
yang dilakukan setelah dua puluh empat jam atau lebih
pasca pencabutan gigi susu dengan menghubungi pasien
melalui Whats up dan menanyakan kondisi pasien untuk
mengetahui ada tidaknya kejadian infeksi.
6. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah tenaga
medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan gigi.
7. Observer adalah orang yang paham dan memiliki
kompetensi untuk melakukan pengukuran indikator tidak
ada kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu dengan
metode dan tool yang telah ditentukan.
8. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam
satu periode pengamatan
9. Peluang adalah indikasi infeksi pasca pencabutan gigi
susu dalam 15 menit periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Jumlah kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu
(pembilang)
Denominator Jumlah semua pencabutan gigi susu dalam satu periode
(penyebut) pengamatan/observasi.
Target Pencapaian ≥ 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh pasien yang dilakukan pencabutan gigi susu yang
dapat dihubungi dengan media what up dan atau melakukan
kunjungan ulang ke Puskesmas.
Kriteria Ekslusi :
Pasien pencabutan gigi susu yang tidak dapat di monitor atau
di hubungi oleh karena tidak ada nomor WA atau tidak ada
kunjungan ulang ke Puskesmas.
Formula Jumlah kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu
x
100% Jumlah semua pencabutan gigi susu dalam satu
periode pengamatan/observasi
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen 1. Form instrumen kepatuhan kebersihan tangan
Pengambilan Data 2. Form instrumen kepatuhan APD
3. Form daftar tilik SOP pencabutan gigi susu
4. Form monitoring pencabutan gigi susu
Besar Sampel Semua kunjungan pasien pencabutan gigi susu
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang Gigi

UNIT PENDAFTARAN

Judul Indikator
Kelengkapan pengisian rekam medis
Dasar Pemikiran Permenkes no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Agar semua unit pelayan melengkapi pengisian rekam medis
yang berkaitan dengan pelayanan yang mereka lakukan
sehingga terciptanya tertib administrasi yang bermanfaat untuk
kelancaran pelayanan kesehatan.

Definisi Operasional Rekam medis adalah (Medical Record) adalah rekaman atau
catatan tentang siapa, apa, mengapa,
bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan
kepada pasien selama masa perawatan. 
Pengisian kelengkapan rekam medis meliputi :
Identitas pasien (nama, alamat, no NIK, no RM)
Pengisian pengkajian awal pasien
Pengisian SOAP pada rekam medik
Adanya autentifikasi dari periksa (dokter dan paramedik)

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah sampel rekam medis yang terisi lengkap


(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh sampel
(penyebut)
Target Pencapaian 95 %
Kriteria: Kriteria Inklusi : seluruh rekam medis sesuai besar sampel
Kriteria Ekslusi : rekam medis di luar sampel

Formula Jumlah sampel rekam medis yang terisi lengkap


x 100%
Jumlah seluruh sampel rekam medis

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Form instrumen kepatuhan Rekam medis
Pengambilan Data
Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah rekam medis pada semua
kunjungan pelayanan dengan menggunakan metode Sampel
kalkulator
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Jawab Penanggung jawab Rekam medis

POLI UMUM
Judul Indikator Pengkajian awal klinis sesuai standar

Dasar Pemikiran
1. KMK no. 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktis Klinis
untuk Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
Pertama
2. Kelengkapan yang ada pada data pengkajian awal sangat
menentukan proses rencana terapi yang diberikan pada
pasien
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Untuk mengkaji kondisi pasien secara lengkap untuk


meminimalkan risiko kesalahan dalam proses terapi

Definisi Operasional Data pengkajian awal klinis dilakukan secara lengkap sesuai
dengan standar
Sesuai dengan SOP Pengkajian Awal Klinis meliputi :
1. Anamnesa penyakit

2. Keluhan utama

3. Keluhan tambahan

4. Riwayat penyakit terdahulu

5. Riwayat penyakit dalam keluarga

6. Menanyakan lamanya sakit.

7. pengobatan yang sudah didapat

8. pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital dan


jika diperlukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.

Jenis Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli
(pembilang) umum yang dilakukan kajian awal secara lengkap
Denominator Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli
(penyebut) umum yang dilakukan kajian awal
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Kunjungan pasien di pelayanan pemeriksaan umum yang
dilakukan proses pengkajian awal klinis
Kriteria Ekslusi :
Kunjungan yang tidak menghadirkan pasien

Formula Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
dilakukan kajian awal secara lengkap
X 100%

Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
dilakukan kajian awal
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Form instrumen pengkajian awal klinis sesuai standar
Pengambilan Data
Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah rekam medis pada
kunjungan pelayanan pelayanan umum dengan
menggunakan metode sampel kalkulator
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang pelayanan umum

UNIT LABORATORIUM

Judul Indikator
Waktu tunggu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium

Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun


2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat ( karena di dalam PMK 37 Tahun 2012 ditentukan
standar jenis pelayanan laboratorium di Puskesmas dan mengambil
target 60 % yaitu menyesuaikan target PKP )

Dimensi Mutu Efektif dan efisien


Tujuan 1. Agar petugas mematuhi waktu tunggu penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium
2. Kepuasan pasien
Definisi Waktu tunggu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium adalah
Operasional waktu yang dibutuhkan petugas laboratorium dari mulai pengambilan
spesimen pasien sampai selesai melakukan pemeriksan spesimen
dan menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Adapun waktu tunggu dari pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut :
1. Waktu tunggu pemeriksaan Hematologi rutin 10-20 menit.
2. Waktu tunggu pemeriksaan Kimia darah 20 menit
3. Waktu tunggu pemeriksaan serologi 20 menit
4. Waktu tunggu pemeriksaan urin rutin 15 menit
5. Waktu tunggu pemeriksaan feses rutin 1 jam
6. Waktu tunggu pemeriksaan BTA 2 jam
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah seluruh pasien yang pemeriksaan laboratoriumnya sesuai
(pembilang) dengan waktu tunggu penyerahan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diperiksa
(penyebut)
Target
100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Pemeriksaan Hematologi rutin, Kimia darah, serologi, urin rutin,
feses, BTA

Kriteria Ekslusi : -
Pemeriksaan lain diluar pemeriksaan kriteria inklusi

Formula Jumlah seluruh pasien yang pemeriksaan laboratoriumnya sesuai dengan waktu
tunggu penyerahan
X 100%
Jumlah seluruh pasien yang diperiksa

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil rekapitulasi jenis pemeriksaan laboratorium
Instrumen Form rekapitulasi jenis pemeriksaan laboratorium
Pengambilan
Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Penanggung jawab Ruangan Laboratorium
Jawab

UNIT FARMASI

Judul Indikator Ketersediaan obat sesuai dengan formularium puskesmas


Dasar Sesuai dengan permenkes 74 tahun 2016 tentang Standar
Pemikiran Pelayanan Kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat ( karena
untuk mengetahui persentase ketersediaan obat di Puskesmas ,
sehingga dapat mencukupi kebutuhan pasien di Puskesmas
Wangisagara ).
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk mengetahui ketersediaan obat di puskesmas selama periode
berjalan
Definisi Ketersediaan obat sesuai dengan formularium puskesmas adalah
Operasional jumlah obat yang tersedia atau pernah ada selama periode bulan
berjalan dibandingkan total jumlah obat yang ada dalam
formularium puskesmas )selama periode bulan berjalan
dibandingkan total jumlah obat yang ada dalam formularium
Puskesmas
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Jumlah obat yang tersedia di puskesmas
(pembilang)
Denominator
Jumlah obat yang ada dalam formularium puskesmas
(penyebut)
Target
> 80%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Obat-obat yang tersedia di puskesmas dalam bulan berjalan sesuai
formularium Puskesmas Kriteria Ekslusi :
Obat - obat yang tidak termasuk dalam daftar formularium
Puskesmas
Formula Jumlah obat yang tersedia di puskesmas
x 100%
Jumlah obat yang ada dalam formularium puskesmas

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Form ketersediaan obat dengan formularium puskesmas
Instrumen
Pengambilan Form ketersediaan obat dengan formularium Puskesmas
Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Penanggung jawab mutu UKP
Jawab

POLI ANAK/MTBS

Judul Indikator Semua anak umur 2 bulan – 5 tahun dilakukan kajian MTBS

Dasar Pemikiran Buku bagan MTBS dan tahun 2015


Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk memastikan semua anak umur 2 bulan – 5 tahun dikakukan
kajian MTBS ketika berkunjung ke layanan, sehingga keluhan
keluhan yang ada pada anak bisa terdeteksi dan ditindak lanjuti.

Definisi Anak umur 2 bulan- 5 tahun pada saat mereka berobat ke poli anak
Operasional dilakukan kajian MTBS sesuai dengan bagan.
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang dilakukan kajian MTBS
(pembilang)
Denominator
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang berkunjung ke poli MTBS
(penyebut)
Target
100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :Pasien usia 2 bulan – 5 tahun
Ekslusi : -

Formula Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang dilakukan kajian MTBS
X 100%
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang berkunjung ke poli MTBS

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Pengambilan Rekam medik
Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Penanggung jawab Ruangan Poli Anak
Jawab

UNIT GIZI

Judul Indikator Kepatuhan petugas terhadap prosedur konseling gizi balita

Dasar Pemikiran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23
TAHUN 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien

Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas terhadap prosedur konseling


gizi balita
Definisi Operasional Konseling gizi yaitu : suatu proses komunikasi dua arah antara
konselor dan pasien atau klien untuk membantu pasien atau
klien mengenali dan mengatasi masalah gizi
Balita yaitu semua anak usia 0-59 bulan

Jenis Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator
Jumlah balita yang mendapat konseling gizi sesuai prosedur
(pembilang)
Denominator
Semua balita yang mendapat konseling gizi
(penyebut)
Target Pencapaian 90%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua kunjungan balita ke puskesmas yang dirujuk ke Unit Gizi
Kriteria ekslusi :
Semua kunjungan balita ke puskesmas yang tidak dirujuk ke
Unit Gizi
Formula Jumlah balita yang mendapat konseling gizi sesuai prosedur X 100%
Semua balita yang mendapat konseling gizi

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data
Sumber Data - Rekam medik
- Register konseling gizi
- Observasi
Instrumen
Instrumen kepatuhan prosedur konseling gizi balita
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Jawab Penanggung jawab mutu UKP

UNIT TB/DOTS

Judul Indikator Cakupan kunjungan rumah pasien kasus TB Positif Sesuai


Standar
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas
3. Angka kunjungan rumah pasien TB Positif Semua Kasus
minimal 90% yang ada di wilayah Puskesmas Wangisagara.
Dimensi Mutu Efisien, Efektif, Keselamatan
Tujuan Untuk mengetahui jumlah cakupan kunjungan rumah pasien
kasus TB Positif sesuai standar
Definisi 1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit
Operasional menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
2. Kunjungan rumah adalah mendatangi rumah pasien kasus
TB Positif dengan harapan pasien TB Positif tidak berhenti
atau putus meminum obat TB dan meningkatkan kepatuhan
serta menurunkan angka kejadian drop out pasien TB.
3. Kasus TB Positif adalah penyakit infeksi yang terutama
menyerang penyakit paru – paru dan menimbulkan
penularan melalui udara waktu seseorang dengan TB aktif
pada waktu aktif bersin dan berbicara, dengan hasil
pemeriksaan laboratorium mikroskopis atau TCM Positif.
Jenis Indikator Hasil
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Jumlah kunjungan rumah pasien TB Positif sesuai standar pada
(pembilang) tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas
Denominator Jumlah semua kasus TB Positif pada tahun berjalan di wilayah
(penyebut) kerja Puskesmas
Target Pencapaian 90%.
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien TB Positif di wilayah kerja Puskesmas
Wangisagara pada tahun berjalan
Kriteria Eksklusi:
Pasien TB Positif di luar wilayah kerja Puskesmas Wangisagara
Formula Jumlah kunjungan rumah pasien TB Positif sesuai standar pada
tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas
--------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah semua kasus TB Positif pada tahun berjalan di wilayah kerja
Puskesmas

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data
Sumber Data Hasil observasi dan Formulir :
TB.01, TB.02, TB.04, TB.05, TB.06
Instrumen Formulir Cakupan kunjungan rumah pasien kasus TB Positif
Pengambilan Data sesuai standar
BesarSampel semua kasus TB Positif pada tahun berjalan di wilayah kerja
Puskesmas
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
•Grafik
Penanggung Jawab Penanggungjawab Program TB

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UNIT PTM)

Judul Indikator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
berobat dilakukan screening di Poli PTM
Dasar Pemikiran Permenkes no 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien


Tujuan Untuk memastikan pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama
kali berobat dilakukan screening di Poli PTM

Definisi Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
Operasional berobat dilakukan screening di Poli PTM. Screening yang
dilakukan adalah pengukuran tinggi badan,berat badan, lingkar
perut, tekanan darah, pemeriksaan gula darah.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
(pembilang) berobat di Poli PTM
Denominator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
(penyebut) berobat dilakukan screening di Poli PTM
Target
100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi
Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
berobat di Poli PTM
Ekslusi : -

Formula Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat di Poli PTM
x 100%
Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat dilakukan
screening di Poli PTM

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Pengambilan Rekam medik
Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel
Penanggung Penanggung jawab program PTM
Jawab

INDIKATOR MUTU ADMEN

Judul Indikator Ketepatan pengumpulan laporan bulanan dibawah tanggal 5

Dasar Pemikiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang


Disiplin ASN
2. Peraturan Walikota Palembang Nomor 33 tahun 2020
tentang Mengatur disiplin dan kepatuhan pegawai
NPNSD
Dimensi Mutu Ketepatan dan Efisiensi
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan staf dalam mengumpulkan
laporan dan data sehingga dapat meningkatkan
efektifitas Pengawasan dan Pengendalian terhadap
pemberi layanan kesehatan sebagai dasar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan.

Definisi Operasional 1. Ketepatan pengumpulan laporan di bawah tanggal lima


adalah upaya Puskesmas meningkatkan disiplin dan
efektivitas ketepatan waktu sebagai dasar untuk
meningkatkan kinerja staf Puskesmas sehingga data
dan laporan dapat dikumpulkan ke Dinas Kesehatan
tepat waktu dan dapat memonitoring dan
mengendalikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Tepat waktu dalam pengumpulan laporan adalah
laporan pemegang program yang dikumpulkan sebelum
tanggal 5 pada setiap bulan.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Seluruh laporan bulanan yang dikumpulkan di Tata Usaha
(pembilang) sebelum tanggal 5 setiap awal bulan
Denominator Seluruh laporan
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inkluisi
Semua laporan bulanan rutin yang harus dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap bulannya
Kriteria Eklusi
Laporan yang di luar laporan rutin bulanan
Formula Jumlah seluruh laporan bulanan yang dikumpulkan di Tata Usaha
sebelum tanggal 5 setiap awal bulan
X 100%
Jumlah seluruh laporan

Desain Concurrent (Survei Bulanan)


Pengumpulan Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Buku Ekspedisi pengumpulan laporan dari pemegang Program
Pengambilan Data kepada staf Tata Usaha
Besar Sampel Semua Laporan Bulanan dari pemegang Program
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data •Tabel

Penanggung Jawab Penanggung jawab mutu ADMEN

c. Profil Indikator Keselamatan Pasien

Judul Indikator Kepatuhan kebersihan tangan


Dasar 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
Pemikiran
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
3. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh pemberi
pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai dengan ketentuan
WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat menjamin
keselamatan pasien dengan cara mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Definisi 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
Operasional menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau
terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak tampak kotor.
2. Kebersihan tangan dilakukan dengan 5 indikasi (Five moments)
menurut WHO dan 5 indikasi sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
3. Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah menurut
WHO.
4. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah penilaian
kepatuhan terhadap petugas yang melakukan kebersihan tangan
sesuai dengan indikasi yang terdiri dari :
a. Sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum menyentuh
pasien (permukaan tubuh atau pakaian pasien).
b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
pasien (permukaan tubuh atau pakaian pasien ).
c. Sebelum melakukan prosedur aseptik contoh: Pemasangan
intravena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan kateter
urin, suctioning, pemberian suntikan dan lain lain
d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain, dan setelah
melepas sarung tangan
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain
yang digunakan pasien, kertas/lembar untuk menulis yang
ada di sekitar pasien.
f. Melepas sarung tangan steril
g. Melepas APD
h. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek
termasuk peralatan medis
i. Setelah melepaskan sarung tangan steril.
j. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.
5. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah semua tenaga
medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan/perawatan pasien serta tenaga penunjang yang bekerja
sebagai cleaning service, pemulasaran jenazah, sopir ambulan,
dan tenaga penunjang yang kontak erat dengan pasien /
spesimen.
6. Observer adalah orang yang paham dan memiliki kompetensi
untuk melakukan penilaian kepatuhan kebersihan tangan dengan
metode dan tool yang telah ditentukan.
7. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam satu
periode pengamatan
8. Peluang adalah indikasi kebersihan tangan dalam 15 menit
periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi
(pembilang)
Denominator Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan dalam
(penyebut) satu periode pengamatan/observasi.
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan/ perawatan pasien serta tenaga penunjang yang bekerja
sebagai cleaning service, pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan
tenaga penunjang yang kontak erat dengan pasien/spesimen yang
akan di observasi

Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi
x 100%
Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan dalam
satu periode pengamatan/observasi
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan
Data
Periode Triwulanan, Tahunan
Analisis Data
Penyajian •Tabel
Data • Control chart •Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab

d. Profil Indikator Mutu PPI

Judul Indikator Abses Gigi


Dasar 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi terbesar masalah gigi
Pemikiran adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%), masalah kesehatan
mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi
bengkak (abses) (14%).
2. KMK 62 tahun 2015
3. Permenkes 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Keselamatan, Efektif dan Efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi pasca
tindakan pelayanan gigi yang terjadi abses.
2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan pelayanan gigi.
Definisi Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi,
Operasional disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar
gigi maupun di gusi ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit
saat mengunyah dan menggigit, sakit gigi menyebar ke telinga,
rahang, dan leher, bau mulut, kemerahan dan pembengkakan pada
wajah. Abses gigi menjadi indikator surveilans pada kasus sesuai
kriteria HAIs (tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak ditemukan
tanda tanda abses).
Jenis Indikator Output
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus abses gigi
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial incisional pada area gigi
(penyebut) dan jaringan periodontal.
Target < 2%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
1. Semua pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan
jaringan periodontal akibat tindakan Superficial incisional.
2. Semua pasien yang teridentifikasi abses gigi.

Kriteria Eksklusi:
1. Pasien sudah terjadi abses gigi sebelum tindakan gigi
dilakukan.
2. Pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan jaringan
periodontal di FKTP lain.
Formula Jumlah kasus abses gigi x 100%
Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial Incisional
pada area gigi dan jaringan periodontal

Desain Prospectif dan Retrospectif


Pengumpulan
Data
Sumber Data Primer dan Sekunder
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel Total Populasi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Tahunan
Pelaporan
Data
Periode Triwulanan, Tahunan
Analisis Data
Penyajian •Tabel
Data •Grafik
•Run chart
Penanggung Koordinator PPI
Jawab
BAB III
PENGUKURAN, VALIDASI DAN ANALISA INDIKATOR MUTU PELAYANAN
PUSKESMAS

Indikator mutu yang sudah disusun kemudian ditetapkan pimpinan Puskesmas lalu
diimplementasikan, dicatat, diukur, divalidasi kemudian dianalisa dan dimonitoring serta
dievaluasi dan didokumentasikan.

A. Pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengukur data indikator berdasarkan definisi


operasional indikator sehingga didapatkan data denominator dan nominator. Ditetapkan
kebijakan dan prosedur pengukuran indikator mutu di Puskesmas Wangisagara. Untuk
mengukur indikator mutu maka penting adanya instrumen. Kemudian ditetapkan petugas
yang melakukan pengukuran indikator.

B. Validasi

Validasi dilakukan untuk menjamin data indikator akurat/sahih agar dapat digunakan
untuk dasar pengambilan keputusan, perubahan kebijakan, perbaikan dan memberikan
informasi pada masyarakat.

Validasi dilakukan jika :


0. terdapat indikator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan
1. terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat melalui media
informasi yang ditetapkan.
2. terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain : perubahan
numerator atau denominator, perubahan metode pengumpulan, perubahan sumber
data, perubahan subjek pengumpulan data, perubahan definisi operasional dari
indikator.

Validasi data dapat dilakukan terhadap :


3. sumber data
4. definisi operasional numerator dan denominator
5. membandingkan hasil pengukuran ulang dengan sumber data yang sama atau
6. membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan sumber data yang lain
untuk mencocokkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.
Ditetapkan kebijakan dan prosedur validasi indikator mutu di Puskesmas Wangisagara.
Kemudian ditetapkan petugas yang melakukan validasi.

C. Analisa

Analisis data adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu data menjadi
informasi sehingga data tersebut menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk digunakan
menemukan solusi dari permasalahan .

Teknik analisa data yang digunakan :

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Merupakan teknik analisis yang berfokus pada informasi non numerik dengan
asas filsafat positivisme. Pada penggunaan teknik analisis kualitatif ini lumrahnya
membahas secara konseptual terhadap suatu permasalahan dan tidak terganggu
dengan data-data angka. Beberapa jenis teknik analisis data kualitatif, yakni: 

▪ analisis konten, 

▪ analisis naratif, 

▪ analisis wacana, 

▪ analisis kerangka kerja, dan 

▪ teori beralas.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Merupakan kegiatan analisis data yang mengolah data-data numerik seperti


penggunaan data statistik, data hasil survei responden, dan lain sebagainya. Sama
halnya dengan teknik analisis data kualitatif, pada analisis data kuantitatif juga
terdapat beberapa jenisnya, yakni analisis data kuantitatif deskriptif dan analisis data
kuantitatif inferensial.

Untuk pengukuran indikator jenis proses seperti kepatuhan petugas, pengukuran


dilaksanakan setiap bulan oleh sesama petugas Poli/Unit/Program yang terkait, kemudian
setiap evaluasi tiga bulan atau enam bulan atau setiap data mau ditampilkan maka di
validasi oleh petugas tim mutu. Untuk pengukuran jenis output/outcome pengukuran
dilakukan oleh petugas di poli/unit/ruang/program dan validasi dilakukan petugas tim mutu.
Setiap akhir tahun anggaran atau paling lama awal tahun anggaran berikutnya
dilakukan evaluasi indikator mutu secara menyeluruh untuk menyusun dan menetapkan
indikator mutu pada tahun berikutnya.
BAB IV

PENUTUP

Tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau


pelayanan yang bermutu tinggi menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan Puskesmas dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diberikan sesuai
dengan standar yang ditetapkan dan untuk mengukur seberapa baik mutu
pelayanan yang diberikan diperlukan suatu indikator mutu pelayanan Puskesmas.
Keberadaan indikator mutu pelayanan Puskesmas bermanfaat untuk
mengukur mutu pelayanan Puskesmas. Oleh karena itu, keberhasilan dalam
mempertahankan mutu diperlukan upaya yang terpadu dari semua tenaga
kesehatan.
Bila indikator mutu tersebut dinilai sangat berbahaya atau berdampak luas,
walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau monitoring yang
lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat. Dalam hal ini diperlukan komitmen
pimpinan Puskesmas dan seluruh karyawan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu layanan.

Anda mungkin juga menyukai