Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN INDIKATOR MUTU

PUSKESMAS SEMATANG BORANG


No. Dokumen : 440/0018/PKM-SB/PD/2021

No. Revisi : 00
PD
Tanggal Terbit : 02 Januari 2021

Halaman : 71

dr. Hj. Arina Wardhani


Puskesmas Sematang
Borang NIP.196509252002122005

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEMATANG BORANG
Jl. Lematang Raya No. 16 Telp. (0711) 824770, Kec. Sematang Borang
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional


yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Salah satu program pembangunan kesehatan adalah Program Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan meningkatkan akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan
dan kemampuan sumber daya kesehatan yang harus dilakukan secara
terpadu dan berkesinambungan sehingga tercapai tujuan secara optimal.
Puskesmas merupakan institusi pelayanan kesehatan, disamping
berfungsi memberi pelayanan tetapi juga melakukan penyuluhan dan
pendidikan pada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi yang kompleks ini
Puskesmas memerlukan sumber daya yang handal dan professional
dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan kepakaran bekerja secara
kolaborasi dan terpadu untuk mencapai pelayanan yang bermutu.
Pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam menentukan
mutu pelayanan Puskesmas, tulang punggung dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan karena pelayanan kesehatan diberikan secara
berkesinambungan dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Berdasarkan hal tersebut pelayanan Puskesmas mempunyai
kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya program-
program yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pelayanan Puskesmas yang bermutu merupakan keinginan dari setiap
individu dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, Puskesmas
sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan
yang dikatakan bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa
peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting, yang dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi
input, proses dan out put/out come.
Untuk mencapai tujuan tersebut Puskesmas Sematang Borang telah
menyusun rencana strategis yang memuat program-program pembangunan
kesehatan yang telah ditetapkan melalui keputusan Kepala Puskesmas No
440/0108/PKM-SB/2018 tentang Rencana Strategis Puskesmas Sematang
Borang Tahun 2018-2023.
Penilai mutu pelayanan Puskesmas dilakukan melalui penilai mutu
internal oleh Puskesmas dan Dinas kesehatan Kota Palembang dan
penilaian mutu eksternal pelayanan Puskesmas melalui survey akreditasi
Puskesmas. Puskesmas Sematang Borang sejak tahun 2016 telah
terakreditasi dengan predikat utama kemudian dari hasil survey akreditasi
tahun 2019 Puskesmas Sematang Borang sudah terakreditasi Paripurna.
Dalam upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan, Puskesmas Sematang Borang merasa perlu untuk menyusun
panduan indikator mutu pelayanan. Penyusunan indikator dilakukan
berdasarkan prioritas masalah yang menjadi isu dan sering terjadi dalam
pelayanan Puskesmas.
Indikator mutu yang disusun merupakan indikator mutu minimal yang
dapat dilaksanakan oleh Puskesmas. Indikator tersebut meliputi :
Pelayanan unit/program/administrasi, Keselamatan pasien (patient safety)
dan program perlindungan infeksi.

II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terpantaunya pelayanan Puskesmas yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan dipahaminya konsep mutu pelayanan
2. Sebagai panduan dipahaminya indicator mutu pelayanan
3. Diterapkannya indikator mutu dalam pelaksanaan pelayanan Puskesmas
4. Dapat ditetapkan tingkat kualitas pelayanan Puskesmas

III. RUANG LINGKUP PEDOMAN INDIKATOR MUTU


Ruang lingkup panduan indikator mutu pelayanan Puskesmas meliputi: konsep
mutu, indicator mutu yang terdiri dari: Pelayanan unit/program/administrasi,
Keselamatan pasien (patient safety), program perlindungan infeksi, dan
pengetahuan serta cara pengukurannya.
Sebagai pemahaman yang melandasi, pada lampiran diuraikan juga teori ringkas
setiap indicator, profil indikator dan contoh-contoh pengukuran setiap indikator.

IV. DASAR HUKUM


1. Peraturan Menteri Kesehatan no 27 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas peraturan
menteri kesehatan nomor 46 tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama,
tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi tentang akreditasi
puskesmas, sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap mutu secara berkala, yang
dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan pengembangan atau peningkatan mutu
Puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan no. 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien
3. Peraturan Menteri Kesehatan no. 27 tahun 2017 tentang Program perlindungan infeksi

BAB II
INDIKATOR MUTU PUSKESMAS

I. PENGERTIAN MUTU

Mutu adalah Kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan


kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan Mutu pelayanan Puskesmas merupakan komponen penting dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas
pelayanan Puskesmas
Sebenarnya perhatian terhadap mutu pelayanan Puskesmas sudah lama
dimulai dan diterapkan di sarana pelayanan kesehatan.
Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai berikut, mutu
adalah:
 Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)
 Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
 Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang
dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
 Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
 Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)

Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di Puskesmas
melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:
 Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke
waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar profesional.
 Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar operasional
 Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang kompetitif
 Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh Puskesmas.

Mengelola mutu Puskesmas relatif sulit karena hasil pelayanan bersifat unik dan
dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsep-
konsep yang tercakup dalam pelayan.

Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan Puskesmas yang
harus menjadi perhatian utama pada setiap organisasi Puskesmas yaitu:
pasien/masyarakat, praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area
pasien/masyarakat, mutu digambarkan dengan pelayanan, praktisi
digambarkan dengan penampilan kinerja, serta profit digambarkan dengan
pembiayaan Puskesmas.

II. INDIKATOR MUTU


A. Pengertian

Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.


Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator status nutrisi bayi
tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan
sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992) dan
WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu
perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Indikator adalah variable ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui adanya
perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan target/standar/nilai yang telah
ditentukan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa indikator mutu
adalah suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan dan
berdampak terhadap pelayanan kesehatan.

B. Karakteristik
Karakteristik dari suatu indikator adalah:
Indicator harus sensitif dan spesifik, biasanya digunakan untuk mengukur
keberhasilan kinerja seseorang atau kelompok atau organisasi tertentu. Indikator
dapat mengukur kinerja misi, sasaran, program dan kegiatan. Indikator dapat
mengukur pencapaian target kinerja/mutu. Indikator juga sebagai wujud
akuntabilitas pengukuran kinerja.

C. Pertimbangan dalam memilih indicator yang prioritas


Dalam memilih indicator yang prioritas Puskesmas Sematang Borang menetapkannya
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dipersyaratkan peraturan perundangan
2. Ketersediaan data
3. Melalui analisa High risk, high cost, high volume, problem prone
4. Konsensus
5. Dipersyaratkan pelanggan

.Dari hasil analisa dan memperhatikan hal-hal tersebut diatas kemudian disusunlah
profil indicator mutu di pelayanan UKP, UKM, Admen, indicator keselamatan pasien
dan indicator PPI sebagai berikut :

POLI GIGI
Judul Indikator tidak ada kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu

Dasar Pemikiran
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

3. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan


dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh pemberi


pelayanan dalam melakukan tindakan pencabutan gigi susu
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan pasien dengan cara mengurangi risiko
infeksi yang terkait dengan pelayanan pencabutan gigi susu.
2. Mengukur hasil capaian tidak adanya kejadian infeksi pasca
pencabutan gigi susu.
Definisi Operasional
1. Gigi susu atau gigi sulung adalah gigi yang pertama sekali
erupsi, umumnya gigi susu erupsi dari usia 6 (enam) bulan
sampai dengan 2 (dua) tahun. Jumlah gigi susu sebanyak 10
(sepuluh) gigi di rahang atas dan 10 (sepuluh) gigi pada rahang
bawah. Terdiri dari 4 (empat) gigi seri di rahang atas, 4 (empat)
gigi seri di rahang bawah, 2 (dua) gigi taring di rahang atas, 2
(dua) gigi taring di rahang bawah, 4 (empat) gigi geraham di
rahang atas dan 4 (empat) gigi geraham di rahang bawah.
Semua gigi susu ini akan digantikan oleh gigi permanen.

2. Pencabutan gigi susu adalah tindakan medis gigi yang dilakukan


untuk mengeluarkan gigi susu dari socketnya. Biasanya
dilakukan bila gigi susu sudah goyang akibat tekanan daya
erupsi dari gigi permanen. Pencabutan gigi susu juga dilakukan
untuk keperluan perawan ortodonti dan untuk keperluan yang
lain.

3. Pencabutan gigi susu dilakukan dengan menggunakan topical


anastesi dan juga injeksi anastesi local.

4. Infeksi pasca pencabutan gigi susu adalah terjadinya kejadian


infeksi akibat tindakan medis pencabutan gigi susu pada pasien
yang ditandai dengan tanda-tanda infeksi sebagai berikut :

- Color (Demam)
- Dolor (nyeri)
- Rumor (Mucosa atau daerah lokasi pasca pencabutan gigi
berwarna kemerahan)
- Tumor (Pembengkakan)
- Fungsi laesia (Gangguan fungsi di sekitar daerah
pencabutan gigi).

5. Monitoring pasca pencabutan gigi susu adalah monitoring yang


dilakukan setelah dua puluh empat jam atau lebih pasca
pencabutan gigi susu dengan menghubungi pasien melalui
Whats up dan menanyakan kondisi pasien untuk mengetahui
ada tidaknya kejadian infeksi.

6. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah tenaga medis


dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pelayanan gigi.

7. Observer adalah orang yang paham dan memiliki kompetensi


untuk melakukan pengukuran indikator tidak ada kejadian infeksi
pasca pencabutan gigi susu dengan metode dan tool yang telah
ditentukan.

8. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam satu


periode pengamatan

9. Peluang adalah indikasi infeksi pasca pencabutan gigi susu


dalam 15 menit periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Jumlah kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu
(pembilang)
Denominator Jumlah semua pencabutan gigi susu dalam satu periode
(penyebut) pengamatan/observasi.
Target Pencapaian ≥ 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh pasien yang dilakukan pencabutan gigi susu yang dapat
dihubungi dengan media what up dan atau melakukan kunjungan
ulang ke Puskesmas.
Kriteria Ekslusi :
Pasien pencabutan gigi susu yang tidak dapat di monitor atau di
hubungi oleh karena tidak ada nomor WA atau tidak ada kunjungan
ulang ke Puskesmas.
Formula Jumlah kejadian infeksi pasca pencabtan gigi susu
x 100%
Jumlah semua pencabutan gigi susu dalam satu periode
pengamatan/observasi
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen 1. Form instrumen kepatuhan kebersihan tangan
2. Form instrumen kepatuhan APD
Pengambilan Data
3. Form daftar tilik SOP pencabutan gigi susu
4. Form monitoring pasca pencabutan gigi susu
Besar Sampel Semua kunjungan pasien pencabutan gigi susu
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang Gigi
UNIT PENDAFTARAN DAN REKAM MEDIS

Judul Indikator Kelengkapan pengisian rekam medis

Dasar Pemikiran Permenkes no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis


Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Agar semua unit pelayan melengkapi pengisian rekam medis yang
berkaitan dengan pelayanan yang mereka lakukan sehingga
terciptanya tertib administrasi yang bermanfaat untuk kelancaran
pelayanan kesehatan.

Definisi Operasional Rekam medis (Medical Record) adalah rekaman atau catatan
tentang siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan
yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan. 
Pengisian kelengkapan rekam medis meliputi :
Identitas pasien (nama, alamat, no NIK, no RM)
Pengisian pengkajian awal pasien
Pegisian SOAP pada rekam medik
Adanya autentifkasi dari pemeriksa (dokter dan paramedis)

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah sampel rekam medis yang terisi lengkap


(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh sampel
(penyebut)
Target Pencapaian 95 %
Kriteria: Kriteria Inklusi : seluruh rekam medis sesuai besar sampel
Kriteria Ekslusi : rekam medis diluar sampel

Formula Jumlah sampel rekam medis yang terisi lengkap


x 100%
Jumlah seluruh sampel rekam medis

Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)


Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Form instrumen pengukuran kelengkapan rekam medis
Pengambilan Data
Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah rekam medis pada semua
kunjungan pelayanan dengan menggunakan metode Sampel
kalkulator
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Rekam medis

POLI UMUM
Judul Indikator
Pengkajian awal klinis sesuai standard

Dasar Pemikiran
- KMK no. 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktis Klinis untuk
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
- Kelengkapan yang ada pada data pengkajian awal sangat
menentukan proses rencana terapi yang diberikan pada pasien

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Untuk mengkaji kondisi pasien secara lengkap untuk meminimalkan


risiko kesalahan dalam proses terapi

Definisi Operasional Data pengkajian awal klinis dilakukan secara lengkap sesuai dengan
standar
Sesuai dengan SOP Pengkajian Awal Klinis meliputi :
 Anamnesa penyakit
 Keluhan utama
 Keluhan tambahan
 Riwayat penyakit terdahulu
 Riwayat penyakit dalam keluarga
 Menanyakan lamanya sakit.
 pengobatan yang sudah didapat
 pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital dan jika
diperlukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

Jenis Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
dilakukan kajian awal secara lengkap
Denominator Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
(penyebut) dilakukan kajian awal
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Kunjungan pasien di pelayanan pemeriksaan umum yang dilakukan
proses pengkajian awal klinis
Kriteria Ekslusi :
Kunjungan yang tidak menghadirkan pasien
Kunjungan pasien yang tidak termasuk sampel
Formula Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
dilakukan kajian awal secara lengkap
Jumlah seluruh sampel rekam medik kunjungan pasien poli umum yang
dilakukan kajian awal X 100%

Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)


Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan Form instrumen pengukuran pengkajian awal klinis sesuai standar
Data
Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah rekam medis pada kunjungan
pelayanan pelayanan umum dengan menggunakan metode sampel
kalkulator
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang pelayanan umum

RUANG TINDAKAN
Judul Indikator Kepatuhan petugas melakukan hand hygiene

Dasar Pemikiran - Permenkes no.11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien


- Merupakan salah satu indicator penilaian kinerja puskesmas di
bidang mutu
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas untuk hand hygiene dalam rangka
meminimalkan risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Definisi Operasional Kepatuhan petugas di ruangtindakan yang melakukan hand hygiene
Hand hygiene adalah prosedur tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau
dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.
Mencuci tangan 6 langkah menurut WHO
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah petugas yang patuh melakukan hand hygiene sesuai standar
Denominator Jumlah seluruh petugas di ruang tindakan
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua petugas yang bertugas di ruang tindakan
Kriteria Ekslusi : -
Tidak ada

Formula Jumlah petugas yang patuh melakukan hand hygiene sesuai standar
X 100
%
Jumlah seluruh petugas di ruang tindakan
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan Form instrumen kepatuhan hand hygiene
Data
Besar Sampel Seluruh petugas ruang tindakan
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Rang Tindakan

RUANG LANSIA

Judul Indikator Penegakan diagnonis hipertensi sesuai standar

Dasar Pemikiran Permnekes no 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas


Tujuan
Agar penegakan diagnosis terhadap pasien Hipertensi sesuai dengan
standar/panduan yang telah ditetapkan, sehingga pasien yang menderita
hipertensi dapat diberikan terapi yang sesuai dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.

Definisi Operasional Diagnosa hipertensi sesuai standar adalah :


Berdasarkan JNC VII Hipertensi stage 1 ditegakkan bila tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg dan TD diastolic 80-99 mmHG.
Hipertesnsi stage 2 bila TD sistolik ≥ 160 mmHg. Dan TD diastolic ≥ 100
mmHg
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator
Jumlah seluruh sampel pasien yang di diagnosis hipertensi sesuai standar
(pembilang)
Denominator
Jumlah seluruh sampel pasien yang di diagnosis hipertensi
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua pasien dengan gejala hipertensi
Kriteria Ekslusi : -
Semua pasien yang bukan hipertensi

Formula Jumlah seluruh pasien yang di diagnosis hipertensi sesuai standar

X
100%
Jumlah seluruh pasien yang di diagnosis hipertensi
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data Rekam medis
Instrumen Form Instrumen pengukuran penegakan diagnonis hipertensi sesuai
Pengambilan Data standar
Besar Sampel Pengambilan sampel penegakan diagnonis hipertensi sesuai standar
berdasarkan sampel kalkulator
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang Lansia
POLI KIA –KB

Judul Indikator Pelayanan ANC sesuai dengan prosedur

Dasar Pemikiran Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, masa sesudah persalinan
Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang pusat kesehatan masyarakat Buku
acuan APN JNPK-KR tahun 2002 ( pemeriksaan ANC minimal dilakukan
selama 4 x selama kehamilan TM I 1x , TM II 2x , TM III 2x )
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan
Agar Pelayanan ANC sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
sehingga dapat mendeteksi dini resiko pada ibu hamil.
Definisi Operasional
Tersedianya pelayanan ANC sesuai prosedur ( 10 T)

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator
Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC sesuai dengan prosedur
(pembilang)
Denominator
Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Kriteria Ekslusi : -
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan diluar Puskesmas

Formula Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC sesuai dengan prosedur

X
100%
Jumlah seluruh sampel pasien pelayanan ANC
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data Rekam medis
Instrumen
Form Instrumen pelayanan ANC sesuai dengan prosedur
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan


Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang KIA

RUANG MAMPU BERSALIN


Judul Indikator
Kepatuhan prosedur persalinan Normal (APN)

Dasar Pemikiran - Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, masa sesudah persalinan
- Buku acuan APN JNPK-KR tahun 2002 , karena asuhan persalinan
normal yang sesuai prosedur dapat mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan dan setelah persalinan
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan
Agar petugas mematuhi prosedur persalinan normal, sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan dan setelah persalinan.

Definisi Persalinan normal adalah :


Operasional ertolongan persalinan yang aman sesuai prosedur APN
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Jumlah semua petugas medis dan bidan Puskesmas yang melakukan
(pembilang) pertolongan sesuai prosedur persalinan normal ( APN)
Denominator
Jumlah semua petugas medis dan bidan Puskesmas yang melakukan
(penyebut) pertolongan persalinan normal ( APN)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua petugas medis dan bidan Puskesmas yang melakukan pertolongan
persalinan normal (APN)

Kriteria Ekslusi : -
Petugas medis dan bidan Puskesmas yang tidak melakukan pertolongan
persalinan normal (APN)
Formula Jumlah semua petugas medis dan bidan Puskesmas yang melakukan
pertolongan sesuai prosedur persalinan normal ( APN)

X100%
Jumlah semua petugas medis dan bidan Puskesmas yang melakukan
pertolongan persalinan normal ( APN)
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Buku register harian
Instrumen Form daftar Tilik SOP Persalinan Normal
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab Ruang Persalinan
Jawab

UNIT LABORATORIUM

Judul Indikator
Waktu tunggu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium

Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
( karena di dalam PMK 37 Tahun 2012 ditentukan standart jenis pelayanan
laboratorium di Puskesmas dan mengambil target 60 % yaitu
menyesuaikan target PKP )

Dimensi Mutu Efektif dan efisien


Tujuan 1. Agar petugas mematuhi waktu tunggu penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Kepuasan pasien
Definisi Waktu tunggu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium adalah waktu
Operasional yang dibutuhkan petugas laboratorium dari mulai pengambilan specimen
pasien sampai selesai melakukan pemeriksan specimen dan menyerahkan
hasil pemeriksaan laboratorium.
Adapun waktu tunggu dari pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut :
Waktu tunggu pemeriksaan Hematologi rutin 10-20 menit
Waktu tunggu pemeriksaan Kimia darah 20 menit
Waktu tunggu pemeriksaan serologi 20 menit
Waktu tunggu pemeriksaan urin rutin 15 menit
Waktu tunggu pemeriksaan feses rutin 1 jam
Waktu tunggu pemeriksaan BTA 2 jam

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah seluruh pasien yang pemeriksaan laboratoriumnya sesuai dengan
(pembilang) waktu tunggu penyerahan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diperiksa
(penyebut)
Target Pencapaian 100 %
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Pemeriksaan Hematologi rutin, Kimia darah, serologi, urin rutin, feses,
BTA

Kriteria Ekslusi : -
Pemeriksaan lain diluar pemeriksaan kriteria inklusi

Formula Jumlah seluruh pasien yang pemeriksaan laboratoriumnya sesuai dengan


waktu tunggu penyerahan
X
100%
Jumlah seluruh pasien yang diperiksa
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Hasil rekapitulasi jenis pemeriksaan laboratorium
Instrumen Form rekapitulasi jenis pemeriksaan laboratorium
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab Ruangan Laboratorium
Jawab

UNIT FARMASI

Judul Indikator
Ketersediaan obat sesuai dengan formularium puskesmas

Dasar Pemikiran Sesuai denganpermenkes 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat ( karena untuk mengetahui
presentase ketersediaan obat di Puskesmas , sehingga dapatmencukupi
kebutuhan pasien di Puskesmas sematang Borang ).
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk mengetahui ketersediaan obat di puskesmas selama periode
berjalan
Definisi Ketersediaan obat sesuai dengan formularium puskesmas adalah jumlah
Operasional obat yang tersedia atau pernah ada selama periode bulan berjalan
dibandingkan total jumlah obat yang ada dalam formularium
puskesmas )selama periode bulan berjalan dibandingkan total jumlah obat
yang ada dalam formularium Puskesmas
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Jumlah obat yang tersedia di puskesmas
(pembilang)
Denominator
Jumlah obat yang ada dalam formularium puskesmas
(penyebut)
Target
> 80%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Obat-obat yang tersedia di puskesmas dalam bulan berjalan sesuai
formularium Puskesmas Kriteria Ekslusi :
Obat - obat yang tidak termasuk dalam daftar formularium Puskesmas

Formula Jumlah obat yang tersedia di puskesmas


x 100%
Jumlah obat yang ada dalam formularium puskesmas
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Form ketersediaan obat dengan formularium puskesmas
Instrumen
Pengambilan Form ketersediaan obat dengan formularium Puskesmas
Data

Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab mutu UKP
Jawab

POLI IMUNISASI

Judul Indikator Pemberian imunisasi DPT pada bayi tanpa KIPI berat

Dasar Pemikiran Buku Pedoman Imunisasi Indonesia Edisi keenam tahun 2017
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk memastikan tidak ada bayi yang diimunisasi DPT yang mengalami
KIPI berat
Definisi KIPI berat adalah kejadian ikutan pasca imunisasi yang umumnya
Operasional disebabkan oleh respon sistem imun terhadap vaksin dan menyebabkan
reaksi alergi berat terhadap bahan vaksin, menurunkan trombosit,
menyebabkan kejang, dan hipotonia.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Jumlah bayi yang diimunisasi DPT dan mengalami KIPI berat
(pembilang)
Denominator Jumlah bayi yang diimunisasi DPT
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi
Semua bayi yang dilakukan penyuntikan DPT
Ekslusi : -

Formula Jumlah bayi yang diimunisasi DPT dan mengalami KIPI berat
x 100%
Jumlah bayi yang diimunisasi DPT
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Rekam medic
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab mutu UKP
Jawab

UNIT PTM

Judul Indikator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat
dilakukan screening di Poli PTM
Dasar Pemikiran Permnekes no 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien


Tujuan Untuk memastikan pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali
berobat dilakukan screening di Poli PTM

Definisi Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat
Operasional dilakukan screening di Poli PTM. Screening yang dilakukan adalah
pengukuran tinggi badan,berat badan, lingkar perut, tekanan darah,
pemeriksaan gula darah.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat di
(pembilang) Poli PTM
Denominator Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat
(penyebut) dilakukan screening di Poli PTM
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi
Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat di
Poli PTM
Ekslusi : -
Formula Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat di
Poli PTM
x
100%
Semua pasien yang berusia 15-59 tahun yang pertama kali berobat
dilakukan screening di Poli PTM
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Rekam medic
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab mutu UKP
Jawab

KLINIK CST ANGGREK

Judul Indikator Semua pasien yang positif HIV diberikan obat ARV

Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk memastikan pasien yang terdeteksi mendapatkan pengobatan
ARV sehingga mereka dapat hidup dengan baik dan juga bisa
mengurangi angka penularan HIV.
Definisi PAsien HIV yang telah dilakukan pemeriksaan HIV dan terdeteksi positif
Operasional HIV ( R1,R2,R3 reaktif) harus mendapatakan pengobatan ARV
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Semua pasien yang diperiksa dan positif HIV serta mendapatkan terapi
(pembilang) ARV
Denominator
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan HIV dan positif HIV
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :Pasien yang posiitf HIV
kslusi : -

Formula Semua pasien yang diperiksa dan positif HIV serta mendapatkan terapi
ARV
X
100%
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan HIV dan positif HIV
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Rekam medic
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab klinik CST Anggrek
Jawab

POLI ANAK

Judul Indikator Semua anak umur 2 bulan – 5 tahun dilakukan kajian MTBS

Dasar Pemikiran Buku bagan MTBS dan tahun 2015


Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien
Tujuan Untuk memastikan semua anak umur 2 bulan – 5 tahun dikakukan kajian
MTBS ketika berkunjung ke layanan, sehingga keluhan keluhan yang ada
pada anak bisa terdeteksi dan ditindak lanjuti.

Definisi Anak umur 2 bulan- 5 tahun pada saat mereka berobat ke poli anak
Operasional dilakukan kajian MTBS sesuai dengan bagan.
Jenis Indikator Proses dan Hasil
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang dilakukan kajian MTBS
(pembilang)
Denominator
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang berkunjung ke poli MTBS
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi :Pasien usia 2 bulan – 5 tahun
kslusi : -

Formula Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang dilakukan kajian MTBS
X
100%
Semua anak umur 2 bulan- 5 tahun yang berkunjung ke poli MTBS
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Rekam medic
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab Ruangan Poli Anak
Jawab

UNIT PROMKES

Judul Indikator Kepatuhan petugas terhadap prosedur konseling gizi balita

Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 TAHUN


2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi.

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien

Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas terhadap prosedur konseling gizi


balita
Definisi Operasional Konseling gizi yaitu : suatu proses komunikasi dua arah antara
konselor dan pasien atau klien untuk membantu pasien atauklien
mengenali dan mengatasi masalah gizi
Balita yaitu semua anak usia 0-59 bulan

Jenis Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator
Jumlah balita yang mendapat konseling gizi sesuai prosedur
(pembilang)
Denominator
Semua balita yang mendapat konseling gizi
(penyebut)
Target Pencapaian 90%
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua kunjungan balita ke puskesmas yang dirujuk ke Unit Gizi
Kriteria ekslusi :
Semua kunjungan balita ke puskesmas yang tidak dirujuk ke Unit
Gizi
Formula Jumlah balita yang mendapat konseling gizi sesuai prosedur X
100%
Semua balita yang mendapat konseling gizi
Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data
Sumber Data - Rekam medik
- Register konseling gizi
- Observasi
Instrumen
Instrumen kepatuhan prosedur konseling gizi balita
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab Gizi

UNIT DOTS
Judul Indikator Pengobatan pasien TB paru sesuai standar

Dasar Pemikiran Permnekes no 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Modul penanggulangan Tuberkulosis tahun 2016

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus pada pasien


Tujuan Untuk memastikan pasien TB paru mendapatkan pelayanan
pengobatan sesuai standar
Definisi Standar Pengobatan TB paru Menurut ISTC
Operasional Standar 7
Semua dokter yang mengobati pasien TB harus mempunyai pemikiran
pentingnya tanggung jawab kesehatan masyarakat untuk mencegah
transmisi yang tengah berlangsung yang dapat berkembang ke arah
resistensi obat. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, dokter tidak
hanya harus meresepkan regimen terapi yang sesuai tetapi juga wajib
memanfaatkan layanan kesehatan masyarakat dan agen – agen
pendukung lainnya, jika diperlukan, untuk menilai kepatuhan pasien
dan mengatasi ketidak patuhan pasien yang terjadi

Standar 8
Semua pasien (termasuk yang terinfeksi HIV) yang belum pernah
punya riwayat pengobatan OAT harus mendapatkan regimen terapi
OAT lini pertama yang terstandar internasional dan diketahui
bioavailabilitasnya. Pada fase awal 2 bulan pertama pengobatan, harus
terdiri dari isoniazid (INH), rifampisin (RIF), pirazinamid (PZA) dan
ethambutol (EMB). Fase lanjutan harus terdiri dari isoniazid dan
rifampicin yang diberikan selama empat bulan. Dosis OAT yang
diberkan harus mengikuti rekomendasi internasional. Penggunaan Fix
Dose Combinations (FDC) dari dua (isoniazid dan rifampicin), tiga
(INH, RIF dan PZA) dan empat (INH, RIF, PZA, dan EMB) sangat
direkomendasikan.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator
Semua pasien TB paru yang mendapatkan obat TB standar
(pembilang)
Denominator
Semua pasien TB paru
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
Kriteria Inklusi :
Semua pasien TB paru yang mendapatkan obat TB standar
Kriteria ekslusi : -

Formula Semua pasien TB paru yang mendapatkan obat TB standar


X
100%
Semua pasien TB paru
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
Sumber Data Rekam medik
Instrumen
Rekam medic
Pengambilan Data
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Penanggung jawab unit DOTS
Jawab

PROFIL INDIKATOR MUTU UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Judul Indikator Cakupan kunjungan rumah pasien kasus TB Positif sesuai standar
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas

3. Angka kunjungan rumahpasien TB Positifsemuakasus minimal


90% yang ada di wilayah Puskesmas Sematang Borang.
DimensiMutu Efisien, Efektif, Keselamatan
Tujuan Untukmengetahuijumlahcakupan kunjungan rumah pasien kasus TB
Positifsesuaistandar
DefinisiOperasional
1. Tuberkulosis yang selanjutnyadisingkat TB
adalahpenyakitmenular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapatmenyerangparu dan organ lainnya.

2. Kunjungan rumah adalah mendatangi rumah pasien kasus TB


Positif dengan harapan pasien TB Positif tidak berhenti atau putus
meminum obat TB dan meningkatkan kepatuhan serta
menurunkan angka kejadian drop out pasien TB.
3. Kasus TB Positif adalah penyakit infeksi yang terutama
menyerang penyakit paru – paru dan menimbulkan penularan
melalui udara waktu seseorang dengan TB aktif pada waktu aktif
bersin dan berbicara, dengan hasil pemeriksaan laboratorium
mikroskopis atau TCM Positif.
JenisIndikator Hasil
SatuanPengukuran Persentase
Numerator Jumlahkunjungan rumah pasien TB Positif sesuaistandarpada tahun
(pembilang) berjalan di wilayah kerjaPuskesmas
Denominator Jumlahsemuakasus TB Positifpada tahunberjalan di wilayah
(penyebut) kerjaPuskesmas
Target Pencapaian 90%.
Kriteria: KriteriaInklusi:
Semuapasien TB Positif di wilayah kerjaPuskesmasSematang
Borang pada tahunberjalan
KriteriaEksklusi:
Pasien TB Positif di luar wilayah kerja Puskesmas Sematang
Borang
Formula Jumlahkunjungan rumah pasien TB Positif sesuaistandarpada tahun
berjalan di wilayah kerjaPuskesmas
--------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlahsemuakasus TB Positifpada tahunberjalan di wilayah
kerjaPuskesmas
Desain Pengumpulan Concurrent (Surveiharian)
Data
Sumber Data Hasil observasi dan Formulir :
TB.01, TB.02, TB.04, TB.05, TB.06
InstrumenPengambila FormulirCakupan kunjungan rumah pasien kasus TB
n Data Positifsesuaistandar
BesarSampel semuakasus TB Positifpada tahunberjalan di wilayah
kerjaPuskesmas
FrekuensiPengumpul Harian
an Data
PeriodePelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
PeriodeAnalisis Data Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Penyajian Data Tabel
Grafik
Penanggung Jawab Penanggungjawab Program TB

PROFIL INDIKATOR MUTU ADMEN


Judul Indikator Ketepatan pengumpulan laporan bulanan dibawah tanggal 5

Dasar Pemikiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin


ASN
2. Peraturan Walikota Palembang Nomor 33 tahun 2020 ttng
Mengatur disiplin dan kepatuhan pegawai NPNSD
Dimensi Mutu Ketepatan dan Efesiensi
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan staf dalam mengumpulkan laporan dan data
sehinggga dapat meningkatkan efektifitas Pengawasan dan
Pengendalian terhadap pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional
10. Ketepatan pengumpulan laporan di bawah tanggal lima adalah
upaya Puskesmas meningkatkan dsiplin dan efektifitas
ketepatan waktu sebagai dasar untuk meningkatakan kinerja
staf Puskesmas sehingga data dan laporan dapat di kumpulkan
kedinas kesehatan tepat waktu dan dapat memonitoring dan
mengendalikan layanan kesehatan kepada masyarakat.

11. Tepat waktu dalam pengumpulan laporan adalah laporan


pemegang program yang dikumpulkan sebelum tanggal 5 pada
setiap bulan.

Jenis Indikator Proses dan Hasil


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator Seluruh laporan bulanan yang dikumpulkan di Tata Usaha
sebelum tanggal 5 setiap awal bulan
(pembilang)
Denominator Seluruh laporan
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inkluisi
Semua laporan bulanan rutin yang harus dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap bulannnya
Kriteria Eklusi
Laporan yang di luar laporan rutin bulanan

Formula Jumlah seluruh laporan bulanan yang dikumpulkan di Tata Usaha


sebelum tanggal 5 setiap awal bulan
X
100%
Jumlah seluruh laporan

Desain Pengumpulan Concurrent (Survei Bulanan)


Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Buku Ekspedisi pengumpulan laporan daripemegang Program
Pengambilan Data kepada staf Tata Usaha
Besar Sampel Semua Laporan Bulanan dari pemegang Program
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel


Penanggung Jawab Penanggung jawab mutu ADMEN

IV. INDIKATOR MUTU KESELAMATAN

PASIEN (PATIENT SAFETY)

Kepatuhan Kebersihan Tangan


Judul Indikator Kepatuhan kebersihan tangan
Dasar Pemikiran
5. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien

6. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi.

7. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

8. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh pemberi pelayanan


dalam melakukan cuci tangan sesuai dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat menjamin
keselamatan pasien dengan cara mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Definisi
12. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan
Operasional
sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,
atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak
tampak kotor.

13. Kebersihan tangan dilakukan dengan 5 indikasi (Five moments) menurut


WHO dan 5 indikasi sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (Covid-19)

14. Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah menurut WHO.

15. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah penilaian kepatuhan


terhadap petugas yang melakukan kebersihan tangan sesuai dengan
indikasi yang terdiri dari :

a. Sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum menyentuh pasien


(permukaan tubuh atau pakaian pasien).

b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh pasien


(permukaan tubuh atau pakaian pasien ).

c. Sebelum melakukan prosedur aseptik contoh: Pemasangan intra


vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan kateter urin,
suctioning, pemberian suntikan dan lain lain

d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti muntah,


darah, nanah, urin, feces, produksi drain, dan setelah melepas
sarung tangan

e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien meliputi:


menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di tempat
tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain yang digunakan
pasien, kertas/lembar untuk menulis yang ada di sekitar pasien.

f. Melepas sarung tangan steril

g. Melepas APD

h. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk


peralatan medis

i. Setelah melepaskan sarung tangan steril.

j. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.

16. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah semua tenaga medis
dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pelayanan/perawatan
pasien serta tenaga penunjang yang bekerja sebagai cleaning service,
pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan tenaga penunjang yang
kontak erat dengan pasien / spesimen.

17. Observer adalah orang yang paham dan memiliki kompetensi untuk
melakukan penilaian kepatuhan kebersihan tangan dengan metode dan
tool yang telah ditentukan.

18. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam satu periode


pengamatan

19. Peluang adalah indikasi kebersihan tangan dalam 15 menit periode


pengamatan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi
(pembilang)
Denominator Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan dalam satu
(penyebut) periode pengamatan/observasi.
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan/ perawatan pasien serta tenaga penunjang yang bekerja sebagai
cleaning service, pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan tenaga
penunjang yang kontak erat dengan pasien/spesimen yang akan di observasi

Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi x
100%
Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan dalam
satu periode pengamatan/observasi
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistic
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
 Control chart Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab

V. INDIKATOR MUTU PPI

Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dasar Pemikiran
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Keselamatan Pasien

2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman


Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

4. Pedoman Kementerian Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Alat


Pelindung Diri (APD).
5. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan pemberi pelayanan dalam
menggunakan APD sesuai dengan prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan, Efektif
Tujuan
1. Mengukur kepatuhan petugas Puskesmas dalam menggunakan APD

2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara


mengurangi risiko infeksi.
Definisi
1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang
Operasional
sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau
udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran
infeksi atau penyakit.

2. APD digunakan sesuai dengan standar dan indikasi

3. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang


memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari
petugas.

4. Kepatuhan penggunaan APD adalah kepatuhan petugas dalam


menggunakan APD sesuai standar dan indikasi.

5. Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah penilaian yang


dilakukan terhadap petugas dalam menggunakan APD saat
melakukan prosedur pelayanan kesehatan.

6. Observer adalah orang yang melakukan pengamatan terhadap


kepatuhan kepada petugas.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah petugas yang menggunakan APD sesuai indikasi dan standar dalam
(pembilang) periode pengamatan
Denominator Jumlah petugas yang diamati
(penyebut)
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semuapetugas
Jumlah petugasyang
yang terindikasi harus
menggunakan menggunakan
APD sesuai indikasi APD
dan standar dalam periode pengamatan
Jumlah petugas yang diamati
Kriteria Eksklusi: X 100 %
Tidak ada

Formula
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistic
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chartRun chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab
BAB III
PENGUKURAN , VALIDASI DAN ANALISA INDIKATOR MUTU PELAYANAN
PUSKESMAS

Indikator mutu yang sudah disusun kemudian ditetapkan pimpinan Puskesmas lalu
diimplementasikan, dicatat, di ukur, di vadidasi kemudian di analisa dan dimonitoring serta di
evaluasi dan di dokumentasikan.

A. Pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengukur data indicator berdasarkan definisi operasional


indicator sehingga didapatkan data denominator dan nominator. Ditetapkan kebijakan dan
prosedur pengukuran indicator mutu di Puskesmas Sematang Borang. Untuk mengukur indikator
mutu maka penting adanya instrumen. Kemudian ditetapkan petugas yang melakukan
pengukuran indicator.

B. Validasi
Validasi dilakukan untuk menjamin data indicator akurat/sahih agar dapat digunakan untuk
dasar pengambilan keputusan, perubahan kebijakan, perbaikan dan memberikan informasi pada
masyarakat.
Validasi dilakukan jika :
- terdapat indicator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan
- terdapat indicator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat melalui media
informasi yang ditetapkan.
- terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain : perubahan
numerator atau denominator, perobahan metode pengumpulan, perubahan sumber data,
perubahan subjek pengumpulan data, perubahan definisi operasional dari indicator.
Validasi data dapat dilakukan terhadap :
- sumber data
- definisi operasional numerator dan denominator
- membandingkan hasil pengukuran ulang dengan sumber data yang sama atau
- membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan sumber data yang lain untuk
mencocokkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.
Ditetapkan kebijakan dan prosedur validasi indicator mutu di Puskesmas Sematang Borang..
Kemudian ditetapkan petugas yang melakukan validasi.

C. Analisa
Analisis data adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu data menjadi informasi

sehingga data tersebut menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk digunakan menemukan

solusi dari permasalahan .


Tehnik analisa data yang digunakan :

 1. Teknik Analisis Data Kualitatif


Merupakan teknik analisis yang berfokus pada informasi non numerik dengan asas filsafat
positivisme. Pada penggunaan teknik analisis kualitatif ini lumrahnya membahas secara
konseptual terhadap suatu permasalahan dan tidak terganggu dengan data-data angka.
Beberapa jenis teknik analisis data kualitatif, yakni: 
 analisis konten, 
 analisis naratif, 
 analisis wacana, 
 analisis kerangka kerja, dan 
 teori beralas.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif


.Merupakan kegiatan analisis data yang mengolah data-data numerik seperti penggunaan data
statistik, data hasil survei responden, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan teknik analisis
data kualitatif, pada analisis data kuantitatif juga terdapat beberapa jenisnya, yakni analisis data
kuantitatif deskriptif dan analisis data kuantitatif inferensial.
Untuk pengukuran indicator jenis proses seperti kepatuhan petugas, pengukuran dilaksanakan
setiap bulan oleh sesama petugas Poli/Unit/Program yang terkait, kemudian setiap evaluasi tiga
bulan atau enam bulan atau setiap data mau ditampilkan maka di validasi oleh petugas tim mutu.
Untuk pengukuran jenis out put/out come pengukuran dilakukan oleh petugas di
poli/unit/ruang/program dan validasi dilakukan petugas tim mutu.
Setiap akhir tahun anggaran atau paling lama awal tahun anggaran berikutnya dilakukan
evaluasi indicator mutu secara menyeluruh untuk menyusun dan menetapkan indicator mutu
pada tahun berikutnya
BAB IV
PENUTUP

Tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang
bermutu tinggi menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan Puskesmas
dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan untuk mengukur seberapa baik mutu pelayanan yang diberikan
diperlukan suatu indikator mutu pelayanan Puskesmas.

Keberadaan indikator mutu pelayanan Puskesmas bermanfaat untuk mengukur mutu


pelayanan Puskesmas. Oleh karena itu, keberhasilan dalam mempertahankan mutu
diperlukan upaya yang terpadu dari semua tenaga kesehatan.

Bila indikator mutu tersebut dinilai sangat berbahaya atau berdampak luas, walaupun
frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau monitoring yang lebih intens
untuk perbaikan yang lebih cepat. Dalam hal ini diperlukan komitmen pimpinan
Puskesmas dan seluruh karyawan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
layanan.
15

Anda mungkin juga menyukai