Anda di halaman 1dari 27

KAMUS INDIKATOR

MUTU TAHUN 2023


BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari


Pembangunan Nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Salah satu program pembangunan kesehatan adalah


Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan
meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan perorangan.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi


upaya kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan yang
harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga
tercapai tujuan secara optimal.

Puskesmas merupakan institusi pelayanan kesehatan,


disamping berfungsi memberi pelayanan tetapi juga melakukan
penyuluhan dan pendidikan pada masyarakat. Dalam menjalankan
fungsi yang kompleks ini Puskesmas memerlukan sumber daya
yang handal dan professional dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu dan kepakaran bekerja secara kolaborasi dan terpadu untuk
mencapai pelayanan yang bermutu.

Pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam


menentukan mutu pelayanan Puskesmas, tulang punggung dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan
kesehatan diberikan secara berkesinambungan dan berada dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
pelayanan Puskesmas mempunyai kontribusi yang cukup besar
untuk mewujudkan terlaksananya program-program yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pelayanan Puskesmas yang bermutu merupakan


keinginan dari setiap individu dan masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan, Puskesmas sebagai pemberi pelayanan
perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan
bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa peningkatan mutu
pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting, yang
dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi input,
proses dan out put/out come.

Untuk mencapai tujuan tersebut Puskesmas Lima Ilir telah


menyusun rencana strategis yang memuat program-program
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan melalui keputusan
Kepala Puskesmas No 440/0108/PKM-SB/2018 tentang Rencana
Strategis Puskesmas Lima Ilir Tahun 2018-2023.

Penilai mutu pelayanan Puskesmas dilakukan melalui


penilai mutu internal oleh Puskesmas dan Dinas kesehatan Kota
Palembang dan penilaian mutu eksternal pelayanan Puskesmas
melalui survey akreditasi Puskesmas. Puskesmas Lima Ilir sejak
tahun 2016 telah terakreditasi dengan predikat utama kemudian
dari hasil survey akreditasi tahun 2019 Puskesmas Lima Ilir sudah
terakreditasi Paripurna.

Dalam upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan


mutu pelayanan, Puskesmas Lima Ilir merasa perlu untuk
menyusun panduan indikator mutu pelayanan. Penyusunan
indikator dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang menjadi isu
dan sering terjadi dalam pelayanan Puskesmas.

Indikator mutu yang disusun merupakan indikator mutu


minimal yang dapat dilaksanakan oleh Puskesmas. Indikator
tersebut meliputi : Pelayanan unit/program/administrasi,
Keselamatan pasien (patient safety) dan program perlindungan
infeksi

II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terpantaunya pelayanan Puskesmas yang bermutu sesuai
dengan standar yang ditetapkan.

b. Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan dipahaminya konsep mutu pelayanan
2. Sebagai panduan dipahaminya indicator mutu pelayanan
3. Diterapkannya indikator mutu dalam pelaksanaan pelayanan
Puskesmas
4. Dapat ditetapkan tingkat kualitas pelayanan Puskesmas

III. RUANG LINGKUP PEDOMAN INDIKATOR MUTU


Ruang lingkup panduan indikator mutu pelayanan Puskesmas
meliputi: konsep mutu, indicator mutu yang terdiri dari: Pelayanan
unit/program/administrasi, Keselamatan pasien (patient safety),
program perlindungan infeksi, dan pengetahuan serta cara
pengukurannya.

Sebagai pemahaman yang melandasi, pada lampiran diuraikan


juga teori ringkas setiap indicator, profil indikator dan contoh-contoh
pengukuran setiap indikator.

IV. DASAR HUKUM

1. Peraturan Menteri Kesehatan no 27 tahun 2019 tentang perubahan


kedua atas peraturan menteri kesehatan nomor 46 tahun 2015
tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi tentang akreditasi
puskesmas, sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap mutu
secara berkala, yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan
pengembangan atau peningkatan mutu Puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan no. 11 tahun 2017 tentang
keselamatan pasien
3. Peraturan Menteri Kesehatan no. 27 tahun 2017 tentang Program
perlindungan infeksi
BAB II

INDIKATOR MUTU PUSKESMAS

I. PENGERTIAN MUTU

Mutu adalah Kinerja yang menunjuk pada tingkat


kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang telah ditetapkan Mutu pelayanan Puskesmas merupakan
komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas pelayanan
Puskesmas

Sebenarnya perhatian terhadap mutu pelayanan Puskesmas


sudah lama dimulai dan diterapkan di sarana pelayanan kesehatan.

Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai


berikut, mutu adalah:

Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)


Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa
yang diharapkan konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa
yang dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Jay Heizer &
Barry Render, 2001: 171)
Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan
diterapkan di Puskesmas melalui pernyataan sebagai berikut, mutu
adalah:
Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah
dari waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai
sesuai dengan standar profesional.
Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar
operasional
Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang
kompetitif
Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh
Puskesmas.
Mengelola mutu Puskesmas relatif sulit karena hasil pelayanan
bersifat unik dan dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas,
perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsep-konsep yang
tercakup dalam pelayan.

Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan


Puskesmas yang harus menjadi perhatian utama pada setiap
organisasi Puskesmas yaitu: pasien/masyarakat, praktisi dan
profit/pembiayaan. Untuk area pasien/masyarakat, mutu digambarkan
dengan pelayanan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja,
serta profit digambarkan dengan pembiayaan Puskesmas.

II. INDIKATOR MUTU


A. Pengertian

Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa


atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah
indikator status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).

Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan


satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk
mengukur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981)
menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu
perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Indikator adalah variable ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui
adanya perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan
target/standar/nilai yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan


bahwa indikator mutu adalah suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan dan berdampak terhadap
pelayanan kesehatan.

B. Karakteristik
Karakteristik dari suatu indikator
adalah:

Indicator harus sensitif dan spesifik, biasanya digunakan untuk


mengukur keberhasilan kinerja seseorang atau kelompok atau
organisasi tertentu. Indikator dapat mengukur kinerja misi,
sasaran, program dan kegiatan. Indikator dapat mengukur
pencapaian target kinerja/mutu. Indikator juga sebagai wujud
akuntabilitas pengukuran kinerja.

C. Pertimbangan dalam memilih indicator yang prioritas


Dalam memilih indicator yang prioritas Puskesmas Lima Ilir
menetapkannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dipersyaratkan peraturan perundangan

2. Ketersediaan data

3. Melalui analisa High risk, high cost, high volume, problem prone

4. Konsensus

5. Dipersyaratkan pelanggan

Dari hasil analisa dan memperhatikan hal-hal tersebut diatas


kemudian disusunlah Profil Indikator Mutu di Ruang Usaha Kesehatan
Perorangan (UKP)
1. Profil Indikator Mutu di Ruang Usaha Kesehatan Perorangan (UKPP)
a. RUANG PENDAFTARAN DAN REKAM MEDIS

Judul Indikator Kelengkapan Jumlah rekam medis keluar dengan


Rekam Medis Kembali

Dasar Pemikiran Permenkes no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Agar semua ruang pelayanan dapat tepat waktu


menyelesaikan kelengkapan pengisian rekam medis
yang berkaitan dengan pelayanan yang mereka lakukan
sehingga terciptanya tertib administrasi yang
bermanfaat untuk kelancaran pelayanan kesehatan.

Definisi Operasional Kelengkapan jumlah rekam medis keluar dengan rekam


medis Kembali maksimal 50 persen dari jumlah rekam
medis keluar.

Jenis Indikator Proses dan Hasil

Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah rekam medis yang kembali


(pembilang)

Denominator Jumlah seluruh rekam medis yang keluar


(penyebut)

Target Pencapaian 90 %

Kriteria Seluruh Rekam Medis

Formula Jumlah rekam medis yang kembali

x 100%
Jumlah seluruh rekam medis yang keluar

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data

Sumber Data Hasil observasi


Instrumen Buku ekspedisi rekam medis
Pengambilan Data

Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah rekam medis pada


semua kunjungan pelayanan dengan menggunakan
metode Sampel kalkulator

Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Bulanan


Data

Periode Analisis Tahunan


Data

Penyajian Data Tabel

Penanggung Jawab Petugas Pendaftaran Dan Rekam Medis

b. RUANG TINDAKAN DAN GAWAT DARURAT

Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam pemberian informed


consent sebelum melakukan tindakan

Dasar Pemikiran Permenkes No 290 Tahun 2008 tentang persetujuan


Tindakan medis

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas sebelum melakukan


tindakan untuk memberikan informed consent kepada
pasien /keluarga

Definisi Operasional Kepatuhan petugas dalam pemberian informed


consent sebelum melakukan tindakan

Jenis Indikator Proses dan hasil

Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah pasien / keluarga mengisi informed conset di


ruang tindakan
( Pembilang )

Denominator Jumlah semua pasien yang di ruang tindakan


( penyebut )
Target Capaian 100 %

Kriteria : Semua pasien yang dilakukan tindakan mengisi


informed consent

Formula Jumlah form Informed consent yang diisi x 100%


Jumlah pasien yang dilayani di ruang tindakan

Desain Pengumpulan Concurrent ( survey harian )


Data

Sumber Data Hasil Observasi

Instrumen Buku tindakan diruang tindakan


Pengambilan data

Besar Sampel Seluruh pasien yang dilakukan tindakan diruang


tindakan

Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Bulanan


data

Periode Analisis Data Bulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel

Penanggung Jawab Rodiah, Am Kep

c. RUANG PEMERIKSAAN UMUM

Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan pemeriksaan


tanda tanda vital pada pasien yang datang ke ruang
pemeriksaan umum

Dasar Pemikiran Permenkes No 290 Tahun 2008 tentang persetujuan


Tindakan medis

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas dalam melakukan


pemeriksaan tanda tanda vital kepada pasien yang
datang keruang pemeriksaan umum

Definisi Operasional Kepatuhan petugas dalam melakukan pemeriksaan


tanda tanda vital kepada pasien
Jenis Indikator Proses dan hasil

Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah pasien yang diperiksa tanda tanda vital di


ruang pemeriksaan umum
( Pembilang )

Denominator Jumlah semua pasien yang di ruang pemeriksaan


umum
( penyebut )

target Capaian 100 %

Kriteria : Semua pasien yang dilakukan pemeriksaan tanda


tanda vital

Formula Jumlah pasien yang diperiksa tanda tanda vital diruang


pemeriksan umum
x 100%
Jumlah pasien yang dilayani di ruang pemeriksaan
umum

Desain Pengumpulan Concurrent ( survey harian )


Data

Sumber Data Hasil Observasi


instrumen Buku kunjungan diruang pemeriksaan umum
Pengambilan data

Besar Sampel Seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan tanda


tanda vital diruang pemeriksaan umum

Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Bulanan


data

Periode Analisis Data Bulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel

Penanggung Jawab dr. Sarah Ihsania


d. RUANG KESEHATAN ANAK DAN MTBS

Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan pemeriksaan tanda


tanda vital pada pasien yang datang ke ruang pemeriksaan
anak dan mtbs
Dasar Pemikiran Permenkes No 290 Tahun 2008 tentang persetujuan
Tindakan medis

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas


Tujuan Untuk menilai kepatuhan petugas dalam melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital kepada pasien yang datang
ke ruang anak dan mtbs
Definisi Kepatuhan petugas dalam melakukan pemeriksaan tanda
Operasional tanda vital kepada pasien

Jenis Indikator Proses dan hasil

Satuan Persentase
Pengukuran

Numerator Jumlah pasien yang diperiksa tanda tanda vital di Ruang


Pemeriksaan Anak dan MTBS
(Pembilang )

Denominator( Jumlah semua pasien yang di ruang pemeriksaan Anak dan


penyebut ) MTBS

Target Capaian 100 %

Kriteria : Semua pasien yang dilakukan pemeriksaan tanda tanda


vital

Formula ml. Pasien yang diperiksa TTV di ruang pemeriksaan anak dan MTBS
𝑋 100%
Jml.Pasien yang dilayani di ruang pemeriksaan anak dan MBS

Desain Concurrent ( survey harian )


Pengumpulan
Data

Sumber Data Hasil Observasi

Instrumen Buku kunjungan diruang pemeriksaan anak dan mtbs


Pengambilan
data

Besar Sampel Seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan tanda-tanda


vital di ruang pemeriksaan anak dan mtbs

Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data

Periode Bulanan
Pelaporan data

Periode Analisis Bulanan, Tahunan


Data

Penyajian Data Tabel

Penanggung Pj Ruangan Kesehatan Anak dan MTBS


Jawab

e. RUANG KESEHATAN IBU DAN KB

Judul Indikator Pemeriksaan Triple Eliminasi pada Ibu hamil


kunjungan ke 1 (k1)

Dasar Pemikiran Permenkes No. 21 tahun 2021

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Agar pemeriksaan triple eliminasi dapat dilakukan


pada semua ibu hamil kunjungan kesatu (K1)

Definisi Operasional Kepatuhan petugas dalam melakukan pemeriksaan


Triple Eliminasi pada ibu hamil kunjungan kesatu (K1)

Jenis Indikator Proses dan Hasil

Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah ibu hamil kunjungan kesatu (K1) yang


(pembilang) diperiksa Triple Eliminasi

Denominator Jumlah ibu hamil kunjungan kesatu (K1)


(penyebut)

Target Pencapaian 100%

Kriteria: Kriteria Inklusi :

Semua ibu hamil kunjungan kesatu (K1) di Puskesmas


Kriteria Ekslusi :
Seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas
Formula Jumlah pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil
kunjungan keenam (K1)×100%

Jumlah ibu hamil kunjungan kesatu (K1)

Desain Pengumpulan Concurrent (Survei harian)


Data

Sumber Data Rekam medis pasien

Instrumen Form rekam medis pasien


Pengambilan Data

Besar Sampel Sampel diambil berdasarkan jumlah kunjungan kesatu


ibu hamil

Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan


Data

Periode Analisis Data Triwulanan, Tahunan

Penyajian Data Tabel

Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang KIA

f. RUANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pengisisan data lengkap informed consent sebelum tindakan


Judul Indikator
pencabutan gigi susu

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017


tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017
tentang
Dasar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pemikiran 3. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Cononavirus 2019
(Covid-19)
4. Puskesmas harus memperhatihatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan tindakan
pencabutan gigi susu
Dimensi Mutu Keselamatan
1. Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan
sebagai dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan
kepatuhan agar dapat menjamin keselamatan pasien
Tujuan dengan cara pemberian informed consent sebelum
tindakan pencabutan gigi susu
2. Mengukur hasil capaian pemberian Informed consent
sebelum tindakan pencabutan gigi susu
1. Informd Consen merupakan persetujuan tindakan medis
atau persetujuan yang di berikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
(Pasal 1a No.585 Tahun 1989). Tindakan medik yang
dimaksud kan adalah tindakan yang dilakukan terhadap
pasien berupa tindakan diagnostik maupun terapeutik.
2. Pencabutan gigi susu adalah tindakan medis gigi yang
dilakukan untuk mengeluarkan gigi susu dari soketnya.
Biasanya dilakukan bila gigi susu sudah goyang akibat
tekanan daya erupsi dari gigi permanen. Pencabutan gigi
susu juga dilakukan untuk keperluan perawatan ortodonti
dan keperluan yang lain.
3. Pencabutan gigi susu dilakukan dengan menggunakan
topical anastesi dan juga injeksi anastesi local.
4. Infeksi pasca pencabutan gigi susu adalah terjadinya
kejadian infeksi tindakan medis pencabutan gigi susu
Definisi pada pasien yang ditandai dengan tanda tanda infeksi
Operasional sebagai berikut
- Color (Demam)
- Dolor (nyeri)
- Rumor ( Mucosa atau daerah lokasi pasca
pencabutan gigi berwarna kemerahan)
- Tumor (pembengkakan)
- Fungsi laesia (gangguan fungsi disekitar daerah
pencabutan gigi)
5. Monitoring pasca pencabutan gigi susu adalah
monitoring yang dilakukan setelah dua puluh empat jam
atau lebih, pasca pencabutan gigi susu dengan
menghubungi pasien melalui whatsap dan menanyakan
kondisi pasien untuk mengetahui ada tidaknya kejadian
infeksi.
6. Pemberian pelayanan kesehatan yang dinilai adalah
tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di
ruang pelayanan gigi.
7. Observer adalah orang yang paham dan memiliki
kompetensi untuk melakukan pengukuran indikator tidak
ada kejadian infeksi pasca pencabutan gigi susu dengan
metode dan tool yang telah ditentukan
8. Pengamatan dilakukan selama maksimal 2-3 menit
dalam satu periode pengamatan
9. Peluang adalah indikasi infeksi pasca pencabutan gigi
susu dalam 2-3 menit periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses dan Hasil

Satuan
Persentase
Pengukuran

Numerator
Jumlah seluruh pengisian informed consent
(pembilang)

Denominator
Jumlah seluruh pasien pencabutan gigi susu
(penyebut)

Target
100 %
Pencapaian

Kriteria Inklusi :

Kriteria: - Seluruh pasien yang telah mengisian informed consent


Kriteria Ekslusi
- Seluruh pasien yang dilakukan pencabutan gigi susu

Jumlah seluruh pengisian informed consen x 100%


Formula
Jumlah seluruh pasien pencabutan gigi susu

Desain
Pengumpulan Concurrent (Survei harian)
Data

Sumber Data Buku registrasi harian dan informed consent

Instrumen
Pengambilan - Form informed consent
Data - Form monitoring pasca pencabutan gigi susu

Besar Sampel Sampel kunjungan pasien pencabutan gigi susu

Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data

Periode Bulan, Tahunan


Pelaporan
Data

Periode Analis
Bulan, Tahunan
Data

Penyajian
Angka
Data

Penanggung
Penanggung jawab Ruang Gigi
Jawab

7. RUANG LABORATORIUM

Judul Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium


Permenkes No.37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Dasar Pemikiran
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

1. Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan


Tujuan 2. Mengukur hasil capaian tidak adanya waktu pelayanan
melebihi standar waktu yang telah ditetapkan (≤ 40
menit)
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium Ibu hamil
Definisi Operasional
(Triple Eliminasi)

Jenis Indikator Proses

Satuan Pengukuran Persentase

Numerator Jumlah pasien Ibu hamil yang waktu tunggunya sesuai


(pembilang) standar

Denominator Jumlah seluruh pasien Ibu hamil yang memiliki waktu


(penyebut) tunggu

Target Pencapaian 90%

Kriteria: Seluruh pasien Ibu hamil

Jumlah pasien Ibu hamil yang waktu tunggunya sesuai


standar x 100%
Formula
Jumlah seluruh pasien Ibu hamil yang memiliki waktu
tunggu

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data

Sumber Data Buku register lab pemeriksaan Ibu hamil

Instrumen Form hasil pemeriksaan lab dan Indikator Mutu Pelayanan


Pengambilan Data Laboratorium

Sampel diambil berdasarkan jumlah pada kunjungan


Besar Sampel
pasien Ibu hamil

Frekuensi Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan
Bulanan
Data

Periode Analisis
Bulanan
Data

Penyajian Data  Tabel

Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang Laboratorium

8. RUANG PELAYANAN FARMASI

TARGET INDIKATOR RUANG FARMASI

Judul Indikator Kepatuhan Petugas Memberikan Pio Pada Pasien

Permenkes No. 26 Tahun 2020 Tentang Standar Pelayanan


Dasar Pemikiran
Kefarmasian di Puskesmas

Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas

1. Mengukur kepatuhan Pasien dalam penggunaan Obat


Tujuan
2. Mengukur hasil capaian pemberian informasi obat pada
seluruh pasien

Definisi
Pemberian Informasi Obat (PIO)
Operasional

Jenis Indikator Proses

Satuan
Persentase
Pengukuran
Numerator
Jumlah Pasien yang mendapat PIO
(pembilang)

Denominator
Jumlah Seluruh pasien
(penyebut)

Target
100%
Pencapaian

Kriteria: Semua Pasien

Jumlah Pasien yang mendapat PIO


Formula 𝑋 100%
Jumlah Seluruh pasien

Desain
Pengumpulan Cuncurrent (Suvey harian)
Data

Sumber Data Buku laporan harian

Instrumen
Pengambilan Form PIO
Data

Besar Sampel Semua Resep Pasien

Frekuensi
Pengumpulan Harian
Data

Periode
Bulanan
Pelaporan Data

Periode Analisis
Bulanan
Data

Penyajian Data Tabel

Penanggung
Apoteker dan Asisten Apoteker
Jawab

9. RUANG TB DOTS DAN ISPA

KEPATUHAN PETUGAS MELAKUKAN SKRINING DM-


Judul indikator
HIV PADA PASIEN TB SESUAI STANDAR
1. Permenkes nomor 67 tahun 2016 tentang
penanggulangan TB;
Dasar pemikiran 2. Permenkes nomor 49 tahun 2019 tentang
Puskesmas;
3. Permenkes nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Pelayanan Minimal
Dimensi mutu Keselamatan dan Efektifitas

4. Mengukur kepatuhan petugas pemberi


Tujuan layanan TB-Dots
5. Mengukur hasil capaian skrinning DM-HIV
pada pasien TB di ruang TB-Dots
Kepatuhan petugas melakukan skrinning DM-HIV pada
Definisi pasien TB sesuai standar adalah suatu usaha petugas
Operasional kesehatan untuk mendeteksi penyakit DM – HIV pada
pasien TB

Jenis indikator Proses dan hasil

Satuan
Persentase
pengukuran

Numerator
Jumlah pasien TB di skrinning DM - HIV
(pembilang)

Denominator
Jumlah semua pasien TB yang berobat ke ruang TB-Dots
(penyebut)

Target pencapaian 100%

Kriteria: Semua pasien TB

Jumlah pasien TB di skrinning DM − HIV


Formula 𝑥100%
Jumlah semua pasien TB yang berobat ke Puskesmas

Desain
pengumpulan Survei Bulanan
data

Sumber data Buku Laporan TB dan SITB online

Instrumen
TB.03
pengambilan data

Sampel di ambil berdasarkan jumlah pasien TB yang


Besar sampel
berobat ke ruang TB-Dots
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data

Periode pelaporan
Per Bulan
data

Periode analisis
Per Bulan
data

Penyajian data Tabel

Penanggung
Rusmina Ria Lestari Sihotang, Amd.Kep
Jawab

10. RUANG KONSULTASI

Judul Indikator Kepatuhan petugas konsultasi terhadap standar


prosedur konseling gizi

Dasar Pemikiran

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan


konsultasi gizi sebagai dasar untuk memperbaiki
Tujuan dan meningkatkan kepatuhan agar dapat menjamin
keselamatan pasien dengan cara memberikan
pelayanan sesuai standar operasional prosedur.

Serangkaian kegiatan pemberian informasi petugas


terhadap pasien mengenai permasalahan gizi yang
Definisi Operasional
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
operasional

Jenis Indikator Proses

Satuan Pengukuran Persentase

Jumlah pasien yang berkunjung ke ruang konsultasi


Numerator (pembilang) yang mendapatkan konsultasi gizi sesuai standar.

Denominator
(penyebut) Jumlah seluruh pasien yang berkunjung ke ruang
konsultasi
Target Pencapaian 100%

Kriteria: Seluruh pasien

Jumlah pasien yang berkunjung ke ruang konsultasi


yang mendapatkan konsultasi gizi sesuai standar
Formula
100 %Jumlah seluruh pasien yang berkunjung ke
ruang konsultasi

Desain Pengumpulan
Concurrent (survey harian)
Data

Sumber Data Buku konseling

Instrumen Pengambilan
Kartu Status Pasien, Buku Register Konsultasi
Data

Sampel diambil berdasarkan jumlah kunjungan


Besar Sampel
pasien konsultasi gizi

Frekuensi
Harian
Pengumpulan Data

Periode Pelaporan Data Bulanan

Periode Analisis Data Bulanan

Penyajian Data Tabel

Penanggung Jawab Penanggung jawab Ruang Konsultasi


BAB III
PENGUKURAN , VALIDASI DAN ANALISA INDIKATOR MUTU

PELAYANAN PUSKESMAS

Indikator mutu yang sudah disusun kemudian ditetapkan pimpinan


Puskesmas lalu diimplementasikan, dicatat, di ukur, di vadidasi kemudian di
analisa dan dimonitoring serta di evaluasi dan di dokumentasikan.

A. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mengukur data indicator berdasarkan definisi
operasional indicator sehingga didapatkan data denominator dan nominator.
Ditetapkan kebijakan dan prosedur pengukuran indicator mutu di Puskesmas
Lima Ilir. Untuk mengukur indikator mutu maka penting adanya instrumen.
Kemudian ditetapkan petugas yang melakukan pengukuran indicator.

B. Validasi

Validasi dilakukan untuk menjamin data indicator akurat/sahih agar dapat


digunakan untuk dasar pengambilan keputusan, perubahan kebijakan, perbaikan
dan memberikan informasi pada masyarakat.

Validasi dilakukan jika :

- terdapat indicator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan


- terdapat indicator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat melalui
media informasi yang ditetapkan.
- terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain :
perubahan numerator atau denominator, perobahan metode
pengumpulan, perubahan sumber data, perubahan subjek pengumpulan
data, perubahan definisi operasional dari indicator.
Validasi data dapat dilakukan terhadap :

- sumber data
- definisi operasional numerator dan denominator
- membandingkan hasil pengukuran ulang dengan sumber data yang sama
atau
- membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan sumber data
yang lain untuk mencocokkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.
Ditetapkan kebijakan dan prosedur validasi indicator mutu di
Puskesmas Lima Ilir.. Kemudian ditetapkan petugas yang melakukan
validasi

C. Analisa

Analisis data adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu
data menjadi informasi sehingga data tersebut menjadi mudah dipahami dan
bermanfaat untuk digunakan menemukan solusi dari permasalahan .

Tehnik analisa data yang digunakan :

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Merupakan teknik analisis yang berfokus pada informasi non numerik dengan
asas filsafat positivisme. Pada penggunaan teknik analisis kualitatif ini
lumrahnya membahas secara konseptual terhadap suatu permasalahan dan
tidak terganggu dengan data-data angka. Beberapa jenis teknik analisis data
kualitatif, yakni:

 analisis konten,
 analisis naratif,
 analisis wacana,
 analisis kerangka kerja, dan
 teori beralas.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

.Merupakan kegiatan analisis data yang mengolah data-data numerik


seperti penggunaan data statistik, data hasil survei responden, dan lain
sebagainya. Sama halnya dengan teknik analisis data kualitatif, pada
analisis data kuantitatif juga terdapat beberapa jenisnya, yakni analisis data
kuantitatif deskriptif dan analisis data kuantitatif inferensial.
Untuk pengukuran indicator jenis proses seperti kepatuhan petugas,
pengukuran dilaksanakan setiap bulan oleh sesama petugas
Ruang/Unit/Program yang terkait, kemudian setiap evaluasi tiga bulan atau
enam bulan atau setiap data mau ditampilkan maka di validasi oleh petugas
tim mutu. Untuk pengukuran jenis out put/out come pengukuran dilakukan
oleh petugas di ruang/unit/ruang/program dan validasi dilakukan petugas tim
mutu.

Setiap akhir tahun anggaran atau paling lama awal tahun anggaran
berikutnya dilakukan evaluasi indicator mutu secara menyeluruh untuk
menyusun dan menetapkan indicator mutu pada tahun berikutnya
BAB IV

PENUTUP

Tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau


pelayanan yang bermutu tinggi menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan Puskesmas dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diberikan
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan untuk mengukur seberapa baik
mutu pelayanan yang diberikan diperlukan suatu indikator mutu pelayanan
Puskesmas.

Keberadaan indikator mutu pelayanan Puskesmas bermanfaat untuk


mengukur mutu pelayanan Puskesmas. Oleh karena itu, keberhasilan dalam
mempertahankan mutu diperlukan upaya yang terpadu dari semua tenaga
kesehatan.

Bila indikator mutu tersebut dinilai sangat berbahaya atau berdampak


luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau
monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat. Dalam hal ini
diperlukan komitmen pimpinan Puskesmas dan seluruh karyawan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu layanan.

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Lima Ilir Ketua Mutu

dr.Irma Wijaya Kusuma drg. Porman Sinaga


Pembina Pembina Tk.I
NIP. 197907302008012008 NIP. 197808022006041008

Anda mungkin juga menyukai