MAKALAH
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan seksama. Makalah mengenai “ Indikator Mutu Di Pelayanan
Kesehatan” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Manajemen Penjaminan Mutu Kesehatan Gigi Dan Mulut.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang
membaca.
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Fitness For Use Sebagai Salah Satu Bentuk Dari Indikator Mutu ............. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang kesehatan merupakan salah satu variabel utama indikator
mutu manusia. Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan
memperlihatkan sejauh mana perhatian pemerintah dan masyarakat
terhadap kualitas masyarakat. Perbaikan derajat kesehatan masyarakat
tersebut sangat relevan bila diikuti dengan ketersediaan fasilitas kesehatan
yang memadai.
Nilai kualitas terhadap suatu barang atau jasa di namakan mutu.
Masyarakat dapat menilai bagaimana mutu atau kualitas layanan kesehatan
di tempat pelayanan kesehatan dengan melihat sikap dari pelayanan
kesehatan tersebut saat memberikan pelayanan. pelayanan cepat, ramah dan
murah biasanya menjadi indikator masyarakat dalam menilai pelayanan
kesehatan sehingga banyak tempat pelayanan kesehatan saat ini berlomba-
lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayan
yaitu adanya perbedaan antara harapan pasien atau pengguna layanan
dengan layanan yang di terima pengguna layanan. Pelayanan kesehatan
meningkatkan kepuasan layanan pada masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan di pelayanan kesehatan tersebut
(Hubaedah dan Inayanti, 2019).
Dalam pemberian mutu pelayanan keperawatan ada enam poin yang
menjadi indikator standar pelayanan keperawatan bagi pasien, yaitu
keamanan, kenyamanan, bebas dari kecemasan, kepuasan, perawatan diri
serta pendidikan kesehatan dan informasi kepada pasien (Ali, 2010)
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam
organisasi pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi pelayanan
kesehatan untuk sadar mutu dalam memberikan pelayanan kepada
1
pengguna jasa organisasi pelayanan kesehatan. Setiap permasalahan yang
muncul dalam organisasi pelayanan kesehatan khususnya berkaitan dengan
mutu layanan kesehatan, terdapat tiga konsep utama yang selalu muncul.
Konsep tersebut adalah akses, biaya, dan mutu (Herlambang, 2016).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan upaya
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien, Penting untuk
mengetahui dan memahami indikator dan kriteria apa saja yang menjadi
prasyarat mutu di sarana pelayanan kesehatan, agar tolok ukur penilaian bisa
diketahui dengan akurat dan jelas guna menunjang peningkatan pelayanan,
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana indikator mutu dalam pelayanan Kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan validitas, keabsahan, dan Reliabilitas
dalam indikator mutu?
3. Apa fungsi indikator dan kriteria berbagai status dalam pelayanan
Kesehatan?
4. Apa yang dimaksud dengan Fitness for use merupakan salah satu
bentuk dari indikator mutu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui indikator mutu dalam pelayanan Kesehatan
2. Untuk mengetahui validitas, keabsahan, dan reliabilitas dalam indikator
mutu
3. Untuk mengetahui fungsi indikator dan kriteria berbagai status dalam
pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui Fitness for use sebagai salah satu bentuk dari
indikator mutu
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya
(resources) lainnya di puskesmas dan rumah sakit. Beberapa
aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam hal ini
adalah kejujuran, efektifitas dan efisiensi, serta kuantitas dan
kualitas dari masukan yang ada. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.
Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan
dikelola sesui dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan prosedur kerja yang berlaku dengan maksud
pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pelanggan
secara baik.
2. Standar proses (process)
Proses adalah semua kegiatan atau aktvitas dari seluruh
karyawan dan tenaga profesi dalam interaksinya dengan
pelanggan, baik pelanggan internal (sesama petugas atau
karyawan) maupun pelanggan eksternal (pasien, pemasok
barang, masyarakat yang datang ke puskesmas atau rumah
sakit untuk maksud tertentu). Baik atau tidaknya proses yang
dilakukan di puskesmas atau di rumah sakit dapat diukur dari:
a. Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh
pelanggan
b. Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan
c. Mutu proses yang dilakukan.
Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap
mutu pelayanan kesehatan. Semakin patuh petugas (profesi)
terhadap standar pelayanan, maka semakin bermutu pula
pelayanan kesehatan yang diberikan.
4
profesi serta seluruh karyawan terhadap pelanggan. Hasil yang
diharapkan dapat berupa perubahan yang terjadi pada
pelanggan, baik secara fisik-fisiologis maupun sosial-
psikologis, termasuk kepuasan pelanggan. Hasil merupakan
pendekatan secara tidak langsung, namun sangat bermanfaat
untuk mengukur mutu pelayanan di puskesmas, rumah sakit,
atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. Logika yang
dipakai adalah jika masukan telah tersedia sesuai rencana,
maka proses akan bisa terlaksana. Apabila proses dilaksanakan
sesuai yan direncanakan berdasarkan standar yang ada, maka
hasil akan tercapai dengan baik.
5
Laboratorium Kesehatan dan Unit Transfusi Daerah maka menjadi acuan
pelaksanaan pengukuran Indikator Nasional Mutu (INM) bagi pengelola
mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pengukuran Indikator Mutu
bertujuan untuk menilai apakah upaya yang telah dilakukan benar-benar
dapat meningkatkan mutu layanan secara berkesinambungan, juga untuk
memberikan umpan balik, transparansi publik dan dapat digunakan sebagai
pembanding (benchmark) dalam mengidentifikasi best practice untuk
pembelajaran. Indikator Nasional Mutu (INM) yang harus terukur pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
1. Indikator Mutu di Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi
a. Kepuasan pasien
b. Kepatuhan penyediaan sarana dan prasarana kebersihan tangan
c. Kepatuhan kunjungan pasien hipertensi sesuai jadwal kontrol,
untuk tempat praktik mandiri dokter
d. Penurunan skor Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pasien,
untuk tempat praktik mandiri dokter gigi
2. Indikator Mutu di Klinik
a. Kepatuhan kebersihan tangan
b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. Kepatuhan identifikasi pasien
d. Kepuasan pasien
3. Indikator Mutu di Puskesmas
6
4. Indikator Mutu di Rumah Sakit
7
e. hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda
dengan uji konfirmasi golongan darah
f. suhu penyimpanan produk darah
g. kepuasan pasien
Peningkatan mutu pelayanan yang signifikan dan diikuti dengan upaya
perbaikan berkelanjutan dapat mendorong peningkatan budaya mutu yang
berkesinambungan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan demi mewujudkan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di setiap tempat praktik mandiri
dokter dan dokter gigi, klinik, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
laboratorium kesehatan dan unit transfusi darah.
8
4. Sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien
yang diubah ke format elektronik sehingga sumber datanya menjadi
elektronik dan kertas
5. Subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam umur
pasien rata-rata
Berdasarkan standar validasi data internal yang telah ditetapkan
bahwa validasi data hanya dapat dilakukan pada data sekunder (rekam
medis). penggunaan 100% sampel hanya diperlukan apabila jumlah kasus
atau data lainnya sangat kecil, dimungkinkan untuk memakai 10% jika
sampel besar. Hitungan keakuratan dilakukan dengan membandingkan hasil
data orang pertama untuk dikatakan sebagai data valid.
Adapun tatalaksana kegiatan Validasi Data Internal Indikator Mutu
berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. M. Zein Painan adalah
sebagai berikut:
1. Rencana Jadwal
Disesuaikan dengan kebutuhan periode waktu pengumpulan data,
dapat dilaksanakan 3 bulan sekali sesuai dengan laporan kegiatan
triwulan dengan timeline sebagai berikut:
a. Mempersiapkan kebutuhan data dan alat ukur validasi
b. Mengumpulkan data
c. Analisis data
2. Teknis Pelaksanaan
a. Menilai kebutuhan validasi
b. Menentukan jumlah sampel untuk validasi data mutu.
penggunaan 100% sampel hanya diperlukan apabila jumlah
kasus atau data lainnya sangat kecil.
c. Memastikan alat ukur validasi yang sesuai dengan matrik
pemantauan indikator mutu yang sama dengan pemantauan
data original
9
d. Melakukan pengumpulan data oleh orang kedua yang tidak
terlibat dalam pengumpulan data orisinil, dengan
menggunakan objek data yang sama dan cara ukur yang sama
e. Menghitung keakuratan dilakukan dengan membandingkan
hasil data orang pertama dengan orang kedua. Hasil data
orang kedua harus lebih besar 90% dari hasil data orang
pertama untuk dikatakan sebagai data valid
f. Melakukan koreksi apabila unsur datanya tidak sama, alasan
nya harus dicatat dan tindakan korektif harus
didokumentasikan
g. Mengidentifikasi tindakan korektif dengan mereview
kembali teknis pengukuran yang telah dilaksanakan
3. Input, Interpretasi Data, dan Pelaporan
Data hasil validasi internal akan diinput dan
diinterpretasikan dengan teknik deskripsi berdasarkan acuan
statistik dasar oleh komite mutu dan keselamatan pasien.
4. Validator
Tim validator diharapkan dengan kondisi sebagai berikut:
a. Merupakan anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
b. Mendapatkan pelatihan pengumpulan data secara formal atau
non formal
c. Memiliki kemampuan menganalisis dan menginterpretasi
data
10
kemampuan dalam menggunakan alat bantu yang ada, fungsinya untuk
memproses pelayanan, sehingga memberikan kepuasan bagi pelanggan.
11
e. Dari mulut ke mulut
f. Kebutuhan pribadi
g. Pengalaman masa lalu
h. Komunikasi.
D. Fitness For Use Sebagai Salah Satu Bentuk Dari Indikator Mutu
Menurut Jhosep M. Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Kecocokan pengguna produk pengguna produk tersebut
tersebut didasarkan didasarkan atas lima ciri utama, yaitu
1) Teknologi; teknologi; yaitu kekuatan,
2) Psikologis, yaitu rasa atau status;
3) Waktu, yaitu kehandalan;
4) Kontraktual, yaitu ada jaminan;
5) Etika, yaitu sopan santun.
Jhosep M. Juran terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan :
1. Perencanaan mutu
Siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produknya
sesuai kebutuhan, dan merencanakan merencanakan proses
untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu
Mengevaluasi kinerja untuk mengidenfikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu
Membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-
langkah yang semuanya mengacu pada upaya peningkatan
mutu.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14