Anda di halaman 1dari 17

INDIKATOR MUTU DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Penjaminan Mutu


Kesehatan Gigi Dan Mulut

Disusun Oleh:

Ade Hermawati Yuwono P17325123456


Annisa Aulia Ardiani P17325123459
Gita Reskia P17325123467
Meityawaty Sabela P17325123470
Refnizar P17325123480
Sri Wahyuni P17325123484
Inge Tarisa Andini P17325123490
Verdina Rusdiani P17325123491

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan seksama. Makalah mengenai “ Indikator Mutu Di Pelayanan
Kesehatan” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Manajemen Penjaminan Mutu Kesehatan Gigi Dan Mulut.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang
membaca.

Bandung, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Indikator Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan ............................................... 3

B. Validitas, Keabsahan, Dan Reliabilitas Dalam Indikator Mutu ................... 8

C. Fungsi Indikator, Kriteria Berbagai Status Dalam Pelayanan Kesehatan .. 11

D. Fitness For Use Sebagai Salah Satu Bentuk Dari Indikator Mutu ............. 12

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang kesehatan merupakan salah satu variabel utama indikator
mutu manusia. Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan
memperlihatkan sejauh mana perhatian pemerintah dan masyarakat
terhadap kualitas masyarakat. Perbaikan derajat kesehatan masyarakat
tersebut sangat relevan bila diikuti dengan ketersediaan fasilitas kesehatan
yang memadai.
Nilai kualitas terhadap suatu barang atau jasa di namakan mutu.
Masyarakat dapat menilai bagaimana mutu atau kualitas layanan kesehatan
di tempat pelayanan kesehatan dengan melihat sikap dari pelayanan
kesehatan tersebut saat memberikan pelayanan. pelayanan cepat, ramah dan
murah biasanya menjadi indikator masyarakat dalam menilai pelayanan
kesehatan sehingga banyak tempat pelayanan kesehatan saat ini berlomba-
lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayan
yaitu adanya perbedaan antara harapan pasien atau pengguna layanan
dengan layanan yang di terima pengguna layanan. Pelayanan kesehatan
meningkatkan kepuasan layanan pada masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan di pelayanan kesehatan tersebut
(Hubaedah dan Inayanti, 2019).
Dalam pemberian mutu pelayanan keperawatan ada enam poin yang
menjadi indikator standar pelayanan keperawatan bagi pasien, yaitu
keamanan, kenyamanan, bebas dari kecemasan, kepuasan, perawatan diri
serta pendidikan kesehatan dan informasi kepada pasien (Ali, 2010)
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam
organisasi pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi pelayanan
kesehatan untuk sadar mutu dalam memberikan pelayanan kepada

1
pengguna jasa organisasi pelayanan kesehatan. Setiap permasalahan yang
muncul dalam organisasi pelayanan kesehatan khususnya berkaitan dengan
mutu layanan kesehatan, terdapat tiga konsep utama yang selalu muncul.
Konsep tersebut adalah akses, biaya, dan mutu (Herlambang, 2016).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan upaya
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien, Penting untuk
mengetahui dan memahami indikator dan kriteria apa saja yang menjadi
prasyarat mutu di sarana pelayanan kesehatan, agar tolok ukur penilaian bisa
diketahui dengan akurat dan jelas guna menunjang peningkatan pelayanan,
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana indikator mutu dalam pelayanan Kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan validitas, keabsahan, dan Reliabilitas
dalam indikator mutu?
3. Apa fungsi indikator dan kriteria berbagai status dalam pelayanan
Kesehatan?
4. Apa yang dimaksud dengan Fitness for use merupakan salah satu
bentuk dari indikator mutu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui indikator mutu dalam pelayanan Kesehatan
2. Untuk mengetahui validitas, keabsahan, dan reliabilitas dalam indikator
mutu
3. Untuk mengetahui fungsi indikator dan kriteria berbagai status dalam
pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui Fitness for use sebagai salah satu bentuk dari
indikator mutu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Indikator Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan


Indikator adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai standar dasar
atau ukuran yang bisa menunjukan perubahan yang terjadi pada sebuah
bidang tertentu. Sedangkan pengertian dari indikator mutu pelayanan adalah
ukuran kondisi baik buruknya suatu pelayanan atau aktivitas interaksi antar
karyawan dan konsumen yang diukur dengan standar dasar tertentu.
Mutu pelayanan kesehatan merupakan derajat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau peskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan sosial budaya
serat memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah serta
masyarakat konsumen. Mutu layanan kesehatan akan selalu menyangkut
dua aspek yaitu pertama aspek teknis dari penyedia layanan kesehatan itu
sendiri dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai akibat hubungan
yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan penerima layanan
kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan
tingkat efisiensi institusi sarana kesehatan indikator yang dapat digunakan
untuk melakukan penilaian mutu pelayanan kesehatan. Menurut prof. A.
Donabedian ada 3 pendekatan evaluasi penilaian mutu (Pohan, 2007) yaitu
standar masukan (input), standar proses (process) dan standar keluaran
(output)

1. Standar masukan (Input)


Masukan (Input) yang dimaksud disini adalah sarana fisik,
perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen,

3
keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya
(resources) lainnya di puskesmas dan rumah sakit. Beberapa
aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam hal ini
adalah kejujuran, efektifitas dan efisiensi, serta kuantitas dan
kualitas dari masukan yang ada. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.
Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan
dikelola sesui dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan prosedur kerja yang berlaku dengan maksud
pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pelanggan
secara baik.
2. Standar proses (process)
Proses adalah semua kegiatan atau aktvitas dari seluruh
karyawan dan tenaga profesi dalam interaksinya dengan
pelanggan, baik pelanggan internal (sesama petugas atau
karyawan) maupun pelanggan eksternal (pasien, pemasok
barang, masyarakat yang datang ke puskesmas atau rumah
sakit untuk maksud tertentu). Baik atau tidaknya proses yang
dilakukan di puskesmas atau di rumah sakit dapat diukur dari:
a. Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh
pelanggan
b. Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan
c. Mutu proses yang dilakukan.
Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap
mutu pelayanan kesehatan. Semakin patuh petugas (profesi)
terhadap standar pelayanan, maka semakin bermutu pula
pelayanan kesehatan yang diberikan.

3. Standar Hasil (outcome)


Hasil (outcome) yang dimaksud di sini adalah tindak lanjut
dari keluaran berupa hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga

4
profesi serta seluruh karyawan terhadap pelanggan. Hasil yang
diharapkan dapat berupa perubahan yang terjadi pada
pelanggan, baik secara fisik-fisiologis maupun sosial-
psikologis, termasuk kepuasan pelanggan. Hasil merupakan
pendekatan secara tidak langsung, namun sangat bermanfaat
untuk mengukur mutu pelayanan di puskesmas, rumah sakit,
atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. Logika yang
dipakai adalah jika masukan telah tersedia sesuai rencana,
maka proses akan bisa terlaksana. Apabila proses dilaksanakan
sesuai yan direncanakan berdasarkan standar yang ada, maka
hasil akan tercapai dengan baik.

Metode pengukuran indikator dapat dilakukan melalui mekanisme


inspeksi, survei pelanggan, penilaian internal dan eksternal (ISO, akreditasi)
dan indikator statistik. Sedangkan upaya untuk meningkatakan mutu dapat
dilakukan melalui pengembangan tim quality assurance, pengembangan
sistem peningkatan kinerja klini, penetapan standar ISO, penetapan audit
mutu dan pengembangan clinical pathways.

Enam dimensi mutu pelayanan kesehatan menurut WHO yaitu safe,


effectice, timely, patient-centered, equitable dan efficient. Indikator mutu
rumah sakit merupakan ukuran yang digunakan untuk memahami mutu
pelayanan rumah sakit. Beberapa contoh indikator mutu pelayan rumah
sakit yaitu kepatuhan penggunaan clinical pathways (effective), penulisan
resep sesuai formularium (efficient), waktu tunggu rawat jalan (timely),
kepuasan pasien dan keluarga di IGD, rawat jalan, dan rawat inap (patient-
centered), rrespon time IGD < 5 menit (equitable), dan angka pasien jatuh
(safe).

Dengan diterbitkannya Permenkes No 30 Tahun 2022 tentang


Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri
Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,

5
Laboratorium Kesehatan dan Unit Transfusi Daerah maka menjadi acuan
pelaksanaan pengukuran Indikator Nasional Mutu (INM) bagi pengelola
mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pengukuran Indikator Mutu
bertujuan untuk menilai apakah upaya yang telah dilakukan benar-benar
dapat meningkatkan mutu layanan secara berkesinambungan, juga untuk
memberikan umpan balik, transparansi publik dan dapat digunakan sebagai
pembanding (benchmark) dalam mengidentifikasi best practice untuk
pembelajaran. Indikator Nasional Mutu (INM) yang harus terukur pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
1. Indikator Mutu di Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi
a. Kepuasan pasien
b. Kepatuhan penyediaan sarana dan prasarana kebersihan tangan
c. Kepatuhan kunjungan pasien hipertensi sesuai jadwal kontrol,
untuk tempat praktik mandiri dokter
d. Penurunan skor Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pasien,
untuk tempat praktik mandiri dokter gigi
2. Indikator Mutu di Klinik
a. Kepatuhan kebersihan tangan
b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. Kepatuhan identifikasi pasien
d. Kepuasan pasien
3. Indikator Mutu di Puskesmas

a. Kepatuhan kebersihan tangan


b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. Kepatuhan identifikasi pasien
d. Keberhasilan pengobatan pasien Tuberkulosis semua kasus
sensitif obat
e. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ante natal care sesuai
standar
f. Kepuasan pasien

6
4. Indikator Mutu di Rumah Sakit

a. Kepatuhan kebersihan tangan


b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. Kepatuhan identifikasi pasien
d. Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi
e. Waktu tunggu rawat jalan
f. Penundaan operasi elektif
g. Kepatuhan waktu visite dokter
h. Pelaporan hasil kritis laboratorium
i. Kepatuhan penggunaan formularium nasional
j. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)
k. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh
l. Kecepatan waktu tanggap complain
m. Kepuasan pasien.

5. Indikator Mutu di Laboratorium Kesehatan

a. Kepatuhan kebersihan tangan


b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. Kepatuhan identifikasi pasien
d. Kepatuhan pelaporan hasil kritis
e. Kejadian sampel/spesimen yang hilang
f. Pengulangan hasil pemeriksaan
g. Kepuasan pasien

6. Indikator Mutu di UTD

a. kepatuhan kebersihan tangan


b. kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
c. pemenuhan kebutuhan darah oleh UTD
d. donasi dari pendonor darah sukarela

7
e. hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda
dengan uji konfirmasi golongan darah
f. suhu penyimpanan produk darah
g. kepuasan pasien
Peningkatan mutu pelayanan yang signifikan dan diikuti dengan upaya
perbaikan berkelanjutan dapat mendorong peningkatan budaya mutu yang
berkesinambungan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan demi mewujudkan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di setiap tempat praktik mandiri
dokter dan dokter gigi, klinik, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
laboratorium kesehatan dan unit transfusi darah.

B. Validitas, Keabsahan, Dan Reliabilitas Dalam Indikator Mutu


Validasi data merupakan alat penting untuk memahami mutu dari
data mutu dan untuk mencapai tingkat di mana data tersebut cukup
meyakinkan bagi para pembuat keputusan. validasi data menjadi salah satu
langsung dalam proses penentuan prioritas untuk pengukuran, pemilihan
apa yang diukur, pemilihan, dan pengujian ukuran, pengumpulan data,
validasi data dan penggunaan data untuk perbaikan. Tujuan dari validasi
data adalah tersedianya data dan informasi mulu yang valid sebagai dasar
manajemen rumah sakit untuk mengambil keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program dan peningkatan kewaspadaan
serta respon terhadap kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
validasi data dilakukan ketika:
1. Suatu ukuran diterapkan (khususnya, ukuran klinis yang
dimaksudkan untuk membantu rumah sakit mengevaluasi dan
meningkatkan proses atau hasil klinis yang penting)
2. Data akan ditampilkan kepada publik lewat situs web rumah sakit
atau cara lain
3. Suatu perubahan telat dibuat pada suatu ukuran indikator yang telah
ada

8
4. Sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien
yang diubah ke format elektronik sehingga sumber datanya menjadi
elektronik dan kertas
5. Subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam umur
pasien rata-rata
Berdasarkan standar validasi data internal yang telah ditetapkan
bahwa validasi data hanya dapat dilakukan pada data sekunder (rekam
medis). penggunaan 100% sampel hanya diperlukan apabila jumlah kasus
atau data lainnya sangat kecil, dimungkinkan untuk memakai 10% jika
sampel besar. Hitungan keakuratan dilakukan dengan membandingkan hasil
data orang pertama untuk dikatakan sebagai data valid.
Adapun tatalaksana kegiatan Validasi Data Internal Indikator Mutu
berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. M. Zein Painan adalah
sebagai berikut:
1. Rencana Jadwal
Disesuaikan dengan kebutuhan periode waktu pengumpulan data,
dapat dilaksanakan 3 bulan sekali sesuai dengan laporan kegiatan
triwulan dengan timeline sebagai berikut:
a. Mempersiapkan kebutuhan data dan alat ukur validasi
b. Mengumpulkan data
c. Analisis data
2. Teknis Pelaksanaan
a. Menilai kebutuhan validasi
b. Menentukan jumlah sampel untuk validasi data mutu.
penggunaan 100% sampel hanya diperlukan apabila jumlah
kasus atau data lainnya sangat kecil.
c. Memastikan alat ukur validasi yang sesuai dengan matrik
pemantauan indikator mutu yang sama dengan pemantauan
data original

9
d. Melakukan pengumpulan data oleh orang kedua yang tidak
terlibat dalam pengumpulan data orisinil, dengan
menggunakan objek data yang sama dan cara ukur yang sama
e. Menghitung keakuratan dilakukan dengan membandingkan
hasil data orang pertama dengan orang kedua. Hasil data
orang kedua harus lebih besar 90% dari hasil data orang
pertama untuk dikatakan sebagai data valid
f. Melakukan koreksi apabila unsur datanya tidak sama, alasan
nya harus dicatat dan tindakan korektif harus
didokumentasikan
g. Mengidentifikasi tindakan korektif dengan mereview
kembali teknis pengukuran yang telah dilaksanakan
3. Input, Interpretasi Data, dan Pelaporan
Data hasil validasi internal akan diinput dan
diinterpretasikan dengan teknik deskripsi berdasarkan acuan
statistik dasar oleh komite mutu dan keselamatan pasien.
4. Validator
Tim validator diharapkan dengan kondisi sebagai berikut:
a. Merupakan anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
b. Mendapatkan pelatihan pengumpulan data secara formal atau
non formal
c. Memiliki kemampuan menganalisis dan menginterpretasi
data

Reliabilitas atau dapat dipercaya, mempunyai arti bahwa biarpun


indikator digunakan oleh orang yang berbeda, pada waktu yang berbeda,
hasilnya akan tetap sama. Reliabilitas atau keandalan menjadi salah satu
indikator membangun kualitas pelayanan. Jadi, dikatakan memiliki
reliabilitas apabila memenuhi kecermatan dalam melayani pelanggan, dan
memiliki standar pelayanan yang jelas. Keandalan juga dapat dilihat dari

10
kemampuan dalam menggunakan alat bantu yang ada, fungsinya untuk
memproses pelayanan, sehingga memberikan kepuasan bagi pelanggan.

C. Fungsi Indikator dan Kriteria Berbagai Status Dalam Pelayanan


Kesehatan
Indikator mutu pelayanan kesehatan Indikator adalah karakteristik
yang dapat diukur dan dapat dipakai untuk menentukan keterkaitan dengan
standar (Bustami, 2011). Indikator dimaksudkan untuk mengukur
ketercapaian suatu standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Bustami
(2011), indikator terdiri atas:
1. Indikator persyaratan minimal
Indikator ini merujuk pada tercapai atau tidaknya standar
masukan, standar lingkungan, dan standar proses.
2. Indikator penampilan minimal
Tolak ukur yang berhubungan dengan keluaran dari suatu
pelayanan kesehatan.
Bustami (2011) berpendapat pendekatan sistem pelayanan
seharusnya juga mengkaji tentang hasil pelayanan. Hasil pelayanan adalah
tindak lanjut dari keluaran yang ada, sehingga perlu ada indikator (tolak
ukur) tentang hasil pelayanan tersebut. Indikator yang dimaksud menunjuk
pada hasil minimal yang dicapai berdasarkan standar yang sudah ditentukan.
Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan
tingkat efisiensi institusi sarana kesehatan Indikator yang dapat digunakan
untuk melakukan penilaian mutu pelayanan kesehatan (M. Fais Satianegara
dan Sitti Saleha, 2009). Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat
kepuasan pasien:
a. Jumlah keluhan pasien/keluarga
b. Surat pembaca
c. Jumlah surat kaleng
d. Surat yang masuk kotak saran

11
e. Dari mulut ke mulut
f. Kebutuhan pribadi
g. Pengalaman masa lalu
h. Komunikasi.

D. Fitness For Use Sebagai Salah Satu Bentuk Dari Indikator Mutu
Menurut Jhosep M. Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Kecocokan pengguna produk pengguna produk tersebut
tersebut didasarkan didasarkan atas lima ciri utama, yaitu
1) Teknologi; teknologi; yaitu kekuatan,
2) Psikologis, yaitu rasa atau status;
3) Waktu, yaitu kehandalan;
4) Kontraktual, yaitu ada jaminan;
5) Etika, yaitu sopan santun.
Jhosep M. Juran terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan :
1. Perencanaan mutu
Siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produknya
sesuai kebutuhan, dan merencanakan merencanakan proses
untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu
Mengevaluasi kinerja untuk mengidenfikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu
Membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-
langkah yang semuanya mengacu pada upaya peningkatan
mutu.

12
BAB III

KESIMPULAN

Indikator mutu pelayanan merupakan sesuatu yang digunakan sebagai


standar atau acuan untuk mengukur baik dan buruknya suatu pelayanan. Indicator
yang digunakan yaitu dengan 3 pendekatan evaluasi penilaian mutu terdiri dari
standar masukan, proses dan output. Metode pengukuran indikator dapat dilakukan
dengan inspeksi, survey pelanggan, penilaian internal dan eksternal serta indicator
statistic. Indikator mutu di setiap sarana pelayanan kesehatan tentu berbeda-beda
namun memiliki satu tujuan yang sama yaitu kepuasan pasien. Dalam indikator
mutu terdapat hal-hal penting untuk memahami data mutu dan untuk mencapai
tingkat dimana data tersebut dapat meyakinkan yaitu dengan validitas, keabsahan
dan reliabilitas. Peningkatan mutu pelayanan yang signifikan dan diikuti dengan
upaya perbaikan berkelanjutan dapat mendorong peningkatan budaya mutu yang
berkesinambungan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan demi mewujudkan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Hubaedah, A. (2019). Mutu Pelayanan Kebidanan. Guepedia.
Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan
https://www.academia.edu/44243338/Indikator_Mutu_Pelayanan_Kesehatan
(diakses tanggal 15 September 2023 pukul 17.04 WIB).
PERMENKES No 30 Tahun 2022
PMK_No__30_Th_2022_ttg_Indikator_Nasional_Mutu_Pelayanan_Kesehata
n_Tempat_Praktik_Mandiri_Dokter_dan_Dokter_Gigi,_Klinik,_Puskesmas,
_RS,_Labkes,_dan_Unit_Transfusi_Darah-signed.pdf (kemkes.go.id) (diakses
pada tanggal 15 September 2023 pukul 17.15 WIB)
Wiyono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi. Surabaya: Universitas Airlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai