Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mutu Layanan Kesehatan

2.1.1.1 Pengertian Mutu Layanan Kesehatan

Mutu layanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan

potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,

efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan norma, etika,

hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan

pemerintah dan masyarakat konsumen. Mutu layanan kesehatan harus memenuhi

dan melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan melalui penungkatan yang

berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga dan lainnya

yang datang untuk mendapatkan pelayanan, dokter, karyawan dan anggota

masyarakat lainnya yang kita layani. (Herlambang, 2016)

Menurut Donabedian (1980) dalam Bustami (2011), mengemukakan bahwa

komponen pelayanan kesehatan terdiri dari :

1. Masukan ( Input)

Masukan (Input) yang dimassud disini adalah sarana fisik, perlengkapan

dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan serta sumber daya

(resources) lainnya di rumah sakit atau puskesmas. Beberapa aspek penting

yang harus mendapatkan perhatian dalam hal ini adalah kejujuran,

8
9

efektivitas dan efisien, serta kuantitas dan kualitas dari masukan. Pelayanan

kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu. Semua

sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan dikelola sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan prosedur kerja yang berlaku

dengan maksud agar pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh

pelanggan secara baik.

2. Proses yang dilakukan

Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh karyawan dan

tenaga profesi dalam interaksinya dengan pelanggan, baik pelanggan

internal (sesama petugas atau karyawan) maupun eksternal (pasien,

pemasok barang, masyarakat yang datang ke rumah sakit atau puskesmas

untuk maksud tertentu). Baik atau tidaknya proses yang dilakukan dapat

diukur dari :

a. Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan

b. Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan

c. Mutu proses yang dilakukan

Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap mutu pelayanan

kesehatan. Semakin patuh petugas (profesi) terhadap standar pelayanan,

maka semakin bermutu pula pelayanan kesehatan yang diberikan.

3. Hasil yang dicapai (Outcome)

Hasil (outcome) yang dimaksud adalah tindak lanjut dari keluaran berupa

hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga profesi serta seluruh karyawan

terhadap pelanggan. Hasil yang diharapkan dapat berupa perubahan yang


10

terjadi pada pelanggan, baik secara fisik-fisiologi maupun sosial-psikologis,

termasuk kepuasan pelanggan. Hasil merupakan pendekatan secara tidak

langsung, namun sangat bermanfaat untuk mengukur mutu pelayanan di

rumah sakit, puskesmas, atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Logika yang dipakai adalah jika masukan telah tersedia sesuai rencana,

maka proses akan bisa terlaksana. Apabila proses dilaksanakan sesuai yang

direncanakan berdasarkan standar yang ada, maka hasil akan tercapai dengan baik.

2.1.1.2 Perspektif Mutu Layanan Kesehatan

Menurut Wiyono (1999), setiap mereka yang terlibat dalam layanan

kesehatan seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan

kesehatan, dinas kesehatan dan pemerintah daerah, pasti mempuyai persepsi yang

berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan.

Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh perpedaan latar belakang pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan. Beberapa

perspektif mengenai mutu pelayanan kesehatan yaitu :

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (masyarakat)

Pasien/masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu

layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan

dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu

menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau

meluasnya penyakit.
11

2. Bagi pemberi layanan kesehatan

Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu

dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan

profesi dalam melakukan setiap pelayanan kesehatan sesuai dengan

teknologi kesehatan yang mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau

hasil layanan kesehatan tersebut. Profesi layanan kesehatan membutuhkan

dan mengharapkan adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan

pendukung lainnya yang efektif dan efisien dalam menyelenggarakan

layanan kesehatan yang bermutu tinggi.

3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan

Penyandang dana kesehatan atau asuransi kesehatan menganggap bahwa

layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang

efektif dan efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang

sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan menjadi efisien. Kemudian

upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan ditingkatkan agar

layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.

4. Bagi pemilik sarana kesehatan

Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan

yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan

pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,

tetapi dengan tarif yang terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu pada

tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan masyarakat.
12

5. Bagi administrator layanan kesehatan

Administrator walaupun tidak langsung memberikan layanan kesehatan

pada masyarakat, tetapi ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu

layanan kesehatan. Administrator dapat menyusun prioritas dalam

menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi

layanan kesehatan.

2.1.1.3 Standar Mutu Pelayanan Kesehatan

Untuk menjaga pelaksanaan program pelayanan kesehatan agar tetap

berpedoman kepada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah pedoman

petunjuk pelaksanaan, yaitu pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis dan

yang dipakai sebagai pedoman oleh pelaksana dalam mengambil keputusan dan

atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk mengukur

tercapai atau tidaknya standar yang telah ditetapkan, dipergunakan indikator yaitu

ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Semakin sesuai sesuatu

yang diukur dengan indikator, semakin sesuai keadaanya dengan standar.

(Herlambang, 2016)

Azwar (1996) dalam Herlambang (2016), menyatakan bahwa syarat pokok

dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat

tersedia dan mudah dicapai.


13

2. Dapat diterima dan wajar

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat

istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat

wajar.

3. Mudah dicapai

Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dalam sudut lokasi.

Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka

pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.

4. Mudah dijangkau

Pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk

meujudkan keadaan seperti ini harus diupayakan pendekatan sarana

pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan

kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu

Pengertian bermutu yang dimaksud adalah menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.1.1.4 Manfaat Program Jaminan Mutu Kesehatan

Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara

berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan

penyebabnya berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan


14

melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia,

serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Manfaat dari program jaminan mutu

adalah :

1. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan

2. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan

3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

4. Dapat melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan kemunginan

timbulnya gugatan hukum. (Herlambang, 2016)

2.1.2 Laboratorium Kesehatan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.364/MENKES/SK/III/2003, yang dimaksud Laboratorium Kesehatan adalah

sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian

terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia

untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor

yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat. Berdasarkan

pelayanannya, laboratorium kesehatan terdiri dari laboratorium klinik dan

laboratorium kesehatan masyarakat. Sedangkan berdasarkan penyelenggaranya,

laboratorium kesehatan dibagi 2 yaitu yang diselenggarakan oleh pemerintah dan

oleh swasta.

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan

pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,


15

parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang

berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang

upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan laboratorium kesehatan masyarakat adalah

laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang

mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan

kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.

2.1.3 Pelayanan Laboratorium

Pelayanan laboratorium adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan.

Pelayanan Laboratorium Kesehatan di Indonesia pada saat ini diselenggarakan oleh

berbagai jenis laboratorium pada berbagai jenjang pelayanan, mencakup antara lain

Laboratorium Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Dati II, Laboratorium Rumah

Sakit Pemerintah dan Swasta, Balai Laboratorium Kesehatan dan Laboratorium

Klinik Swasta. Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil

pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian

pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh

karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus terjamin mutunya.

2.1.4 Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas

Penyelenggaraan laboratorium kesehatan di Indonesia yang banyak dikenal

oleh masyarakat terutama yang diselenggarakan oleh rumah sakit dan laboratorium
16

swasta, padahal puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama juga

menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan. Tentunya pelayanan

laboratorium di RS dan puskesmas berbeda baik dari segi jenis pelayanan, fasilitas,

maupun SDMnya. Secara umum pelayanan laboratorium di puskesmas lebih

sederhana dibandingkan dengan RS, walaupun tetap harus memperhatikan mutu

pelayanan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang tepat, akurat,

dan profesional.

Tenaga minimal pada laboratorium puskesmas adalah penanggung jawab,

tenaga teknis, dan tenaga non teknis. Penanggung jawab laboratorium puskesmas

adalah dokter Puskesmas atau kepala Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap

program kerja dan mutu laboratorium. Tenaga teknis adalah analis kesehatan

dengan pendidikan DIII yang bertugas melaksanakan kegiatan teknis operasional

dan mutu laboratorium. Tugas administrasi laboratorium diemban tenaga non teknis

dengan pendidikan SMU atau yang sederajat.

Kemampuan Pemeriksaan Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas

meliputi pemeriksaan-pemeriksaan dasar seperti:

1. Hematologi: Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung trombosit,

Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan dan Masa

pembekuan.

2. Kimia klinik: Glukosa, Protein, Albumin, Bilirubin total, Bilirubin direk,

SGOT, SGPT, Alkali fosfatase, Asam urat, Ureum/BUN, Kreatinin,

Trigliserida, Kolesterol total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL.


17

3. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif,

Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria,

Microfilaria dan Jamur permukaan.

4. Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, VDRL, HbsAg, Anti

Hbs, Anti HIV dan Antigen/antibody dengue.

5. Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis,

Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit

dan Mikroskopik (sedimen).

6. Tinja: Makroskopik, Darah samar dan Mikroskopik.

Metode yang dipakai tentunya berbeda dengan laboratorium di RS yang

sebagian besar sudah terotomatisasi. Hematologi di puskesmas menggunakan

metode manual, meskipun sekarang sudah banyak digantikan oleh alat otomatis

sederhana. Pemeriksaan kimia klinik menggunakan metode semiotomatis denga

fotometer dan rapid test. Untuk pemeriksaan imunologi sebagian besar

menggunakan rapid test, sedangkan mikroskop digunakan untuk pemeriksaan

bakteriologi, tinja, sedimen urin, dan apusan darah.

Kegiatan pemantapan mutu yang dilakukan di laboratorium puskesmas

sama dengan RS, dimana dilakukan pemantapan mutu internal (PMI) dan eksternal

(PME). Kegiatan PMI mencakup tahapan pra analitik, analitik, dan paska analitik,

sedangkan PME diselenggarakan oleh pihak lain di luar puskesmas yaitu Kemenkes

(nasional) dan BBLK (regional). (Permenkes, 2012)


18

2.1.5 Indikator Pelayanan Laboratorium Puskesmas

Untuk menjamin standar dan mutu pelayanan, sebuah laboratorium harus

mematuhi berbagai persyaratan meliputi kebijakan dan prosedur terhadap SDM,

alat, fasilitas, dan organisasi. Berbagai persyaratan tersebut menjadi indikator yang

akan dinilai sebagai indikator input mencakup perizinan, SDM, fisik bangunan,

peralatan dan bahan, serta struktur organisasi. Seluruh kewajiban tersebut kemudian

dinilai sebagai indikator proses yang berhubungan dengan mutu pelayanan.

Pengembangan indikator ini dengan mempertimbangkan keberadaan

indikator standar pelayanan minimum di Puskesmas, akreditasi FKTP dan

Penilaian Kinerja Puskesmas.

1. Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) Laboratorium di Puskesmas

antara lain :

a. Penanggung jawab laboratorium sesuai dengan Pemenkes 75 tahun

2014.

b. Waktu tunggu hasil pelayanan Laboratorium ≤ 120 menit.

c. Tidak ada kejadian tertukar spesimen pemeriksaan.

d. Kemampuan Miskroskopis TB paru.

e. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium.

f. Kesesuaian hasil pemeriksaan baku mutu eksternal. (Kemenkes, 2016)

2. Indikator Kinerja Laboratorium Terkait Akreditasi, antara lain:

a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten dan

berpengalaman untuk melakukan dan/atau menginterpretasikan hasil

pemeriksaan.
19

b. Adanya kebijakan dan SOP spesifik untuk setiap jenis pemeriksaan

laboratorium.

c. Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium.

d. Prosedur pelaporan hasil yang kritis.

e. Pengelolaan reagensia.

f. Penetapan nilai normal dan rentang nilai yang digunakan untuk

interpretasi dan pelaporan hasil laboratorium.

g. Pengendalian mutu.

h. Program keselamatan. (Kemenkes, 2015)

3. Indikator Kinerja Laboratorium berdasarkan Penilaian Kinerja Puskesmas

(PKP), yaitu :

a. Ada kebijakan

b. Ada prosedur spesifik untuk setiap jenis pemeriksaan

c. Hasil pemeriksaan laboratorium selesai dan tersedia dalam waktu

sesuai dengan ketentuan yang ditentukan

d. Program keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan dan

didokumentasikan

e. Laboratorium dikerjakan oleh analis/petugas yang terlatih dan

berpengalaman

f. Kalibrasi dan validasi alat laboratorium

g. Reagensia esensial selalu tersedia dan dievaluasi untuk memastikan

akurasi dan presisi hasil (Dinkes Kab. Garut,2019)


20

2.1.6 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem informasi menyediakan informasi untuk membantu pengambilan

keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang

layak untuk pihak luar perusahaan. Sistem informasi adalah cara-cara yang

diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah dan menyimpan data

dan cara-cara yang diorganisasi untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan dan

melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. (Krismiaji,2002).

Sistem informasi memiliki komponen-komponen sebagai berikut :

1. Perangkat Keras (Hardware)

Merupakan perangkat keras sistem informasi berbasis komputer, seperti

Central Processing Unit/CPU, monitor, keyboard, printer, dll.

2. Perangkat Lunak (Software)

Merupakan perangkat lunak dari sebuah sistem informasi, yaitu sebuah

operating sistem, aplikasi atau program yang digunakan untuk mengatur,

mengolah dan menganalisa data. Contohnya Google Chrome, Mozila

Firefox untuk masuk ke jaringan online, Microsoft Word untuk membuat

dan mengedit suatu dokumen, Microsoft powerpoint untuk membuat video,

presentasi, mengedit foto, microsoft exel untuk membuat grafik dan

mengedit dokumen.

3. Database

Merupakan sekumpulan data didalam sistem informasi dan tersusun dalam

tabel atau file. Contohnya MySQL, SQLite,dll.


21

4. Network (Jaringan)

Merupakan alat yang menghubungkan elemen atau antar subsistem,

sehingga memungkinkan adanya interaksi yang cepat dalam pertukaran data

dan informasi.

5. Prosedur

Merupakan proses gambaran bagaimana data tertentu diproses dan dianalisa

untuk menghasilkan produk dari sebuah sistem informasi.

6. Pengguna (User)

Merupakan pihak yang beetanggung jawab dalam menggunakan, merawat

dan mengembangkan sistem informasi.

2.1.7 Sistem Informasi Laboratorium

Sistem informasi laboratorium adalah prosedur sistematik untuk

mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan, mengolah, mengambil dan

memvalidasi data yang dibutuhkan oleh laboratorium tentang kegiatan

pelayanannya untuk pengambilan keputusan manajemen. Tujuan utama dari sistem

informasi laboratorium adalah mengumpulkan,mengolah dan menyajikan data

dengan serapi mungkin, mudah dibaca dan tepat waktu.

Sistem Informasi Laboratorium terdiri dari :

1. Input

Input adalah data yang masuk ke dalam sistem informasi termasuk metode-

metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yaitu :

a. Form pendaftaran pasien dan sampel dan permohonan pemeriksaan


22

b. Register pemeriksaan pasien klinis dan non klinis

c. Daftar jenis dan tarif pemerksaan sesuai daftar retribusi pelayanan

laboratorium

d. Register hasil pemeriksaan klinis dan non klinis

e. Buku pencatatan pemakaian reagen

f. Form laporan hasil pemeriksaan klinis dan non klinis

2. Proses

Proses adalah serangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh sistem

informasi laboratorium yang akan dibuat untuk menghasilkan output, yaitu:

a. Pencatatan data pasien, data sampel, data instansi, data jenis dan tarif

pemeriksaan, hasil pemeriksaan, data reagen dan pemakaian reagen,

data pemeriksa

b. Perhitungan biaya pemeriksaan

c. Perhitungan statistik laboratorium meliputi cakupan pemeriksaan

laboratorium, rerata jumlah pemeriksaan per hari

d. Perhitungan jumlah pemakaian reagen pemeriksaan

e. Perhitungan jumlah pendapatan laboratorium per periode waktu seta

perhitungan angka capaian target pendapatan.

3. Output

Output adalah hasil dari proses dalam sistem informasi laboratorium,

meliputi :

a. Informasi mengenai biaya pemeriksaan

b. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium klinis dan non klinis


23

c. Rekapitulasi hasil dan riwayat pemeriksaan laboratorium

d. Laporan statistik hasil pemeriksaan

e. Laporan keuangan

f. Laporan pemakaian reagen

g. Laporan pengguna layanan

2.1.8 Peran Sistem Informasi Laboratorium

Sistem informasi laboratorium yang efektif dapat memberikan dukungan

informasi bagi proses pengambilan keputusan di tingkat manajemen. Fitur-fitur

yang terdapat didalam sistem informasi laboratorium sangat banyak dan sangat

bermanfaat bagi manajemn untuk mengelola dan memanfaatkannya. Peran sistem

informasi laboratorium diantaranya :

1. Peran Sistem Informasi Laboratorium pada Proses perencanaan

Dalam suatu organisasi setiap tingkatan manajemen mempunyai kebutuhan

perencanaan yang berbeda. Dalam tingkat perancangan dan penegndalian

operasional, komputer mampu melaksanakan hampir semua kegiatan yang

ada. Hal ini dikarenakan sebagian kegiatan perancangan dan pengendaian

dapat distrukturkan dengan jelas dan rinci.

2. Dukungan Sistem Informasi Laboratorium pada Proses Pengendalian

Laporan prestasi atau evaluasi menggambarkan suatu perbandingan antara

prestasi nyata dengan prestasi yang direncanakan. Laporan prestasi disusun

dari kegiatan-kegiatan lampau yang telah dikerjakan. Dan jika laporan


24

tersebut digunakan sebagai dasar tindakan di masa datang, maka disebut

sebagai laporan pengendalian. (Sutanta, 2003)

3. Dukungan Sistem Informasi Laboratorium pada Pengambilan Keputusan

Dukungan Sistem informasi Laboratorium pada proses pengambilan

keputusan meliputi tiga tahap, yaitu menelusuri permasalahan, desain untuk

penciptaan pemecahan masalah dan pemilihan untuk pengujian kelayakan

pemecahan maslah yang melibatkan sleksi arah tindakan dan

pelaksanaanya.

2.1.9 Efektifitas

Efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung

pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman pendapat

mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika

terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara

meningkatkan, cara mengatur, bahkan cara menentukan fenomena efektivitas.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian efektif adalah ada

efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna

(usaha, tindakan), sedangkan efektivitas berarti keefektifan. Berdasarkan beberapa

pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)
25

yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan

terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat

(2006) yang menjelaskan bahwa:“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin

besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.

2.1.10 Efektivitas Sistem Informasi

Bodnar (2000) menjabarkan beberapa fenomena efektivitas sistem

informasi berbasis teknologi sebagai berikut :

1. Keamanan data, berhubungan dengan pencegahan bencana, baik karena

tindakan disengaja, maupun kesalahan manusia dan tingkat kemampuan

sistem informasi berbasis teknologi dalam mengantisipasi ilegal acess dan

kerusakan pada sistem.

2. Waktu, berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan informasi dalam

permintaan pemakaian sistem. Tingkat kemampuan sistem informasi

berbasis teknologi dalam memproses data menjadi suatu laporan, baik

secara periodik maupun non periodik, untuk rentang waktu yang telah

ditentukan.

3. Ketelitian, berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran

informasi. pada volume data yang besar biasanya terdapat dua jenis

kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.

4. Variasi laporan atau output,berhubungan dengan kelengkapan isi informasi.

dalam hal ini tidak hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai
26

informasinya. Tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi

untuk membuat suatu laporan dengan pengembangan dan perhitungan

sesuai dengan kebutuhan yang berguna bagi pengguna informasi.

5. Relevansi, menunjukkan manfaat yang dihasilkan dari produk atau keluaran

informasi, baik dalam analisis data, pelayanan, mauun penyajian data.

Fenomena relevansi menunjukkan kesesuaian dan manfaat laporan yang

dihasilkan.

2.2 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini dilihat peningkatan pelayanan yang dihasilkan sebelum

dan sesudah mnenggunakan Sistem Informasi Laboratorium UPT Puskesmas

Bl.Limbangan Garut

Pelayanan Laboratorium Pelayanan Laboratorium

Pre SIL Post SIL


1. Respon time 1. Respon time
2. Waktu tunggu hasil 2. Waktu tunggu hasil
laboratorium laboratorium
3. Penerimaan spesimen 3. Penerimaan spesimen
4. Penulisan hasil 4. Penulisan hasil
laboratorium laboratorium
5. Pembacaan hasil 5. Pembacaan hasil
laboratorium laboratorium
6. Penyerahan hasil 6. Penyerahan hasil
laboratorium laboratorium
7. Perhitungan biaya 7. Perhitungan biaya
pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laboratorium
8. Pencarian riwayat 8. Pencarian riwayat
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
9. Penyampaian laporan 9. Penyampaian laporan
bulanan bulanan
10. Pengelolaan reagen 10. Pengelolaan reagen

SISTEM INFORMASI
Gambar 2.1LABORATORIUM
Bagan Kerangka Konsep
27

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi saat ini, laboratorium

secara terus menerus harus mengevaluasi dan memadukan teknologi yang berubah

sangat cepat ke dalam kegiatan pelayanannya. Upaya tersebut juga harus dilakukan

oleh Laboratorium UPT Puskesmas Bl. Limbangan sebagai penunjang pelayanan

medis yang bertugas memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium yang

dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan tindak lanjut pengobatan pasien.

(Renosari, 2017)

Dalam menjalankan fungsinya, sistem yang digunakan di laboratorium UPT

Puskesmas Bl. Limbangan Kabupaten Garut untuk pengelolaan data laboratorium

serta pelayanan kepada pasien belum sepenuhnya menggunakan sistem

komputerisasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh laboratorium UPT

Puskesmas Bl.Limbangan masih dilakukan secara manual. Dalam pelaksanaannya

terdapat beberapa permasalahan yaitu keterlambatan pengumpulan laporan bulanan

(terlambat 5 hari dari waktu yang telah ditentukan oleh bagian tata usaha), adanya

kesalahan penulisan hasil sekitar 5% setiap bulannya, kesalahan pembacaan hasil

oleh dokter karena tulisan yang kurang jelas dari petugas laboratorium sekitar 7%

per bulan, dan terjadi kesalahan hitung biaya pemeriksaan sekitar 6%.

Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan pelayanan serta evaluasi

pelayanan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan laboratorium dibutuhkan

suatu sistem informasi yang bertujuan untuk menyajikan data dengan serapi

mungkin, mudah dibaca dan tepat waktu serta akurat/bebas dari kesalahan.
28

2.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini beberapa variabel dan definisi operasional yang akan

diteliti adalah :

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Efektifitas Kemampuan suatu Observasi Lembar 1. Efektif : jika nilai Nominal
Sistem sistem sesuai dengan Observasi N-Gain > 76 %
Informasi keinginan pengguna, 2. Tidak efektif : jika
Laboratorium kesesuaian antara nilai N-Gain
output dengan tujuan < 76 %
yang ditetapkan,
sebagai suatu informasi
yang mampu
meningkatkan
pelayanan laboratorium
2 Respon Time Waktu mulai dari pasen Observasi Lembar 1. Sesuai : bila waktu Nominal
mengambil antrian Observasi tunggu pelayanan
sampai dilayani laboratorium < 10
menit
2. Tidak sesuai : bila
waktu tunggu
pelayanan
laboratorium > 10
menit
3 Waktu tunggu Waktu mulai dari Observasi Lembar 1. Sesuai : bila hasil Nominal
hasil pasien diambil Observasi pemeriksaan
laboratorium sampel/sampel datang selesai < 120
ke laboratorium sampai menit
hasil pemeriksaan 2. Tidak sesuai : bila
selesai. hasil pemeriksaan
selesai > 120
menit
4 Penerimaan Kesesuaian spesimen Observasi Lembar 1. Sesuai : sesuai Nominal
spesimen yang diterima Observasi dengan formulir
laboratorium dengan permintaan
formulir permintaan pemeriksaan
pemeriksaan 2. Tidak sesuai :
sesuai dengan
formulir
permintaan
pemeriksaan
29

5 Penulisan hasil Kesesuaian penulisan Observasi Lembar 1. Sesuai : sesuai Nominal


laboratorium hasil pada formulir Observasi dengan hasil yang
hasil pemeriksaan tertera pada alat
laboratorium dengan 2. Tidak sesuai :
hasil pemeriksaan pada tidak sesuai
alat dengan hasil yang
tertera pada alat
6 Pembacaan Kesesuain pembacaan Observasi Lembar 1. Sesuai : sesuai Nominal
hasil hasil pemeriksaan oleh Observasi dengan hasil yang
laboratorium dokter dengan hasil ditulis petugas
yang ditulis oleh laboratorium
petugas laboratorium 2. Tidak sesuai :
pada formulir hasil tidak sesuai
pemeriksaan dengan hasil yang
ditulis petugas
laboratorium
7 Penyerahan Kesesuaian penyerahan observasi Lembar 1. Sesuai : tidak Nominal
hasil hasil laboratorium observasi terjadi kesalahan
laboratorium penyerahan hasil
laboratorium
2. Tidak sesuai :
terjadi kesalahan
penyerahan hasil
laboratorium
8 Perhitungan Kesesuain jumlah biaya Observasi Lembar 1. Sesuai : jumlah Nominal
biaya pemeriksaan Observasi biaya pemeriksaan
pemeriksaan laboratorium yang dihitung
laboratorium sesuai dengan tarif
pemerisaan
2. Tidak sesuai :
jumlah biaya
pemeriksaan yang
dihitung tidak
sesuai dengan tarif
pemeriksaan
9 Riwayat Kemudahan mengakses Observasi Lembar 1. Mudah : bila Nominal
pemeriksaan riwayat pameriksaan observasi pencarian riwayat
pasien pasien. pemeriksaan
pasien ≤ 5 menit
2. Sulit : bila
pencarian riwayat
pemeriksaan
pasien ≥ 5 menit
10 Penyampaian Waktu penyampaian Observasi Lembar 1. Sesuai : Nominal
laporan bulanan laporan jumlah pasien, Observasi sesuai/sebelum
jumlah pemeriksaan, tenggat waktu
jumlah pendapatan dan yang telah
stok opname reagen ditentutan
30

2. Tidak sesuai :
melebihi tenggat
waktu yang telah
ditentutan
11 Pengelolaan Pencatatan reagen yang Observasi Lembar 1. Sesuai : tidak ada Nominal
reagen masuk dan pemakaian obsevasi kesalahan
reagen (Stok opname) pencatatan dan
perhitungan
reagen.
2. Tidak sesuai : ada
kesalahan
pencatatan dan
perhitungan
reagen.
12 N-Gain Rumus menghitung Dihitung Lembar 1. Efektif : jika nilai Nominal
efektivitas hitung N-Gain > 76 %
Post score − Pre score
𝑋 100% 2. Tidak efektif : jika
Skor Ideal − Pre score
nilai N-Gain
< 76 %

Anda mungkin juga menyukai