diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan
Mulut III
disusun oleh :
P17325120418
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Indikator Mutu dalam Pelayanan Kesehatan” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut III. Penulis menyadari, makalah yang
ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
juga relevan untuk penilaian terhadap mutu, yang menjadi pilihan pelayanan
itu sendiri atau sekitar penyelenggaraannya. Dengan demikian manajemen
pelayanan medik atau kesehatan dibagi dua domain teknik dan domain
interpersonal.
Pelayanan teknis (medis) adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis
dan ilmu kesehatan lainnya, terhadap persoalan kesehatan seseorang.
Manajemen pelayanan medis adalah gabungan atau interaksi antara
manajemen teknis medis dengan sosial psikologi antara dan praktisioner.
Yang pertama disebut sebagai ilmu kedokteran (the science of medicine)
diterdan yang kedua adalah seninya (the art). Tetapi terminologi ini tidak
diterima secara umum. Karena dapat pula teknis medis adalah suatu seni
tersendiri (the art of medicine). Domain pelayanan kesehatan yang lain
dapat berupa interpreneurship (kewirausahaan) dan pelayanan umum
(public service) yang berkaitan, juga mempengaruhi mutu pelayanan medis.
Mutu pelayanan kesehatan dapat dipandang dari sudut pandang pasien dan
provider.
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian dari indikator mutu;
2
2. Konsep validitas, keabsahan, dan reliabilitas dalam pelayanan kesehatan;
3. Fungsi indikator dan kriteria berbagai status dalam pelayanan kesehatan;
4. Konsep fitness for use dalam pelayanan kesehatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
a. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan
yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan
kebutuhan kepuasan (American Society for Quality Control).
b. Mutu adalah “Fitness for use”, atau kemampuan kecocokan
penggunaannya (J.M.Juran).
c. Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The
conformance of requirements – Philip B. Crosby, 1979).
5
h) Biasanya, mutu yang lebih tinggi mebutuhkan biaya lebih banyak.
6
merupakan indikator yang sah dan dapat dipercaya. Walaupun begitu,
indikator ini secara khusus tidak ada hubungannya dengan tindakan
kesehatan tertentu, seperti kondisi karena penurunan angka kematian
bayi dapat disebabkan oleh banyak faktor yang ada sangkut pautnya
dengan pembangunan sosial ekonomi, termasuk pembangunan
kesehatan, dan jarang disebabkan oleh salah satu tindakan kesehatan
saja. Indikator kesehatan dan indikator yang berhubungan dengan
kesehatan sering dipakai dalam berbagai kombinasinya, khususnya
digunakan untuk mengukur efektivitas dan dampak.
Ada sejumlah besar indikator. Mereka dapat ditempatkan dalam
kelompok-kelompok yang menyangkut kebijaksanaan kesehatan,
keadaan sosial ekonomi, penyediaan pelayanan kesehatan dan status
kesehatan. Apabila indikator untuk kebijaksanaan kesehatan dan
penyediaan pelayanan kesehatan pada dasarnya berguna untuk
mengukur efektifitas maka indikator untuk bidang sosial ekonomi untuk
mengukur dampak dari mutu itu sendiri.
Validitas dari instrument yang digunakan itu dikembangkan harus
teoritikal dan berdasarkan pada evidence dari pandangan pasien, hal ini
karena ada perbedaan pandangan terhadap kepuasan antara pemberi dan
penerima layanan. Instrumen yang disusun harus dapat diterima dan
menginterpretasikan apa yang menjadi kebutuhan dari pasien dan
klinisi, serta perlu diperhatikan koherensi dan panjangnya instrumen
untuk pengambilan data yang maksimal (Beattie, Michelle, dkk ; 2014).
7
akurat, dan memuaskan, yang meliputi catatan transaksi yang lengkap,
kredibilitas/bonafiditas/citra perusahaan dan daya tarik keunggulan
kualitas pelayanan.
Menurut Zahruli (2006) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang sesuai secara akurat dan terpercaya, sikap simpatik dan dengan
akurasi yang tinggi kepada para pasien. Keandalan diukur dengan
tindakan pelayanan yang akurat oleh tenaga medis Puskesmas,
profesionalisme dalam menangani keluhan pasien oleh para tenaga
medis Puskesmas, melayani dengan baik dan ramah saat melakukan
pengobatan dan perawatan, memberikan pelayanan dengan tepat dan
benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam memberikan
pelayanan selalu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Keandalan mempunyai arti kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu
tertentu. Keandalan adalah kemungkinan produk untuk tidak berfungsi
pada periode waktu tertentu. Yang intinya reliabilitas (kepercayaan)
adalah saat seluruh Informan percaya bahwa pelayanan kesehatan di
tempat kesehatan tertentu bagi mereka sangat memuaskan dan seperti
yang diharapkan
Imbalo (2006), menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi
reliability (keandalan) meliputi:
a. Ability
Petugas kesehatan harus memiliki kemampuan teori dan
pengalaman lapangan sehingga pada pelaksanaan tugasnya, petugas
kesehatan yang dimaksud mampu menunjukkan prestasi.
b. Performance
Membina dan memelihara kinerja dari petugas dan institusi yang
diwakilinya merupakan kewajiban petugas yang handal.
c. Personality
8
Seorang petugas kesehatan sangat erat hubungannya dengan rasa
tanggung jawab sebagai petugas kesehatan serta memelihara tugas-
tugas dibidang kesehatan yang berkaitan dengan keselamatan jiwa
orang lain yang menjadikan kepribadian yang sangat penting.
d. Credibility
Merupakan batu ujian bagi para petugas kesehatan yang berusaha
mendukung upaya kesehatannya, tanpa memiliki rasa ragu dalam
menangani masalah yang diberikan.
e. Maturity
Mampu mengendalikan kondisi, dalam hal ini kemampuan jiwa
yang dewasa dan cukup matang untuk mengendalikan diri orang
lain.
9
penampilan kerja dapat diartikan sebagai hasil hanya dicapai oleh
seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan adalah
tugas yang bersangkutan.
Menurut Indrawijaya (1999), prestasi kerja seseorang
bergantung pada keinginannya (motivasi) untuk berprestasi dan
kemampuan untuk melakukannya. Ada tiga variabel yang
mempengaruhi perilaku dan penampilan kerja yaitu individu,
variabel organisasi dan variabel psikologi. Hasil dari perilaku
individu di dalam organisasi tampak dalam bentuk penampilan
kerja. Sehingga, didalam organisasi variabel organisasi dan variabel
psikologi tidak hanya mempengaruhi prilaku tetapi juga penampilan
kerja seseorang. Penampilan kerja adalah prilaku yang berkaitan
langsung dengan tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan
untuk mencapai karakteristik individu ini memerlukan penyesuaian
terhadap situasi tempat kerja dan organisasinya dan pada umunya
sikap terhadap pekerjaan dapat mempengaruhi kerja atau demikian
pula sebaliknya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan petugas
merupakan hasil interaksi antara motivasi dan kemampuan pada diri
seseorang. Orang yang tinggi motivasinya, tetapi rendah
kemampuannya, Akan menghasilkan penampilan kerja yang rendah
pula. Begitu pula orang yang kemampuannya, dan motivasinya
rendah dan penampilan kerja tinggi diperlukan adanya orang yang
memiliki motivasi dan kemampuan tinggi (Indrawijaya, 1999).
2) Kelengkapan Sarana
Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan
SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Institusi Kesehatan, maka sebuah pelayanan
kesehatan yang handal harus menjalankan beberapa fungsi, salah
satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan medis
10
dan non medis dengan melengkapi sarana dan pra sarana yang
dibutuhkan pada saat bekerja. Secara umum dalam sebuah instansi
kesehatan sarana itu merupakan salah satu bagian dari lingkungan
kerja yang akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan. Menurut Yandianto (2000) sarana adalah sesuatu yang
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.
Sarana merupakan aset sebuah organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan. Dengan adanya sarana yang lengkap, maka
tenaga kesehatan akan mudah untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan, selain itu dengan
sarana kesehatan yang memadai juga akan mempengaruhi
profesional kerja tenaga kesehatan dan mendatangkan kepuasan
pada pasien yang datang untuk berobat (Sedarmayanti, 2001).
11
positif terhadap orang lain, sehingga pandai menghargai
pelanggan dengan baik.
b) Exceed expectation
Memberikan pelayanan dengan melebihi harapan pasien
(mematuhi dan melebihi standar) secara konsisten.
c) Recovery
Adanya keluhan pasien jangan dianggap sebagai suatu beban
masalah namun suatu peluang untuk memperbaiki atau
meningkatkan diri.
d) Vision
Pelayanan prima sangat berkaitan dengan visi puskesmas atau
organisasi yang terkait.
e) Care
Perhatian atau perlakuan terhadap pasien dengan baik dan tulus.
f) Pemberdayaan
Memberdayakan agar karyawan mampu bertanggung jawab.
12
f) Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit
pelayanan.
13
diinginkan oleh pasien dalam memberikan pengertian yang jelas
mengenai kemampuan puskesmas dalam melayani mereka.
1. Fungsi Indikator
a. Memberi gambaran adanya kemajuan
b. Sebagai pertanda dalam mencapai tujuan dan sasaran
c. Dapat menjadi tolok ukur pembanding antar daerah
14
d. Dapat memberikan gambaran tentang perbedaan keadaan kesehatan
suatu daerah
e. Memotivasi orang untuk bertindak
f. Membantu menetapkan prioritas kegiatan
g. Membantu dalam proses pengambilan keputusan
h. Untuk memantau/monitoring program pada berbagai tingkatan
i. Untuk mengukur pencapaian target/sasaran
j. Untuk melihat perubahan kecenderungan/ tren pada status kesehatan
k. Menguji asumsi mengenai strategi dan sasaran yang harus dicapai
l. Untuk memantau kemajuan pembangunan sosial ekonomi secara
keseluruhan
2. Kriteria Indikator
a. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek yang akan dinilai.
b. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukan hasil yang
sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun
yang akan datang.
c. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya
tidak perlu banyak.
d. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas,
tidak bertumpang tindih
15
Upaya agar produk bertahan lama (long live product), beberapa faktor
yang berorientasi waktu perlu diperhatikan yang berkaitan dengan fitness
for use, yaitu:
a. Availability (tersedianya)
Kelangsungan hidupindustri tergantung pada kelangsungan pelayanan
dari sumber energi, komunikasi, transport dan lain-lain. Upaya menjaga
kelangsungan ini perlu upaya-upaya agar senantiasa tersedia produk
(availability).
b. Reliability (daya tahan atau kehandalan)
Adalah kemungkinan dari suatu produk tampil tanpa cacat dalam
fungsinya dalam suatu periode waktu tertentu.
c. Maintainability (kemampuan pemeliharaan)
Menyangkut serviceability (kemampuan pelayanan) dan repairability
(kemampuan reparasi).
d. Producibility (atau manufacturability, kemampuan menghasilkan)
Parameter ini mengukur tingkat dimana desain produk dapat disiapkan
dengan fasilitas-fasilitas dan proses yang tersedia untuk beroperasi.
16
c) Mengembangkan keistimewaan produk merespon kebutuhan
pelanggan.
d) Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan
keistimewaan produk.
e) Mengarahkan perencanaan kegiatan-kegiatan operasional.
2) Pengendalian Mutu
Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya
penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu
dapat dipertahankan. Menyesuaikan spesifikasi standard-standard dan
meletakkan standar-standar serta prosedur-prosedur yang memerlukan
segera tindakan koreksi dari berbagai masalah, sehingga keadaan status
quo dapat diperbaiki. Langkah kegiatan yang dikerjakan antara lain:
a) Evaluasi kinerja dan kontrol produk.
b) Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan produk.
c) Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu yang
ada.
3) Peningkatan mutu
Peningkatan mutu mencakup dua hal yaitu fitness for use dan
mengurangi tingkat kecatatan dan kesalahan. Keduanya menyangkut
pelanggan internal maupun eksternal. Meningkatkan fitness for use
mempunyai beberapa manfaat:
a) Mutu lebih baik bagi pengguna.
b) Pangsa pasar yang berarti untuk manufaktur.
c) Harga premi bagi manufaktur.
d) Status dipasaran bagi manufaktur.
17
c) Meningkatkan produktivitas lebih mudah diproduksi.
d) Mengurangi inventaris dalam mendukung konsep tepat waktu.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu (Wijono D, 1999) diartikan sebagai faktor kepuasan mendasar dari
pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan individu atau
ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan
terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya,
dijanjikan atau tidak, sadar atau dirasakan, operasional teknik atau subjektif
sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar
kompetitif.
Indikator dan kriteria (Wijono D, 1999) digunakan sebagai alat bantu
dalam proses evaluasi. Dua-duanya juga dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk perencanaan dan penyusunan program. Indikator diartikan sebagai
variabel yang dapat membantu mengukur perubahan-perubahan. Variabel
merupakan alat bantu evaluasi yang dapat mengukur perubahan secara
langsung atau tidak langsung.
Selain keistimewaan produk yang langsung berkaitan dengan kepuasan
produk, ada aspek tambahan dari produk yang juga memberikan kontribusi
langsung pada kemampuan penggunaan (fitness for use), yang disebut
“parameter mutu”.
3.2 Saran
Usahakan pelayanan kesehatan yang sering kali dibutuhkan oleh
masyarakat agar dapat mengimplementasikan indikator mutu dan kriteria yang
digunakan sebagai alat bantu dalam proses evaluasi. Pelayanan kesehatan yang
baik adalah mereka yang dapat memberikan kepuasan langsung pada pasien
dengan selalu meningkatkan mutu dan memperbaiki kinerja petugas yang ada
dalam pelayanan kesehatan tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
20