Dosen: H. Misan,SH.M.Kes
Puji sykur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan memberi
petunjuk dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Kasus Hipotetik Malpraktik”..
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bantuan,
dukungan moril maupun materi dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Misan,SH.M.Kes selaku
dosen pembimbing dan kepada teman-teman yang sudah memberikan bantuan dan
masukan sehinnga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standar dan Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2 Malpraktik
2.3 Osteomeilitis
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasa tertinggal berakibat Osteomielitis
3.2 Gas Medik Yang Tertukar
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan tentang pengertian standar pelayanan kesehatan
1.3.2 Menjelaskan tentang pengertian malpraktik
1.3.3 Menjelaskan tentang sanksi hukun malpraktik
1.3.4 Menjelaskan tentang penanganan kasus malpraktik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 MALPRAKTIK
2.2.1 Pengertian Malpraktik
Berasal dari kata “mal” yang berarti buruk dan “practice” yang berarti suatu
tindakan atau praktik. Malpraktik adalah suatu tindakan medis buruk yang
dilakukan dokter dalam hubungannya dengan pasien.
Menurut Black’s Law Dictionary, malpraktik adalah “professional misconduct
or unreasonable lack of skill” atau “failure of one rendering professional services
to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the
circumstances in the community by the average prudent reputable member of the
profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those
services or to those entitled to rely upon them”. Pengertian malpraktik diatas
bukanlah monopoli bagi profesi medis, melainkan juga berlaku bagi profesi
hukum (misalnya mafia peradilan), akuntan, perbankan, dan lain-lain.
Menurut World Medical Association (1992) adalah : “medical malpractice
involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of
the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the
patient, which is the direct cause of an injury to the patient.
Malpraktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter pada
waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai, tidak
berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau
dilakukan oleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama
(Berkhouwer & Vorsman, 1950).
Menurut Hoekema, 1981, malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat
oleh dokter karena melakukan pekerjan kedokteran dibawah standar yang
sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter
dalam situasi atau tempat yang sama.
Pada undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan disebut sebagai
kesalahan atau kelalaian dokter sedangkan dalam undang-undang No. 29 tahun
2004 tentang praktek kedokteran dikatakan sebagai pelanggaran disiplin dokter.
Pegangan pokok untuk membuktikan malpraktik adalah dengan adanya
kesalahan tindakan profesional yang dilakukan oleh seorang dokter ketika
melakukan perawatan medik dan ada pihak lain yang dirugikan atas tindakan
tersebut.
Malpraktik adalah suatu tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan
dengan standard operating procedure (SOP), kode etik profesi, serta undang-
undang yang berlaku (baik disengaja maupun akibat kelalaian) yang
mengakibatkan kerugian dan kematian terhadap orang lain.
Menurut Gunadi, J dapat dibedakan antara resiko pasien dengan kelalaian
dokter (negligence) yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pada dokter.
Ada cedera pada psien, berupa cedera fisik, psikologis, mental, sampai yang
terberat jika pasien cacat tetap atau meninggal.
Ada hubungan sebab akibat langsung antara butir 2 dan 3, artinya cedera pada
pasien memenag akibat breach of duty pada pemberi asuhan kesehatan. Ini
yang paling sukar dibuktikan.
2) Sanksi Hukum
Jika perbuatan malpraktik yang dilakukan dokter sebagaimana contoh
kasus yang terjadi yaitu tentang kelalaian, maka adalah hal yang sangat pantas jika
dokter yang bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengan unsur
kesengajaan ataupun kelalaian telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu
menghilangkan nyawa seseorang .
Serta tidak menutup kemungkinan juga dapat mengancam dan membahayakan
keselamatan jiwa pasien. Perbuatan tersebut telah nyata-nyata mencoreng
kehormatan dokter sebagai suatu profesi yang mulia.
Jika kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan tindakan medik yang tidak
memenuhi SOP yang lazim dipakai, melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia
(Kodeki), serta Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka
dokter tersebut dapat terjerat tuduhan malpraktik dengan sanksi pidana.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kelalaian yang
mengakibatkan celaka atau bahkan hilangnya nyawa orang lain ditur dalam pasal
359 yang berbunyi: “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun".
Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa
seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 360 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi:
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orag lain mendapat luka-
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembian bulan atau kurungan paling
lama enam bulan atau denda paling tinngi tiga ratus juta rupiah.