Disusun Oleh
1. Nuril Qalbi
2. Nurul Hanifah
3. Rifka Delvia
4. Surya Ningsih
Dosen Pemimbing:
1
2021
KATA PENGANTAR
Assalamua’alakum Wr.Wb.
Sudah selayaknya ucapan syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat,
petunjuk dan pertolongan-Nyajualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dan salam dan taslim senantiasa
terkirimkan atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari
alam kegelapan ke alam terang benderang dengan curahan ilmu pengetahuan.
Makalah ini berjudul “Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan”. Dibuat sebagai salah
satu tugas mata Kuliah Manajemen Keperawatan yang bertujuan untuk mempelajari Indikator
Mutu Pelayanan Kesehatan. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pembimbing
mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Saya sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,kritik dan saran yang bersifat konsrruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini diwaktu mendatang.
Wassalam.......
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan .................................................................................................................5
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................5
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah krisis multidimensi yang melanda tanah air kita, terdapat banyak
masalah terjadi yang membuat rakyat Indonesia kebingungan untuk memajukan bangsa
ini. Satu per satu masalah muncul di negeri ini, mulai dari bencana alam sampai
penyebaran wabah penyakit. Isu yang paling mengancam nasib bangsa ini adalah masalah
kesehatan nasional. Masalah kesehatan nasional yang dihadapi bangsa kita sekarang
adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan kesehatan yang buruk, serta kurangnya
biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal kesehatan nasional merupakan fondasi
penting dalam memajukan bangsa ini dari keterpurukan.Yang menjadi pertanyaan adalah
apakah sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah memadai dalam menangani masalah
kesehatan Indonesia.
Salah satu permasalahan yang terjadi adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan professional personil
rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien
ditentukan oleh keseluruhan pelayanan: pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan,
obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit.
Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering
dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain:
keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang
komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan di RS,
sertaketertiban dan kebersihan lingkungan RS.
Perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan
informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan
pasien RS. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai dengan
harapannya merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan
dan martabatnya.Dalam memberikan pelayanannya rumah sakit harus cepat tanggap
terhadap kebutuhan pasien baik itu dari segi pengobatan, administrasi maupun ketepatan
4
dalam bertindak. Tidak semua rumah sakit akan kita dapatkan mutu pelayanan yang
maksimal untuk pasiennya. Untuk itu penulis mengangkat permasalahan mengenai Mutu
Pelayanan di Rumah Sakit yang saat ini banyak tidak memenuhi kepuasaan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang diberikan oleh suatu rumah sakit
apakah sudah memenuhi kepuasaan pasien dalam mendapatakan pelayanan yang
optimal dari rumah sakit tersebut sehingga rumah sakit itu tergolong rumah sakit yang
bermutu di mata pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu mutu pelayanan kesehatan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan
terutama mutu pelayanan di sebuah rumah sakit.
3. Untuk mengakaitkan hubungan antara mutu pelayanan di rumah sakit apakah
sudah sesuai dengan dimensi mutu.
4. Untuk mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan kepuasan pasien di
rumah sakit.
5. Untuk mengetahui indikator apa yang menyatakan bahwa pasien sudah puas
dengan pelayanan yang diterima dari rumah sakit.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang mutu pelayanan kesehatan dan
kepuasan pasien adalah:
1. Untuk mengetahui definisi mutu dan mutu pelayanan kesehatan.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan terutama
mutu pelayanan di sebuah rumah sakit.
3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan kepuasan pasien di rumah sakit.
4. Dapat mengakaitkan dimensi mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
5. Mengetahui indikator apa yang menyatakan bahwa pasien sudah puas dengan
pelayanan yang diterima dari rumah sakit.
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
seperti tenaga, dana, obat, fasilitas peralatan, teknologi, organisasi, dan informasi.
6
b. Proses adalah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien dan masyarakat). Setiap tindakan medis/keperawatan harus selalu
mempertimbangkan nilai yang dianut pada diri pasien. Setiap tindakan korektif dibuat
dan meminimalkan risiko terulangnya keluhan atau ketidakpuasan pada pasien
lainnya. Program keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan meningkatkan mutu pelayanan. Interaksi profesional yang lain adalah
pengembangan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan indikator
pemenuhan standar pelayanan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI. ISO
9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan
persyaratan yang dispesifikasikan oleh pelanggan dan rumah sakit. Keilmuan selalu
diperbarui untuk menjamin bahwa tindakan medis/keperawatan yang dilakukan telah
didukung oleh bukti ilmiah yang mutakhir. Interaksi profesional selalu
memperhatikan asas etika terhadap pasien, yaitu:
1) berbuat hal hal yang baik (beneficence) terhadap manusia khususnya pasien, staf
klinis dan nonklinis, masyarakat dan pelanggan secara umum;
2) tidak menimbulkan kerugian (nonmaleficence) terhadap manusia;
3) menghormati manusia (respect for persons) menghormati hak otonomi, martabat,
kerahasiaan, berlaku jujur, terbuka, empati;
4) berlaku adil (justice) dalam memberikan layanan.
c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan, yaitu
berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen.
Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit/keperawatan tidak dapat diketahui apakah
input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
7
Konsep kualitas layanan dari harapan yang diharapkan seperti dikemukakan di
atas, ditentukan oleh empat faktor, yang saling terkait dalam memberikan suatu persepsi
yang jelas dari harapan pelanggan dalam mendapatkan pelayanan. Keempat faktor
tersebut antara lain sebagai berikut.
8
Pengalaman pelanggan merasakan suatu pelayanan jasa tertentu di masa lalu yang
memengaruhi tingkat harapannya untuk memperoleh pelayanan jasa yang sama di
masa kini dan yang akan datang.
9
dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat
memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien, kesediaan
perawat membantu pasien dalam hal beribadah, kemampuan perawat untuk cepat
tanggap menyelesaikan keluhan pasien, dan tindakan perawat cepat pada saat
pasien membutuhkan.
b. Assurance (jaminan)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien
menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai
jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen
meliputi kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan, keramahan yang juga diartikan
kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap perawat, dan keamanan yaitu jaminan
pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak
yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien
aman.
d. Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien
secara individual. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada
setiap pasien, perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya, perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
e. Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya, dimana dapat
10
dipercaya dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang
konsisten. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan
adalah prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat, pemberian perawatan
yang cepat dan tepat, jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan
konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain), dan prosedur perawatan
tidak berbelat belit.
11
4. Dapat Melindungi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Kemungkinan Timbulnya
Gugatan Hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat,
maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk mencegah
kemungkinan gugatan hukum terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan, antara
lain karena ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Dari uraian tersebut, mudah dipahami bahwa terselenggaranya program
menjaga mutu pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang besar dalam
melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan
hukum, karena memang pelayanan kesehatang yang diselenggarakan telah terjamin
mutunya.
C. Manajemen Mutu
12
Kegiatan koreksi (Corrective action)
Rencana ZD (zero deffects planning)
Pelatihan pekerja (employee education)
Hari ZD (zero deffects day)
Menyusun tujuan (Goal setting)
Mengganti penyebab kesalahan (error cause removal)
Pengakuan (recognition)
Dewan Mutu (Quality council)
Kerjakan sekali lagi (Do it ever again)
13
Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi M1
(tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5
(pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur
system RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas struktur
RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-
masing komponen struktur
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain
dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
3. Hasil (Outcome)
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhdap pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1) Angka infeki nosokomial : 1-2%
2) Angka kematian kasar: 3-4%
3) Kematian pasca bedah: 1-2%
4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8) PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
14
7) LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial; gawat
darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan
pasien)
8) Normal tissue removal rate: 10%
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah
keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca di Koran, surat kaleng, surat masuk
di kotak saran, dan lainnya.
15
Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respons perawat terhadap pasien, dan peraturan tumah
sakit
Clinical incident diantaranya jumlah pasien phlebitis, jumlah pasien ulkus
dekubitus, jumlah pasien pneumonia; jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien
edema paru karena pemberian cairan yang berlebih
Sharp injury, meliputi bekas tusukan infuse yang berkali-kali kurangnya
keterampilan perawat, dan complain pasien
Medication incident, meliputi lima tidak tepat (jenis obat, dosis, pasien, cara,
waktu)
E. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil
dari membandingka penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang (Philip Kotler). Kepuasaan pelanggan adalah
suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi.
Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting
dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.
Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan,
maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Hal
16
initerutamasangat penting bagi pelayanan publik.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam
mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap
kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan
dampak pelayanan terhadap populasi sasaran (Triatmojo, 2006). Dalam rangka
mengembangkan mekanisme pemberian pelayanan yang memenuhi kebutuhan, keinginan
dan harapan pelanggan, perlu mengetahui apa yng dipikirkan pelanggan tentang jenis,
bentuk dan orang yang memberi pelayanan. Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa
dalam menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan
oleh perusahaan, yaitu:
Kualitas produk; Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Kualitas pelayanan; Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas
bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Emosional; Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tingg
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai social
atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas
terhadap produk atau jasa itu.
17
Menjamin harga premium
Dampak yang teruatama adalah terhadap penjualan
Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan biaya lebih banyak
Mengurangi tingkat kesalahan
Mengurangi pekerjaan ulang dan pemborosan
Mengurangi kegagalan di lapangan, beban garansi
Mengurangi ketidakpuasan pelanggan
Mengurangi keharusan memeriksa dan menguji
Memendekkan waktu guna melempar produk baru ke pasar
Tingkatkan hasil/kapasitas
Meningkatkan kinerja pengiriman
Dampak utama biaya
Biasanya mutu lebih tinggi biayanya lebih sedikit
Kepuasan Pelanggan:
Puas atau tidak puas seseorang tergantung pada Sikapnya terhadap ketidaksesuaian
(rasa senang atau tidak senang).Tingkatan daripada evaluasi “baik atau tidak” untuk
dirinya, melebihi atau di bawah standar.
18
1. Kenyaman, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit,
kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata
letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan sampah, kesegaran ruangan dll.
2. Hubungan pelanggan dengan petugas Rumah Sakit, dapat dijabarkan dengan
pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana
tingkat komunikasi, responsi, support, seberapa tanggap dokter/perawat di
ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat
dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat, pengukuran suhu dsb.
3. Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan
kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan dalam penggunaan teknologi,
pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian
mengambil tindakan, dsb.
4. Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan komponen
biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya,
tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya keringan bagi masyarakat miskin dsb.
Efisiensi dan efektivitas, menunjuk pada pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada
diagnosa dan terapi yang berlebihan. Aspek Keselamatan pelanggan, adalah upaya
perlindungan pelanggan dari hal-hal yang dapat membahayakan
keselamatan pelanggan, seperti jatuh, kebakaran, dll. Kepuasan pelanggan, sangat
berhubungan dengan kenyaman, keramahan, dan kecepatan pelayanan.
Jaminan mutu pelayanan di Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu faktor penting
dan fundamental khususnya bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholdernya,
pasalnya dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi
Rumah Sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat RS mampu untuk bersaing
19
dan tetap exist di masyarakat. Bagi pelanggan, QA dapat dijadikan sebagai faktor
untuk memilih RS yang bermutu dan baik..
Bagi praktisi medis, selain terikat dengan standar profesinya, dengan adanya QA para
praktisi medis dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati – hati dalam menjaga
mutu pelayanannya. Dan bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan
standar dalam memutuskan salah benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit.
Mutu pelayanan rumah sakit (RS) dapat ditelaah dari tiga hal yaitu:
1) struktur (sarana fisik, peralatan, dana, tenaga kesehatan dan nonkesehatan, serta
pasien)
2) proses (manajemen RS baik manajemen interpersonal, teknis maupun pelayanan
keperawatan yang kesemuanya tercermin pada tindakan medis dan nonmedis
kepada pasien),
3) Outcome
a. Aspek
Mutu yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai mutu pelayanan RS
yaitu:
penampilan keprofesian (aspek klinis),
20
efisiensi dan efektivitas,
keselamatan
kepuasan pasien.
b. Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering
dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara
lain:
keterlambatan pelayanan dokter dan perawat.
dokter sulit ditemui.
dokter yang kurang.
komunikatif dan informatif.
lamanya proses masuk pasien RS
b. Pelayanan dokter:
Sikap dan perilaku dokter saat melakukan pemeriksaan rutin.
Penjelasan dokter terhadap pengobatan yang akan dilakukannya.
Ketelitian dokter memeriksa responden.
Kesungguhan dokter dalam menangani penyakit responden.
Penjelasan dokter tentang obat yang harus diminum.
Penjelasan dokter tentang makanan yang harus dipantang.
Kemanjuran obat yang diberikan dokter.
Tanggapan dan jawaban dokter atas keluhan responden.
Pengalaman dan senioritas dokter.
21
c. Pelayanan perawat:
Keteraturan pelayanan perawat setiap hari (pemeriksaan nadi, suhu tubuh, dan
sejenisnya
Tanggapan perawat terhadap keluhan responden
Kesungguhan perawat melayani kebutuhan responden
Keterampilan perawat dalam melayani (menyuntik, mengukur tensi, dan lain
-lain)
Pertolongan sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan, dan sebagainya)
Sikap perawat terhadap keluarga pasien dan pengunjung/tamu pasien
Pemberian obat dan penjelasan cara meminumny
. Penjelasan perawat atas tindakan yang akan dilakukannya
Pertolongan perawat untuk duduk, berdiri, dan berjalan.
22
Keterjangkauan letak RS
Keadaan halaman dan lingkungan RS
Kebersihan dan kerapian gedung, koridor, dan bangsal RS
Keamanan pasien dan pengunjung RS
Penerangan lampu pada bangsal dan halaman RS di waktu malam
Tempat parkir kendaraan di RS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Peningkatan
23
mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai
dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
institusi rumah sakit, karena mutu pelayanan keperawatan ini merupakan penilaian bagi
masyarakat terhadap suatu rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah
sakit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan indikator mutu pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan yaitu agar mutu pelayanan kesehatan di Indonesia harus
lebih ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan disiplin kepada karyawan yang sesuai
dengan aturan yang berlaku sehingga dapat menumbuhkan kehandalan dalam memberikan
pelayanan kesehatan sehingga ada kepuasan tersendiri bagi konsumen dan akhirnya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas dan
mencapai masyarakat yang sehat dan terbebas dari berbagai macam penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Heru Suprianto. 2017. Manajemen Keperawatan : pengelolaan tenaga kerja.
Jakarta : EGC
24
Swans Burg, R.C. 2018. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk
perawat klinis. Jakarta : Salemba Medika
Agus Kintoro. 2019. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
25