PELAYANAN KESEHATAN
Oleh :
Ikbal Mozaggie
(015.12.096)
ATEM SEMARANG
Jl.Karangbendo No.4-5 Semarang, Telp : (024) 70765551
e-mail : atem_semarang@yahoo.com
website : www.atem.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996), pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata rata
penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan.
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien
adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka
akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien
merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada
orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan
pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola
suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat
dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut
pelanggan
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka
beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama dalam suatu lingkup badan atau organisasi yang beguna untuk
pencegahan, pemeliharaan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
seseorang, atau kelompok. Dari definisi ini menjelaskan bahwa pelayanan
kesehatan bersifat mutlak untuk melayani masyarakat yang ingin
mendapatkan penanganan hingga sembuh dari penyakit yang diderita.
Banyak yang menyebutkan bahwa pelayanan yang baik harus
memahami pengertian pelayanan kesehatan dan juga harus memiliki
manajemen pelayanan kesehatan yang baik. Yang dimaksud pengertian
manajemen pelayanan kesehatan adalah suatu penerepan manajemen umum
dalam suatu sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi
sasarannya adalah sistem pelayanan masyarkat itu sendiri.
Selain manajemen pelayanan kesehatan, terdapat satu faktor lagi
yang juga memberikan pengaruh penting yaitu mutu pelayanan kesehatan
masyarakat. pengertian mutu pelayanan kesehatan masyarakat adalah suatu
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada setiap pamakai jasa
kesehatan dan penyelenggaranya sesuai dengan prosedur dengan standar dan
kepatuhan terhadap kode etik profesi.
Pengertian pelayanan kesehatan dapat diterapkan optimal dengan
meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan masyarkat dan mutu
pelayanan kesehatan masyarakat.
2.2. Bentuk Pelayanan Berdasarkan Tingkat Pelayanannya
2.
Mutu
adalah
sifat
yang
dimiliki
oleh
suatu
program
(Danabedian, 1980).
3.
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa
yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau
pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986).
4.
5.
yang
diharapkan,
dan
harus
selalu
mengikuti
dengan
tingkat
kepuasaan
rata-rata
serata
2.
3.
Input
input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk
dapat melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada
sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen
termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta
kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan
diberikan.
Sumber (resources)
Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber
(resources) dibagi 3 macam:
1) Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas:
Tatacara (prosedures)
Tatacara (procedures) : adalah berbagai kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang dimiliki dan yang diterapkan.
c.
Kesanggupan (capacity)
Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan
biologis tenaga pelaksana.
2.
Proses
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan
nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun fungsi
manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan
proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan
dilakukan.
Macam fungsi manajemen:
1.
Menurut
Komisi
Pendidikan Administrasi
Kesehatan
3.
4.
Implementing,
Coordinating,
Reporting,
Evaluation (POSBICRE).
5.
6.
2.
3.
4.
3.
Output
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk
manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan
kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam
jangka pendek, misalnya akhir darikegiatan pemasangan infus,
sedangkan
outcome
adalah
hasil
yang
terjadi
setelah
Sasaran
Sasaran (target group) adalah kepada siapa output yang
dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan:
1) UKP untuk perseorangan
2) UKM untuk masyarakat (keluarga dan kelompok)
Macam sasaran:
1) Sasaran langsung (direct target group)
2) Sasaran tidak langsung (indirect target group)
5.
Impact
Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output.
Untuk manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat
kesehatan dapat tercapai jika kebutuhan (needs) dan tuntutan
(demands) perseorangan/masyarakat dapat dipenuhi.
1.
kebutuhan
masyarakat,
perhatian
harus
dapat melalui 3 bagian sebelum masuk ke ruang rawat inap, atau kembali
kerumah sendiri. Bagian-bagian ini adalah : ruang triage, ruang tindakan
dan ruang observasi.
Pelayanan medis spesialistik dan sub spesialistik meliputi :
a.
b.
c.
yakni
obstetric
dan
gynocologi
umum,
gizi,
penyakit
infeksi,
pencitraan,
nephrology,
f.
g.
h.
i.
j.
k.
b.
c.
d.
e.
kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang
perusahaan tersebut.
Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari
interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau
pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan
total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk
sementara waktu (Tjiptono, 1997).
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena
antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan
terpenuhi.
2.6.2. Pengertian Kepuasan Pasien
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah
hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka
akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien
merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada
orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan
pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola
suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat
dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut
pelanggan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas
suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas poduk tersebut.
Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen
akan mengalami kepuasan.
Susenas
2004 menunjukkan
bahwa
kendala
biaya
menjadi
balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10
provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di
atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB),
Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.
Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut
busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan
bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas
2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi
kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk.
Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih
terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak
(3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus
gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi NTB dan NTT, serta
beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang
dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di
rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di
sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi
buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia.
Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang
menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian
kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB,
misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni
2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat
2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami
oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.
Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam
kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan
penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal
secara tidak langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang rendah pada
tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang
memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut
merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu
tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.
C. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular
Masalah kesehatan lainnya yang menjadi keprihatinan masyarakat adalah
terjadinya KLB berbagai penyakit menular. Penyakit menular yang diderita
oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi seperti tuberkulosis
paru yang saat ini menduduki urutan ke-3 terbanyak di dunia, infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, dan diare. Selain itu Indonesia juga
menghadapi emerging diseases (penyakit yang baru berkembang) seperti
HIV/AIDS dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-emerging
diseases (penyakit yang sebelumnya mulai menurun, tetapi meningkat
kembali) seperti demam berdarah dengue (DBD) dan TB paru.
Salah satu penyakit menular yang akhir-akhir ini menonjol adalah
munculnya kasus polio di beberapa wilayah seperti Provinsi Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, Lampung, dan DKI Jakarta. Polio merupakan
penyakit menular yang sangat berbahaya yang disebabkan oleh virus yang
menyerang sistem syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan menetap atau
kematian. Satu dari 200 kasus infeksi virus akan menyebabkan kelumpuhan,
510 persen pasien meninggal dunia akibat kelumpuhan pada otot
pernapasan. Tidak ada obat untuk penyakit polio. Penyakit ini hanya bisa
dicegah dengan imunisasi. Vaksin untuk imunisasi ini aman dan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dinyatakan halal.
Sejak tahun 1995, kasus polio liar tidak pernah ditemukan lagi di Indonesia.
Akan tetapi, Indonesia masih memiliki risiko terhadap virus polio impor dan
risiko terhadap Vaccine Derived Polio Virus (VDPV) di daerah cakupan
imunisasi rendah. Virus polio liar yang kembali muncul akhir-akhir ini di
Indonesia diperkirakan berasal dari negara lain.
Kasus polio pertama dilaporkan pada bulan April 2005 pada anak umur 20
bulan di Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil observasi yang kami kemukakan pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan
kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan. Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan adalah upaya
yang diselenggarakan sendiri atau bersama dalam suatu lingkup badan atau
organisasi yang beguna untuk pencegahan, pemeliharaan, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan seseorang, atau kelompok, sedangkan yang dimaksud
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah mengacu pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya
harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan. Dan faktor
yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu, Kualitas produk atau jasa, Kualitas
pelayanan, Faktor emosional, Biaya.
3.2. SARAN
Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang sampai saat
ini masih terus berkembang dan akan terus berkembang, karena itu rumah sakit
dapat terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada setiap
pasien agar tingkat kesehatan masyarakat dapat meningkat, dan tingkat kepuasan
pasien kepada rumah sakitpun akan meningkat yang nantinya pasti akan
memberikan sesuatu yang positif untuk rumah sakit itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.saksuk.com/pengertian-pelayanan-kesehatan.html
http://www.permatabunda.co.id/index.php/artikel-kesehatan/85-kepuasan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24625/4/Chapter%20II.pdf
http://artikel-mini.blogspot.com/2011/12/cara-pelayanan-kesehatan-kepada.html
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/mutu-pelayanan-kesehatan.html