Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

MANAGEMEN PERSEDIAAN

Dosen : Dra. apt. Farida Indyastuti, M. Farm

Disusun Oleh :
M. Abi Ubaidillah

Reguler C/20340140

PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari PKPA
Farmasi Rumah Sakit dengan judul “MANAGEMEN PERSEDIAAN”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Ibu Dosen Dra. apt. Farida Indyastuti, M. Farm sebagai Pembimbing
PKPA Farmasi Rumah Sakit yang telah membimbing dalam penulisan makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Brebes, Febuari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata pengantar....................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Persediaan.................................................................................................. 3
2.2 Fungsi-fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit................. 5
2.3 Jenis-jenis Persediaan................................................................................ 5
2.4 Biaya-biaya dalam Persediaan................................................................... 6
2.5 Economic Order Quantity (EOQ).............................................................. 7
2.6 Iventory Status........................................................................................... 9
2.7 Klasifikasi ABC dalam Persediaan........................................................... 10
BAB III KESIMPULAN....................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Persediaan obat dalam rumah sakit sangat penting karena persediaan


obat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pelayanan
rumah sakit terhadap masyarakat. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi
persediaan obat yang baik harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk
membantu kelancaran dalam kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya
persediaan rumah sakit akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi
kebutuhan para penggunanya.

Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Oleh


karena itu diperlukan pengendlian intern yang bertujuan melindungi
persediaan obat tersebut dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih
dapat dipercaya. Pengendalian intern persediaan dapat dilakukan dengan
melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan,
pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.

Pengelolaan persediaan obat dimulai dari pemilihan, perencanaan


kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pelayanan, pemusnahan, pengendalian dan administrasi. Tingkat perputaran
obat yang tinggi pada rumah sakit itulah yang menyebabkan diperlukannya
pengendalian yang baik terhadap persediaan obat. Pengendalian intern
bertujuan melindungi harta perusahaan dan juga agar informasi mengenai
persediaan obat-oabatan lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern
persediaan oabat-obatan dapat dapat dilakukan dengan melakukan tindakan
pengamanan dan mematuhib aturan yang telah ditetapkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan, pencurian, kelalaian di dalam menyimpan obat-obatan
maupun tindakan menyimpang lainnya. Hal ini dikarenakan system dan
prosedur merupakan suata unsur yang membuat suatu kegiatan ataupun
transaksi dapat terkendali sehingga kesalahan atau penyimpangan yang terjadi
dapat diminimalisir dengan baik.

1
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, pencurian, maupun tindakan
penyimpangan lainnya. Ketidakefisienan dalam mengelola persediaan dapat
menimbulkan masalah, seperti tidak ada kecocokan antara barang dan stok
komputer/ kartu stok, persediaan rusak, stok berlebihan, maupun stok kosong.
Selain itu rumah sakit berhubungan dengan manusia sebagai pengguna
jasanya, kesalahan dalam manajemen tidak hanya berakibat kerugian material
saja tetapi juga dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Oleh
karena itu diperlukan pengendalian internal yang bertujuan melindungi
persediaan tersebut dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih dapat
dipercaya.

1.2. RUMUSAN MASALH


1. Apa yang dimaksud dengan persediaan ?
2. Bagaimana fungsi dari pengendalia persediaan?
3. Bagaimana sistem pengendalian persediaan ?
4. Apa yang dimaksud Economic Order Quantity?
5. Apa yang dimaksud Klasifikasi ABC dalam persediaan?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui persediaan
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari pengendalian persediaan
3. Untuk mengetahui sistem pengendaliaan persediaan
4. Untuk mengetahui Economic Order Quantity
5. Untuk mengetahui Klasifikasi ABC dalam persediaan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PERSEDIAAN
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan
Kefarmasian. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis
pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
pacu jantung, implan, dan stent.

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk


pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan
demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi
Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi.

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan


tercapaianya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau

3
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.Pengendalian persediaan bertujuan
untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan.Oleh
karena itu, hasil stok opname harus seimbang dengan permintaan yang
didasarkan atas satu tahun.

Menurut Badaruddin (2015), menyebutkan bahwa sistem persediaan


bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang
tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya
total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara
optimal Tujuan lain dari pengendalian persediaan adalah:
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan
b. Agar pembentukan persediaan stabil
c. Menghindari pembelian kecil-kecilan
d. Pemesanan yang ekonomis

Kegiatan pengendalian persediaan mencakup (Depkes RI, 2008):


a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
b. Menentukan:
1) Stok optimum adalah stok obat ynag diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan .
2) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman.
3) Menentukan waktu tunggu adalah wakyu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima. Pengendalian persediaan sangat
penting bagi semua perusahaan terutama bagi rumah sakit atau
apotek.Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi sebuah
rumah sakit atau apotek.Karena begitu besar jumlah yang
diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang
tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan
kembali atas investasi rumah sakit atau apotek (Seto dkk, 2004).

4
2.2. FUNGSI-FUNGSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DI
RUMAH SAKIT
Enam fungsi yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan, sebagai berikut:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia
dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.

2.3. JENIS-JENIS PERSEDIAAN


Persedinan bisa dikelompokkan ke dalam empat jenis, antara lain yaitu :

1) Anticipation stock
Anticipation stock, yaitu persediaan untuk menghadapi permintaan
yang bisa diramalkan, contohnya pada musim permintaan yang tinggi,
namun kapasitas produksi pada saat itu tidak bisa memenuhi permintaan.
Persediaan ini dimaksudkan juga untuk menjaga kemungkinan sulitnya
memperoleh bahan baku, sehingga tidak mengakibatkan terhentinya proses
produksi

2) Flunctuation stock
Flunctuation stock, yaitu persediaan yang bertujuan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, serta
untuk mengatasi jika terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam
prakiraan penjualan, waktu produksi, ataupun pengiriman barang

5
3) Pipeline inventory
Pipeline inventory, yaitu persediaan dalam proses pengiriman dari
tempat asal menuju ke tempat dimana barang tersebut akan digunakan.
Seperti misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju ke tempat
penjualan yang bisa memakan waktu beberapa hari atau minggu.

Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat


(stock point) dengan aliran diantara tempat persediaan tersebut.
Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan
jumlah persediaan akan terakumulasi ditempat persediaan. Jika aliran
melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau
perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut
persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk tidak dapat
berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan
ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan transportasi.
Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut
persediaan pipeline.

4) Lot-size iventory
Lot-size iventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah
lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan saat itu. Persediaan
dilaksanakan untuk memperileh keuntungan dari harga barang (berupa
diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk memperoleh
penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.

2.4. BIAYA BIAYA DALAM PERSEDIAAN

Biaya-biaya dalam persediaan dapat digolongkan menjadi tiga, antara lain


yaitu :
1) Biaya Pemesanan (Ordering Costs, Procurement Costs)
Biaya Pemesanan Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pemesanan bahan atau barang, sejak dari penempatan pemesanan
sampai pada tersedianya barang di gudang, mencakup: biaya administrasi
dan penempatan order, biaya pemilihan vendor atau pemasok, biaya

6
pengangkutan serta bongkar muat, biaya penerimaan dan juga pemeriksaan
barang. Biaya pemesanan ini tidak tergantung dari jumlah yang dipesan,
namun tergantung dari berapa kali pesanan dilaksanakan Jika perusahaan
memproduksi persediaan sendiri, dalam artian tidak membeli dari
pemasok, maka biaya ini dısebut sebagai set-up costs, yakni biaya yang
dibutuhkan untuk menyiapkan peralatan mesin, ataupun proses manufaktur
lain dari suatu rencana produksi.
2) Biaya Penyimpanan (Carrying Costs, Holding Costs)
Biaya Penyimpanan Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan diadakannya persediaan barang, mencakup biaya sewa gudang gaji
pelaksana pergudangan biaya administrasi pergudangan biaya listrik. biaya
asuransi biaya modal yang tertanam dalam persediaan biaya kerusakan
khilangan atau penyusutan barang selama dalam masa penyimpanan
3) Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Costs, Stock out Costs)
Biaya Kekurangan Persediaan Adalah biaya yang timbul sebagai
akibat tidak tersedianya barang pada saat diburuhkan Biaya kekurangan
persediaan ini pada hakikatnya bukan biaya nyata (riil). meainkan berupa
biaya kehilangan kesempatan

2.5. ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)


Menurut Arman Hakim, Yudha (2008), jumlah atau besarnya
pesanan yang diadakan, hendaknya menghasilkan biaya-biaya yang timbul
dalam penyediaan seminimal mungkin.

Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu metode jumlah


pemesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan. Untuk
memperoleh biaya minimum setiap kali pemesanan (EOQ), dapat dilakukan
dengan cara menderivasikan total biaya dengan jumlah pemesanan (Q) dan
disamakan dengan nol. Menurut Drs. Yamit, M.Si, 1999, dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Persediaan. Rumus EOQ :

2 CR 2 CR
Q* =
√ H
=
√ PT
............................................(1)

7
Dimana :
R = Jumlah kebutuhan
C = Biaya pemesanan tiap kali pesan
H = Jumlah pemesanan per unit
Q* = Jumlah pemesanan per unit

Dari EOQ tersebut dapat diketahui jumlah frekuensi pemesanan


selama setahun dapat dicari dengan cara berikut :

R HR
F=
Q∗¿ ¿
=
√ 2C
............................................(2)

1 Q∗¿ 2C
V=
F
=
R
¿=
√ HR
.....................................(3)

Untuk pemesanan kembali (ROP) ditentukan berdasarkan kebutuhan


selama tenggang waktu pemesanan :

RL
B= = ROP Unit  per bulan
12
RL
B= = ROP Unit  per minggu
52

Dimana :
RL = Jumlah kebutuhan x Lead time (dalam tahun)

Jika jumlah pemesanan kembali (B) < dari jumlah pemesanan (Q)
maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan dan jika jumlah
pemesanan kembali (B) > jumlah pemesanan (Q) maka akan terjadi
kekurangan persediaan dalam tiap pemesanan.

Jadi total biaya minimum per tahun dapat ditentukan dengan


mengganti Q dengan Q*, yang dapat dalam rumus total annual cost rumus
total biaya minimum per tahun adalah sebagai berikut:

TC (Q*) = PR + HQ* .....................................(4)

Dimana:

8
P = Biaya pembelian per unit
H = Biaya simpanan per unit / tahun
Q* = Total biaya minimum per tahun
C = Biaya pemesanan tiap kali pesan
T = persentase total biaya simpanan per tahun
R = Jumlah kebutuhan dalam unit

Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi


sebagai berikut:
1. Kebutuhan Bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus-
menerus
2. Tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap
3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan; artinya setelah
kebutuhan dan tenggang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti
kekurangan persediaan dapat dihindari
4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan
5. Struktur biaya tidak berubah; biaya pemesanan atau persiapan sama
tanpa memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpanan adalah
berdasarkan fungsi linier terhadap rata-rata persediaan dan harga beli
atau biaya pembelian per unit adalah konstan (tidak ada potongan)
6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli
pesanan
7. Pembelian adalah satu jenis item

2.6. IVENTORY STATUS

Iventory status adalah suatu laporan data yang memberi keterangan


mengenai jenis material yang ada di dalam gudang persediaan, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan kebutuhan bersih yang menyangkut informasi-
informasi

a. Sediaan Pengaman (safety stock : S)


Persediaan Pengaman adalah persediaan yang digunakan untuk
menghadapi kebutuhan mendadak karena pemesanan belum datang atau

9
karena ada pekerjaan tambahan yang memerlukan material lebih dari yang
diperkirakan
Menurut mulyono, 1996 dalam bukunya yang berjudul teori
pengambilan keputusan, menyatakan bahwa safety stock dapat
diasumsikan, tergangung situasi dan kondisi. Maksud situasi dan kondisi
disini adalah antara lain: kebutuhan pekerjaan, durasi pekerjaan, dan
muatan gudang.

b. Waktu Tenggang (lead time : L)


Waktu Tenggang adalah waktu yang diperhitungkan dari mulai
waktu pemesanan material sampai material tiba di lokasi proyek. Menurut
supranto 1998, dalam bukunya yang berjudul riset dan operasi,
menyatakan bahwa lead time bisa diasumsikan tergantung situasi dan
kondisi, maka kami asumsikan lead time = 4 hari.

c. Jumlah Pesanan (order quantity : OQ)


Jumlah pesanan adalah jumlah material yang ditentukan untuk
setiap kali melakukan pemesanan. Jumlah material yang ditentukan untuk
setiap kali melakukan pemesanan tergantung durasi pekerjaan. Karena
harus diperkirakan tempat penyimpanan material, muatan gedung dan
mutu material tersebut jika disimpan dalam jangka waktu tertentu.

2.7. KLASIFIKASI ABC DALAM PERSEDIAAN


Pengendalian persediaan bisa dilaksanakan dalam berbagai cara,
diantaranya dengan menggunakan analisis nilai persediaan. Dalam analisis
nilai persediaan ini dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam
satu periode. Pada umumnya persediaan akan dibedakan dalam tiga kelas,
yaitu A, B, dan C, sehingga analısıs nilai persediaan ini dikenal juga sebagai
klasifikasi ABC.

Klasifikası ABC ialah aplikasi persediaan yang mempergunakan


prinsip Pareto : the critical few and the trivial many. Idenya adalah untuk
memfokuskan pengendalian persediaan pada item atau jenis persediaan yang
bernilai tinggi (critical) daripada yang memiliki nilai rendah (tivial).

10
Yang dimasuksud nilai dalam klasıfikasi ABC ini bukan harga
persediaan per unit, melainkan adalah volume persediaan yang diperlukan
dalam satu periode (umumnya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit.
Jadi nilai investasi ialah jumlah nilai seluruh item pada satu periode atau juga
dikenal dengan istilah volume tahunan rupiah. Kriteria masing-masing kelas
dalam klasıfikasi ABC antara lain sebagai berikut.

1) Kelas A
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
tinggi. Kelas A ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan,
walaupun jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya sekitar 20% dari seluruh
item. Persediaan yang termasuk dalam kelas A ini membutuhkan perhatian
yang tinggi dalam pengadaannya karena berdampak pada biaya yang
tinggi. Pengawasannya harus dilaksanakan secara intensif

2) Kelas B
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
menengah. Kelas B ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan
tahunan serta sekitar 30% dari seluruh item. Disını dibutuhkan teknik
pengendalian yang moderat.

3) Kelas C
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
rendah, yang hanya mewakili sekitar 10% saja dari total nilai persediaan
akan tetapi terdiri dari sekitar 50% dari seluruh item. Di kelas C ini
dibutuhkan teknik pengendalian yang sederhana pengendaliannya hanya
dilaksanakan sesekali saja.

Nilai presetase di atas tidaklah mutlak tergantung dari kebijakan


perusahaan itu sendiri. Demikian pula dengan jumlah kelas tidaklah
terbatas pada tiga kelas, namun bisa dilakukan untuk lebih dari tiga kelas
ataupun kurang.

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
2. Persedinan bisa dikelompokkan ke dalam empat jenis, antara lain yaitu :
Anticipation stock, Fluctiation stock, Pipeline stock, dan Lot-size iventory.
3. Untuk memperoleh biaya minimum setiap kali pemesanan (EOQ), dapat
dilakukan dengan cara menderivasikan total biaya dengan jumlah
pemesanan (Q) dan disamakan dengan nol.
4. Safety Stock dapat diasumsikan, tergangung situasi dan kondisi. Maksud
situasi dan kondisi disini adalah antara lain: kebutuhan pekerjaan, durasi
pekerjaan, dan muatan gudang.
5. Waktu Tenggang adalah waktu yang diperhitungkan dari mulai waktu
pemesanan material sampai material tiba di lokasi proyek.
6. Jumlah pesanan adalah jumlah material yang ditentukan untuk setiap kali
melakukan pemesanan.
7. Dalam analisis nilai persediaan ini dibedakan berdasarkan nilai investasi
yang terpakai dalam satu periode. Pada umumnya persediaan akan
dibedakan dalam tiga kelas, yaitu A, B, dan C, sehingga analısıs nilai
persediaan ini dikenal juga sebagai klasifikasi ABC.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Rumah Sakit. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA no


44 tahun 2009, jakarta

Anonim. 2018. https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/03/manajemen-


persediaan-pengertian-fungsi-jenis-dan-biaya-dalam-persediaan.html.
Diakses tanggal 18 februari 2021.

Mulyono, S. 1996. “Teori Pengambilan Keputusan”, Fakultas Ekonomi


Universitas. Indonesia, Jakarta.

PerMenKes. 2016. Standar pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. PMK no 72


th 2016, Jakarta.

Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi: Apotek, Farmasi
Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi,dan Industri Farmasi. Airlangga
University Press.

Supranto, Johannes. 1998. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan, Penerbit


Universitas Indonesia, Jakarta.

Zulian Yamit. 1999. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai