MANAGEMEN PERSEDIAAN
Disusun Oleh :
M. Abi Ubaidillah
Reguler C/20340140
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata pengantar....................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Persediaan.................................................................................................. 3
2.2 Fungsi-fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit................. 5
2.3 Jenis-jenis Persediaan................................................................................ 5
2.4 Biaya-biaya dalam Persediaan................................................................... 6
2.5 Economic Order Quantity (EOQ).............................................................. 7
2.6 Iventory Status........................................................................................... 9
2.7 Klasifikasi ABC dalam Persediaan........................................................... 10
BAB III KESIMPULAN....................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, pencurian, maupun tindakan
penyimpangan lainnya. Ketidakefisienan dalam mengelola persediaan dapat
menimbulkan masalah, seperti tidak ada kecocokan antara barang dan stok
komputer/ kartu stok, persediaan rusak, stok berlebihan, maupun stok kosong.
Selain itu rumah sakit berhubungan dengan manusia sebagai pengguna
jasanya, kesalahan dalam manajemen tidak hanya berakibat kerugian material
saja tetapi juga dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Oleh
karena itu diperlukan pengendalian internal yang bertujuan melindungi
persediaan tersebut dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih dapat
dipercaya.
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui persediaan
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari pengendalian persediaan
3. Untuk mengetahui sistem pengendaliaan persediaan
4. Untuk mengetahui Economic Order Quantity
5. Untuk mengetahui Klasifikasi ABC dalam persediaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PERSEDIAAN
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan
Kefarmasian. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis
pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
pacu jantung, implan, dan stent.
3
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.Pengendalian persediaan bertujuan
untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan.Oleh
karena itu, hasil stok opname harus seimbang dengan permintaan yang
didasarkan atas satu tahun.
4
2.2. FUNGSI-FUNGSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DI
RUMAH SAKIT
Enam fungsi yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan, sebagai berikut:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia
dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.
1) Anticipation stock
Anticipation stock, yaitu persediaan untuk menghadapi permintaan
yang bisa diramalkan, contohnya pada musim permintaan yang tinggi,
namun kapasitas produksi pada saat itu tidak bisa memenuhi permintaan.
Persediaan ini dimaksudkan juga untuk menjaga kemungkinan sulitnya
memperoleh bahan baku, sehingga tidak mengakibatkan terhentinya proses
produksi
2) Flunctuation stock
Flunctuation stock, yaitu persediaan yang bertujuan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, serta
untuk mengatasi jika terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam
prakiraan penjualan, waktu produksi, ataupun pengiriman barang
5
3) Pipeline inventory
Pipeline inventory, yaitu persediaan dalam proses pengiriman dari
tempat asal menuju ke tempat dimana barang tersebut akan digunakan.
Seperti misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju ke tempat
penjualan yang bisa memakan waktu beberapa hari atau minggu.
4) Lot-size iventory
Lot-size iventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah
lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan saat itu. Persediaan
dilaksanakan untuk memperileh keuntungan dari harga barang (berupa
diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk memperoleh
penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
6
pengangkutan serta bongkar muat, biaya penerimaan dan juga pemeriksaan
barang. Biaya pemesanan ini tidak tergantung dari jumlah yang dipesan,
namun tergantung dari berapa kali pesanan dilaksanakan Jika perusahaan
memproduksi persediaan sendiri, dalam artian tidak membeli dari
pemasok, maka biaya ini dısebut sebagai set-up costs, yakni biaya yang
dibutuhkan untuk menyiapkan peralatan mesin, ataupun proses manufaktur
lain dari suatu rencana produksi.
2) Biaya Penyimpanan (Carrying Costs, Holding Costs)
Biaya Penyimpanan Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan diadakannya persediaan barang, mencakup biaya sewa gudang gaji
pelaksana pergudangan biaya administrasi pergudangan biaya listrik. biaya
asuransi biaya modal yang tertanam dalam persediaan biaya kerusakan
khilangan atau penyusutan barang selama dalam masa penyimpanan
3) Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Costs, Stock out Costs)
Biaya Kekurangan Persediaan Adalah biaya yang timbul sebagai
akibat tidak tersedianya barang pada saat diburuhkan Biaya kekurangan
persediaan ini pada hakikatnya bukan biaya nyata (riil). meainkan berupa
biaya kehilangan kesempatan
2 CR 2 CR
Q* =
√ H
=
√ PT
............................................(1)
7
Dimana :
R = Jumlah kebutuhan
C = Biaya pemesanan tiap kali pesan
H = Jumlah pemesanan per unit
Q* = Jumlah pemesanan per unit
R HR
F=
Q∗¿ ¿
=
√ 2C
............................................(2)
1 Q∗¿ 2C
V=
F
=
R
¿=
√ HR
.....................................(3)
RL
B= = ROP Unit per bulan
12
RL
B= = ROP Unit per minggu
52
Dimana :
RL = Jumlah kebutuhan x Lead time (dalam tahun)
Jika jumlah pemesanan kembali (B) < dari jumlah pemesanan (Q)
maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan dan jika jumlah
pemesanan kembali (B) > jumlah pemesanan (Q) maka akan terjadi
kekurangan persediaan dalam tiap pemesanan.
Dimana:
8
P = Biaya pembelian per unit
H = Biaya simpanan per unit / tahun
Q* = Total biaya minimum per tahun
C = Biaya pemesanan tiap kali pesan
T = persentase total biaya simpanan per tahun
R = Jumlah kebutuhan dalam unit
9
karena ada pekerjaan tambahan yang memerlukan material lebih dari yang
diperkirakan
Menurut mulyono, 1996 dalam bukunya yang berjudul teori
pengambilan keputusan, menyatakan bahwa safety stock dapat
diasumsikan, tergangung situasi dan kondisi. Maksud situasi dan kondisi
disini adalah antara lain: kebutuhan pekerjaan, durasi pekerjaan, dan
muatan gudang.
10
Yang dimasuksud nilai dalam klasıfikasi ABC ini bukan harga
persediaan per unit, melainkan adalah volume persediaan yang diperlukan
dalam satu periode (umumnya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit.
Jadi nilai investasi ialah jumlah nilai seluruh item pada satu periode atau juga
dikenal dengan istilah volume tahunan rupiah. Kriteria masing-masing kelas
dalam klasıfikasi ABC antara lain sebagai berikut.
1) Kelas A
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
tinggi. Kelas A ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan,
walaupun jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya sekitar 20% dari seluruh
item. Persediaan yang termasuk dalam kelas A ini membutuhkan perhatian
yang tinggi dalam pengadaannya karena berdampak pada biaya yang
tinggi. Pengawasannya harus dilaksanakan secara intensif
2) Kelas B
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
menengah. Kelas B ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan
tahunan serta sekitar 30% dari seluruh item. Disını dibutuhkan teknik
pengendalian yang moderat.
3) Kelas C
Persediaan yang mempunyai nilai volume tahunan rupiah yang
rendah, yang hanya mewakili sekitar 10% saja dari total nilai persediaan
akan tetapi terdiri dari sekitar 50% dari seluruh item. Di kelas C ini
dibutuhkan teknik pengendalian yang sederhana pengendaliannya hanya
dilaksanakan sesekali saja.
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi: Apotek, Farmasi
Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi,dan Industri Farmasi. Airlangga
University Press.
13