PP 86 tahun 2019 tentan Keamanan Pangan menyebutkan bahwa Pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Keamanan Pangan dalam PP 86 tahun 2019 tentang Kemanan Pangan adalah kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Keamanan Pangan merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan sistem
Pangan. Penyelenggaraan Keamanan Pangan bertujuan agar negara dapat mcmberikan
perlindungan kepada rakyat untuk mengonsumsi Pangan yang aman bagi kesehatan dan
keselamatan jiwanya. Untuk menjamin Pangan yang tersedia aman dikonsumsi maka
penyelenggaraan Keamanan Pangan harus diterapkan di sepanjang Rantai Pangan, mulai
dari tahap produksi (budi daya), pemanenan, pengolahan, penyimpanan, distribusi,
peredaran hingga sampai di tangan konsumen. Kegiatan atau proses produksi untuk
menghasilkan Pangan yang aman dikonsumsi di sepanjang Rantai Pangan dilakukan
melalui penerapan persyaratan Keamanan Pangan.
Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk
dikonsumsi. Ketentuan Keamanan Pangan terkait dengan agama dan keyakinan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan
peraturan pelaksanaannya.
Rantai Makanan
Istilah rantai makanan terdengar cukup familiar. Karena sudah kita kenal bersama sejak di
bangku sekolah. Akan tetapi rantai makanan dalam konsep inspeksi higiene dan sanitasi
makanan sedikit berbeda walaupun tetap terdapat beberapa kesamaan. Dalam pelaksanaan
inspeksi higiene sanitasi makanan, rantai makanan sangat diperhatikan, sebagaimana
dalam UU No 18 Tahun 2012 pasal 68 ayat 1 “Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keamanan Pangan di setiap rantai Pangan secara
terpadu” dan pasal 71 ayat 1 yang berbunyi “Setiap Orang yang terlibat dalam rantai
Pangan wajib mengendalikan risiko bahaya pada Pangan, baik yang berasal dari bahan,
peralatan, sarana produksi, maupun dari perseorangan sehingga Keamanan Pangan
terjamin”.
Lajur makanan yaitu perjalanan makanan dalam rangkaian proses pengolahan makanan
akan ditemukan titik-titik yang bersifat rawan pencemaran (critical point). Titik ini harus
dikendalikan dengan baik makanan yang dihasilkan menjadi aman. Bakteri merupakan
salah satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan. Masuknya bakteri ke
dalam makanan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri, terutama bila tersedia makanan,
kelembaban yang cukup, air yang cukup dan sesuai untuk bakteri tumbuh. Pertumbuhan
bakteri berlangsung secara vegetatif (membelah diri), satu menjadi dua, dua menjadi
empat dan seterusnya. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan
berkembang biak menjadi 2 juta lebih dalam waktu 7 jam. Dengan jumlah sebanyak ini
maka dosis infeksi dari bakteri telah terlampui. Artinya kemungkinan menjadi penyebab
penyakit sangat besar sekali. Suhu yang paling cocok untuk pertumbuhan bakteri adalah
100ºC-600ºC suhu ini disebut sebagai daerah bahaya (danger zone). Makanan yang masih
dijamin aman paling lama dalam 6 jam, karena dalam 6 jam jumlah baru mencapai
500.000 (5 x 105) setelah itu kondisi makanan sudah tercemar berat. Daerah aman (safety
zone) adalah < (di bawah) 100C dan > (di atas) 600C. Prakteknya di bawah 100C yaitu di
dalam lemari es yang masih berfungsi dengan baik, dan di atas 600C yaitu di dalam wadah
yang selalu berada di atas api pemanas, kukusan atau steam (uap air).
1. Penerimaan Bahan, memilih bahan yang baik dan bersih dan membuang yang rusak dan
kotor.
2. Pencucian Bahan, melarutkan kotoran yang mungkin masih ada, seperti tanah pada
umbi dan akar, residu pestisida pada sayuran dan buah, darah dan sisa bulu pada unggas
dan daging, debu pada beras dan biji. Sayuran atau buah yang diduga mengandung residu
pestisida harus dicuci berulang kali dalam air mengalir (kran) sampai seluruh pestisidanya
larut dan terbuang.
3. Perendaman, terutama pada jenis biji untuk membuang biji yang kosong karena akan
terapung dan untuk meresapkan air ke dalam bahan kering sehingga mudah dimasak,
contohnya beras, kacang dan bumbu.
4. Peracikan, dengan cara memotong, menggerus atau mengiris. Agar zat tidak hilang
maka makanan harus dicuci lebih dahulu sebelum dipotong. Pemakaian peralatan yang
kotor atau belum dicuci akan menambah pencemaran.
6. Pewadahan, makanan masak merupakan titik yang paling rawan, karena makanan sudah
bebas bakteri patogen dan tidak lagi dipanaskan. Pada tahap ini tidak boleh terjadi kontak
makanan dengan tangan telanjang, percikan ludah (droplet) atau wadah yang tidak bersih
dan debu atau serangga.
7. Penyajian Makanan, merupakan titik akhir dari rangkaian perjalanan makanan yang siap
disantap. Makanan yang telah disajikan segerakan dimakan untuk mencegahkan
pertumbuhan bakteri dan pencemaran ulang (recontamination) akibat lingkungan
sekitarnya, seperti debu serangga, percikan ludah atau penjamahan yang tidak sehat.
Penyajian dalam waktu dekat kurang dari 2 (dua) jam cukup diamankan dengan penutup
saji, tetapi lebih dari dua jam harus disimpan di atas pemanas (oven/termos) atau dalam
lemari es yang berfungsi. Santapan akan lebih bilamana dilakukan dalam keadaan panas.
Makanan bila disajikan dalam keadaan sudah dingin tidak nyaman apalagi dalam udara
terbuka akan sangat berbahaya. Makanan itu akan tetap aman bila sejak semula disimpan
dalam suhu dingin di dalam lemari es dan dipanaskan ulang (reheating) pada suhu 800ºC
waktu makan.
1. Pelayanan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan tradisional
2.) Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
3.) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
4.) Kesehatan reproduksi
5.) Keluarga berencana
6.) Kesehatan sekolah
7.) Kesehatan olahraga
8.) Pelayanan kesehatan pada bencana
9.) Pelayanan darah
10.) Kesehatan gigi dan mulut
11.) Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
12.) Kesehatan matra (kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta
kesehatan kedirgantaraan)
13.) Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
14.) Bedah mayat
15.) Pengamanan makanan dan minuman
16.) Pengamanan zat adiktif
Pasien rumah sakit perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola intalasi
nutrisi rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi, agar tidak
membahayakan kesehatan. Untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan dari institusi pelayanan kesehatan rumah sakit ditetapkanlah Kepmenkes RI,
No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
melalui Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. Persyaratan yang harus dipenuhi sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain
mencakup :
Sumber:
BSN. 2008. http://www.bsn.or.id/news_detail.php?news_id=434 diakses tanggal 25
November 2020
FAO. 2001. Manual On The Application Of The HACCP System.
Mortimore, Sara and Carol Wallace. 1995. HACCP: A Practical Approach. USA:
Blackwell.
S., Susiwi. 2009. "GMP (Good Manufacturing Practices): Cara Pengolahan Pangan yang
Baik." file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../SUSIWI-29)._GMP.pdf diakses
tanggal 25 Novemer 2020
Schmidt, Ronald H. and Rodrick, Gary E. 2003. Food Safety Book. New Jersey: John
Wiley and Sons.
Winarno, F.G. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor: M-Brio
Press.
Wulandari, Kusrini dan Tim. 2011. Penyehatan Makanan Minuman A. Jakarta: Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
https://seratafoods.com/blogs/news/haccp-pengertian-bahaya-dan-titik-titik-pengendalian-
kualitas-produksi-makanan
DAFTAR pustaka
Schmidt, Ronald H. and Rodrick, Gary E. 2003. Food Safety Book. New Jersey:
John Wiley and Sons.
Winarno, F.G. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor:
M-Brio Press.
https://seratafoods.com/blogs/news/haccp-pengertian-bahaya-dan-titik-titik-
pengendalian-kualitas-produksi-makanan