a. Kinerja (performance)
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan
jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat,
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu
dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
c. Keandalan (reliability)
Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam
memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan pengalaman yang baik
terhadap memberikan pelayanan keperawatan dirumah sakit.
f. Service ability
meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan penanganan yang cepat dan
kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu.
g. Estetika
merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan modern, desain
arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan
sejuk, dan sebagainya.
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana
kesan yang diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan
keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit lainnya dan tangggung jawab rumah sakit
selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit
dalam keadaan sehat.
tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi karena
adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)
(a) penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima
pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat
harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
(b) perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan
peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan
pasien.
(c) komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang
baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
(d) kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
(e) tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam
bertindak.
Desain Ruangan Mampu Bantu Kesembuhan Pasien
Tidak banyak yang tahu bahwa desain bangunan mampu berimbas pada proses
kesembuhan pasien. Ini berarti dalam merancang suatu ruangan tidak bisa asal saja.Ada
istilah therapeutic environment yang mulai popular di kalangan ilmuwan Negeri Paman
Sam belakangan ini. Di Indonesia istilah ini memang belum banyak dikenal.
Berikut adalah empat faktor kunci yang umum digunakan dalam menciptakan therapeutic
environment:
Pemisahan akustikal ruang kerja staf dari ruang-ruang pasien. Kegiatan kerja staf,
terlebih bunyi yang ditimbulkan dari alat-alat, dapat mengganggu pasien jika
ruang pasien bersebelahan dengan ruang kerja staf, dan tidak adanya pemisah
kedap suara.
Pemandangan alam, dari ruang-ruang pasien, dan bila memungkinkan dari lobi,
ruang tunggu, dan area lain yang berpotensi tinggi stres bagi pasien.
Akses menuju alam, seperti taman.
Ruang untuk berdoa, seperti mushala, yang nyaman.
Karya seni yang menggambarkan alam, berupa lukisan atau foto-foto.
Adanya alunan musik yang tepat pada ruang-ruang pasien di waktu tertentu, juga
dapat diterapkan pada ruang publik.
Zona keluarga di dalam ruang pasien; dengan furnitur untuk tidur, telepon, lampu
baca dengan kontrol terpisah. Zona keluarga ini sebaiknya tidak mengganggu
jalannya kegiatan staf.
Menyediakan tempat-tempat bagi pasien untuk dapat terlibat secara sosial dengan
keluarganya dan para pemberi layanan. Seperti contoh adalah ruang semi publik
bagi pasien untuk dapat berkumpul dengan keluarga di luar ruang inapnya, ruang
makan bersama bagi pasien dan para staf.
di provinsi DI Jogjakarta, ada konsultan teknik yang membantu pemerintah-pemerintah kabupaten memperbaiki
desain puskesmas, dan berhasil mempertinggi tingkat kunjungan masyarakat lokal ke puskesmas. Dengan biaya relatif
murah, Rp.4000, warga tak malu lagi datang ke puskesmas, staf puskesmas juga lebih pede sehingga kualitas layanan
mereka di sektor kesehatan pada publik juga lebih baik. dana yang dihimpun dari masyarakat juga memungkinkan
puskesmas memperbaiki kulaitas peralatan dan pelayanan mereka. karena sebelum desain puskesmas diperbarui,
biaya yang dikenakan hanya Rp.400-Rp.1000. Memang ada peningkatan biaya yang prosentasenya cukup tinggi, tetapi
nampaknya masih dianggap cukup rasional, dibuktikan dengan peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien. sayang,
saya tidak punya data-datanya.
STANDAR PERILAKU DAN MUTU PELAYANAN
Kaitan antara standar perilaku dan upaya meningkatkan mutu pelayanan pada
pelanggan dapat dilihat dari parameter kepuasan pelanggan. Perilaku petugas yang
tercermin dalam
interaksi dengan pelanggan merupakan salah satu variabel mutu pelayanan, antara lain :
"Selamat pagi, ada yang perlu saya bantu Pak?" Ucapan oleh
seorang bagian informasi rumah sakit saat ada orang meng-
hampiri
.
"Assalamu alaikum . . . . semalam bisa tidur Bu ?" Ucapan
perawat sambil mengantar dokter visite pagi pada seorang pasien
ibu muslimah
.
"Selamat siang, ........ RS X di sini". Ucapan seorang operator
sambil mengangkat telepon.
"Sakit sedikit ya Bu . . . . Bismillah" Ucapan seorang dokter
sambil menyuntikkan jarum pada pasien muslim
.
Tip Memilih Rumah Sakit
Konsultasilah dengan dokter keluarga Anda. Dokter keluarga umumnya yang paling
tahu tentang penyakit Anda dan rumah sakit mana yang harus didatangi apabila perlu
perawatan.
Apabila sakitnya datang mendadak dan tidak sempat berkonsultasi dengan dokter
keluarga, datangilah rumah sakit yang terdekat dan mudah dicapai dengan cepat,
karena setiap rumah sakit pasti memiliki Unit Gawat Darurat (UGD). Setelah
pemeriksaan dan tindakan di UGD, Anda dapat memilih di kelas mana Anda akan dirawat
di rumah sakit tersebut atau memilih di rumah sakit lain untuk rawat inap.
Untuk mendapatkan gambaran tentang rumah sakit yang baik, perhatikan bebarapa
dibawah ini: