TINJAUAN TEORI
A. Rawat Inap
Definisi American Hospital Association di tahun 1978 menyatakan
bahwa rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah
memberikan pelayanan kepada pasien-diagnostik dan terapeuktik-untuk
berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun
non bedah. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan
baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya dan harus
menyediakan fasilitas yang lapang, tidak berdesak-desakan dan terjamin
sanitasinya bagi kesembuhan pasien.
Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita
inggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana
pelayanan kesehatan atan rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain.
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan, yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada
sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas
perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus
menginap. Di dalam ruuang perawatan terdapat pelayanan sebagai berikut:
a) Pelayanan Tenaga Medis
Tenaga medis adalah ahli kedokteran yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik
yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan (Soemarja Aniroen,
1991).
Tenaga medis ini dapat sebagai dokter umum maupun dokter spesialis
yang terlatih dan diharapkan memiliki rasa pengabdian yang tinggi
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
B. Patient Safety
1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu baru dalam
bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan
infeksi nasokomial guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien di rumah sakit (patient safety hospital) adalah
sistem tatanan pelayanan dalam suatu rumah sakit yang memberikan asuhan
pasien agar pasien menjadi lebih aman (Lumeta.2006)
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melaakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes, 2006).
Sistem Keselamatan pasien umumnya terdiri dan beberapa komponen
seperti sistem pelaporan insiden, analisis belajar dan riset dari insiden yang
timbul, pengembangan dan penerapan solusi untuk menekan kesalahan dan
kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta penetapan berbagai standar
keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan riset (KKP-RS, 2007).
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit diantaranya adalah :
a.
b.
c.
d.
(sembilan) solusi life saving keselamatan pasien rumah sakit yang disusun
oleh lebih dari 100 Negara dengan mengidentifikasi dan mempelajari
berbagai masalah keselamatan pasien.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong
seluruh rumah sakit se-Indonesia untuk menerapkan sembilan solusi
keselamataan rumah sakit baik secara langsung maupun bertahap. Adapun
sembilan solusi keselamatan pasien tersebut adalah :
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, SoundAlike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling
sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu
keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat
ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat
bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan
risiko dan memastikan terbacanya resep, lebel, atau penggunaan perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektrolit.
b.
d.
pada
pelaksanaan
proses
verifikasi
prapembedahan
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur,
sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas
pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e.
medikasi
terjadi
paling
sering
pada
saat
h.
Keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau ruangan atau bangsal
perawatan dapat merupakan sumber penularan.
f. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang dapat ditularkan dari
dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
Infeksi nosokomial berasal dari proses penyebaran dari pelayanan
kesehatan salah satunya rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat
berbagai macam penyakit yang berasal dari pasien maupun dari pengunjung
yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di
lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda
medis maupun non medis (Darmadi, 2008). Salah satu sumber penularan
infeksi nosokomial di rumah sakit adalah perawat, yang dapat menyebarkan
melalui kontak langsung kepada pasien. Cara penularan terutama melalui
tangan dan dari petugas kesehatan maupun tenaga kesehatan yang lain, jarum
infeksi, kateter urine, kateter intravena, perban, dan cara keliru menangani
luka ataupun peralatan operasi yang terkontaminasi (Hidayat, 2008).
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan
adalah mencegah infeksi. Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial
adalah menerapkan
terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap
setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (Irianto,
2010). Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas
layanan kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam
darah dan cairan tubuh lain.
Menurut WHO (2005) kewaspadaan universal diterapkan dengan cara :
a. Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka
sarung tangan
b. Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh
c. Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan
tubuh
d. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan
tubuh
e. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang
sekali pakai tidak boleh dipakai ulang
f. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang
cocok
g. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis
h. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan
prosedur
i. Buang limbah sesuai prosedur.
4. Identifikasi Pasien
Sebelum memasuki materi identifikasi pasien perlu diketahui apa sih
Rekam Medis itu. Menurut Permenkes RI No.269/MENKES/PER/III/2008
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien. Berkas rekam medis berfungsi :
a. Sumber informasi
b. Alat komunikasi antar tenaga kesehatan
c. Bukti tertulis pelayanan pasien
d. Alat evaluasi
e. Alat melindungi kepentingan hukum
f. Penelitian dan pendidikan
g. Perencanaan dan pemanfaatan sumber daya
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang, dengan kata
lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang dan
dengan
identitas
tersebut
kita
dapat
mengenal
seseorang
dengan
b.
c.
2)
Nama
2)
Alamat
3)
Agama
4)
Tempat/Tanggal lahir
5)
Tanda tangan
6)
b. Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan
menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap
lokasi
c. Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik
Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu
organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan
mengontrol frekuensi dan dampak risiko. RS harus punya Standar yang
berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register :
a. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
b. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain,
investigasi eksternal & internal, external assessments dan Akreditasi
c. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA &
FMEA)
Penilaian risiko harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak
yang terlibat termasuk pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan.
Area yang dinilai :
a. Operasional
b. Finansial
c. Sumber daya manusia
d. Strategik
e. Hukum/Regulasi
f. Teknologi
Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit
a. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko
terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat
b. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko
yang lain
c. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi
untuk semua risiko, yaitu menggunakan RCA
d. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan
clinical governance.
identifikasi
pasien
sebagai
individu
yang
akan
untuk
mengidentifikasi
pasien
ketika
pemberian
obat,
kedengarannya
mirip
(Nama
Obat
Rupa
dan
Ucapan
secara
benar
pada
elektrolit
dan
bagaimana
sakit
perlu
untuk
secara
kolaboratoriumoratif
kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki,
lesi), atau multipel level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
1)
2)
3)
rawat
inap.
Dalam
konteks
populasi/masyarakat
yang
C. Infeksi Nosokomial
1. Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi mikro
organisme pathogen, berkembang biak dan menyebabkan sakit.
Mikro organisme, adalah agen penyebab infeksi berupa bakteri, virus,
jamur, ricketsia, dan parasit.
Infeksi Nosokomial, yaitu infeksi yang diperoleh ketika seseorang
dirawat di rumah sakit, tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya dan
minimal terjadi 3x24 jam sesudah masuk kuman.
2. Patogenesis
Interaksi
antara
pejamu
(pasien,
perawat,
dokter,
dll),
agen
Agen
Lingkungan
Untuk bakteri, virus, dan agen infeksi lainya agar bertahan hidup dan
menyebabkan penyakit tergantung dari factor-faktor kondisi tertentu harus
ada:
AGEN
PEJAMU YANG
RENTAN
WADAH
Tempat hidup agen
TEMPAT
MASUK
TEMPAT
KELUAR
CARA
PENGELUARAN
Bagaimana agen berpindah dari tempat lain
3. Sumber Infeksi
Sumber infeksi nosokomial dapat dibagi dalam 4 bagian:
a. Petugas rumah sakit (perilaku)
Kotor
Rusak
Dipakai berulang-ulang
Kadaluarsa
c. Pasien
Kebersihan kurang
d. Lingkungan
Ruangan lembab
Banyak serangga.
4. Transmisi Mikroorganisme
Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai
cara, bias lebih dari satu cara. Ada lima cara terjadinya trasmisi
mikroorganisme yaitu: contact, droplet, airbone, common vehicle, dan
vertorborne.
Contact transmission
Contact transmission adalah yang paling sering pada infeksi
nosokomial, dibagi dalam dua grup; direct contact, dan indirect contact.
Direct contact (kontak langsung): transmisi mikroorganisme langsung
permukaan tubuh ke permukaan tubuh, seperti saat memandikan,
membalikkan pasien, kegiatan asuhan keperawatan yang menyentuh
permukaan tubuh pasien, dapat juga terjadi di antara dua pasien.
Indirect contact (kontak tidak langsung): kontak dengan kondisi orang
yang lemah melalui peralatan yang terkontaminasi, seperti peralatan
instrument yang terkontaminasi : jarum, alat dressing, tangan yang
terkontaminasi tidak dicuci, dan sarung tangan tidak diganti di antara pasien.
Droplet transmission (Percikan)
Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun mekanisme
transfer mikroorganisme pathogen ke pejamu agak ada jarak dari transmisi
kontak. Mempunyai partikel sama atau lebih besar dari 5 mikron. Droplet
transmisi dapat terjadi ketika batuk, bersin, beribicara, dan saat melakukan
tindakan khusus, seperti saat melakukan pengisapan lendir, dan tidakan
broschoskopi.
Transmisi terjadi ketika droplet berisi mikroorganisme yang berasal dari
orang terinfeksi dalam jarak dekat melalui udara menetap / tinggal pada
konjunctiva, mukosa, hidung, dan mulut yang terkena. Karena droplet tidak
meninggalkan sisa di udara, maka penangan khusus udara dan ventilasi tidak
diperlukan untuk mencegah droplet transmisi.
Airbone transimisi (melalui udara)
Transimisi
melalui
udara
yang
terkontaminasi
dengan
1. Cuci tangan
Pedoman mencuci tangan telah memberikan anjuran tentang
kapan dan bagaimana melakukan cuci tangan atau menggosok tangan
untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada
masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
cuci tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade
1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil
penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan,
bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan mencuci tangan masih
kurang, yaitu:
Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it
Dokter
33
67
Perawat
36
64
57
Mahasiswa perawat
100
Waktu tiba di RS
Di antara pasien
Bilas dengan air bersih dengan tetap posisi tangan lebih tinggi
dari siku
Tutup kran dengan siku
Hindarkan menyentuh benda di sekitar setelah mencuci tangan
Keringkan dengan handuk / tissue steril
Penggosok Antiseptik Tangan
Bukan pengganti cuci tangan, akan tetapi antiseptis tangan
dilakukan hanya dengan tujuan mengurangi baik flora sementara atau
tetap. Teknik antiseptic tangan sama dengan teknik mencuci tangan
biasa.
Penggosok antiseptic tangan yang dianjurkan adalah larutan
berbasisi alcohol 60 90% (Larson, 1990; Pierce, 1990)
Teknik melakukanya adalah :
Gunakan cairan antiseptis secukupnya untuk melumuri seluruh
permukaan tangan dan jari tangan
Gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua
belah telapak tangan khususnya di antara jari-jari dan bawah kuku
hingga kering.
penularan
penyakit
serta
mempertahankan
Kegiatan
Cuci
tangan
Sarung
Jubah/ Masker/
tangan
Celemek Google
Steril biasa
Perawatan umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tanpa luka
Memandikan
bedding
Reposisi
Luka terbuka
Memandikan
bedding
Reposisi
Perawatan perianal
Perawatan mulut
Pemeriksaan fisik
Penggantian balutan
Luka operasi
Luka decubitus
Central line
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
Arteri line
Cateter intravena
Tindakan Khusus.
7.
Pasang cateter urine
8.
Ganti bag urine / ostomil
9.
Pembilasan lambung
10. Pasang NGT
11. Mengukur suhu axilia
12. Mengukur suhu rectal
13. Kismia
14. Memandikan jenazah
Perawatan saluran nafas
22.
Pemasangan infuse
23.
24.
Punksi arteri
25.
26.
27.
Penyuntikan IM / IV / SC
Penggantian botol infuse
Pelesapan
dan
penggantian
selang infuse
Percikan darah / cairan tubuh
Membuang sampah medis
Penanganan alat tenun.
28.
29.
30.
K/P
Lebih
baik
Lebih
baik
Lebih
baik
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
b. Isolasi Precaution
1) Early Isolation Practise
Isolation precaution pertama kali dipublikasikan di AS pada
tahun 1877, dimana pada waktu itu buku pegangan rumah sakit
merekomendasikan penempatan pasien infeksi di fasilitas terpisah.
Penempatan pasien penyakit infeksi pada fasilitas terpisah pada
akhirnya menjadi dikenal sebagai rumah sakit penyakit infeksi.
Walaupun demikian pasien penyakit infeksi dipisahkan dari pasien
penyakit non infeksi, transmisi infeksi nosokomial berlangsung terus,
sebab pasien penyakit infeksi tidak dipisahkan menurut jenis penyakit
infeksinya.
Selanjutnya petugas di rumah sakit penyakit infeksi mulai
memikirkn masalah transmisi penyakit infeksi nosokomial, dengan
menata menempatkan pasien penyakit infeksi yang sama jenisnya dan
melakukan teknik aseptic pada prosedur tindakan pada tahun 1890
1900.
Precaution
bertujuan
untuk
mencegah
transmisi
mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien
ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit
dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation
Precaution sangat diperlukan.
1) Airborne Precaution
a) Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
yang mempunyai
meminimalkan
penyebaran
droplet
selama
mungkin
b.
dapat
mengikuti
perkembangan
pasien
secara
komprehensif
2) Bagi pasien
Klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap
c.
b)
c)
Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
d)
e)
2. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, di samping klien dilibatkan untk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibakan
seluruh anggota tim
a.
Karakteristik
1)
2)
3)
4)
5)
b.
Tujuan
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
c.
Peran
1) Perawat primer dan Perawat Asosit
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilaksanakan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alas an ilmiah tindakan yang akan diambil
2) Perawat primer lain/konsuler
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcemen
c) Menilai kebenaran suatu masalah,intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep
d.
Persiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed concent kepada keluarga/klien
e.
Pelaksanaan ronde
f.
g.
h.
Paska ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan
3. Dokumentasi Proses Keperawatan
a. Pengertian
Dokumentasi berasal dari kata document yang berarti semua warkat
asli yang dapat dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat
kebenaran ( Jon ME, 1975 ). Dokumentasi proses keperawatan adalah
bahan komunikasi yang terulis untuk mendukung informasi atau kejadian (
Fiosbach, 1991 )
Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta
fakta terhadap penyakit klien, gejala gejala, diagnosa, penatalaksanaan
serta evaluasinya. Catatan tersebut harus lengkap, akurat dan terbaru,
mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat memberikan
informasi yang akurat.
b. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan
1) Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
2) Memastikan kemajuna hasil yang berfokus pada klien
3) Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan
4) Teknik evaluasi
Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian
terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan
apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan
c. Hal hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian asuhan
Keperawatan
1) Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan eveluasi
2) Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta
berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
penunjang
seperti
meliputi
pemeriksaan
terdiri
dari
melaksanakan
tindakan
keperawatan,
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktivitas yang mana
klien dan profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan
kemajuan klien sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan
Metode fungsional
1) Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jadwal kegiatan yang ada.
2) Perawat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sedangkan
asuhan keperawatan pada pasien dilakukakan oleh perawat yunior atau
yang belum punya pengalaman.
3) Penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas
pada tindakan tertentu
Kelebihan
1). Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
2). Sangat baik untuk rumah sakit yang yenaga dengan perbandingan
tenaga perawat profesiaonal (pelaksana lanjutan atau penyedia) yang
Kekurangan
Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan
di waktu sibuk
Metode primer
Metoda penugasan diman satu perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit,
mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar pembuat rencana
askep pelaksana. Metoda primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat
yang terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama pasien di rawat
Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung
gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan
keluarga
Tugas perawat primer
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk setiap shif dab
tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa siterapkan satu pasien satu perawat.
Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perwat privat atau untuk keperawatan
khusus seprti isolasi. Intensive care
Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab
2) perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung
jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan
keperawatan di ruang rawat.
Tanggung jawab kepala ruangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
i.
j.
k.
jumlah
perawatyang
dibutuhkan
berdasarkan
medis
yang
dilakukan,
program
pengobatan
dan
2.
3.
4.
5.
6.
c) Pengorganisasian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengawasan.
Melakukan komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan katim maupun pelaksana askep yang diberikan kepada pasien
Melalui super visi : pengawasan langsung, mengamati sendiri / laporan
langsung secara lisan. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir katim, membaca dan memeriksa intervensi serta semua catatan
dokumentasi, mendengarkan laporan katim tentang pelaksanaan tugas.
2.
Ketua tim
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
ruang rawat dan bertanggung jawab langsung langsung kepada karu.
Tanggung jawab ketua tim
a) Mengkaji
klien
dan
menerapkan
tindaka
keperawatan
yang
g)
Uraian tugas
1. Perencanaan
a.
b.
Melakukan
pembagian
tugas
pada
anggota
berdasarkan
ketergantungan klien
c.
d.
hasil
pengkajian
kelompok
dan
mendiskusikan
dan
pelimpahan
wewenang
yang meliputi
wewenang
b.
c.
d.
e.
3. Pengarahan
a.
b.
c.
d.
4. Pengawasan
a.
Melalui komunikasi
Ketua tim mengawasi dan berkomunikasi langsung terhadap
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
b.
Melaluai supervisi
1) Secara langsung
Melihat aatau mengawasi proses asuhan keperawatan yang di
laksanakan oleh anggota
2) Secara tidak langsung
Melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan memeriksa
cover, membaca catatan perawat yang di buat selama proses
keperawatan, mendengar laporan secara lisan dari anggota tim
tentang tugas yang telah di lakukan.
c.
Melalui evaluasi
a) Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
b) Meningkatkan kemampuan analisa ( pengetahauaan ) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan.
c) Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang di lakukan oleh anggota tim
d) Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang di lakukan
3. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang
untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan diruang rawat.
Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana
a) Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat primer,
sore dan malam.
b) Mengikuti pre-conference / post conference dengan perawat primer
c) Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak
ada ditempatnya.
d) Melakukan implementasi pada klien berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat oleh perawat primer.
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
f)
j)
Melakukan dinas rotasi sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh
kepala ruangan rawat.
m) Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruang rawat
2.
3.
4.
b)
c)
Pemberian obat
2.
Pemeriksaan laboratorium
3.
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
b)
c)
Menciptakan
dan
memelihara
kebersihan,
keamanan,
e)
f)
g)
h)
yang
E. Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi
dan sipervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam 2002).
Menejemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat
dengan menggunakan fungsi-fungsi menajemen untuk dapat memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional (Gillies,
dalam Nursalam 2002).
Dalam menejemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input
menjadi suatu output yang diharapakan. Input manajemen ini terdiri dari
manusia, uang dan meterial, alat atau mesin dan metode yanh selanjutnya akan
mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen
berupa efisiensi dalam pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya serta
peningkatan mutu suatu pelayanan. Sedangkan input dari manajemen
keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan, bahan-bahan, peralatan, bangunan
fisik. Klien, pengetahuan, dan keterampilan yang akan mengalami suatu proses
transformasi melalui manajemen asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan
sehingga dihasilkan output yaitu berupa suatu resolusi masalah keperawatan
klien akan kemudian dapat memberikan pelayananan keperawatan yang efektif
kepada klien, keluarga dan masyarakat.
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno
mnagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara
terminologis
para
pakar
mendefinisikan
manajemen
secara
beragam,
diantaranya:
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) mengartikan manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner
yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
tujuan,
mengumpulkan
data,
menganalisis
dan
ini
akan
lebih
dibahas
pada
fungsi
pendayagunaan
tenaga/ketenagaan
3) Mengembangkan prosedur
Fungsi pengorganisasian juga mengatur tentang pelaksanaan suatu
prosedur, baik prosedur tindakan yang bersifat teknik keperawatan juga
prosedur yang bersifat administrasi. Prosedur-prosedur tersebut biasanya
yang sudah ditetapkan (protap) yang harus dilaksanakan. Prosedur yang
bersifat teknis keperawatan mulai sejak pemeriksaan pasien, pelaksanaan
tindakan prosedur pulang yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
c.
Ketenagaan (staffing)
Pengaturan staff dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Pengaturan staff merupakn salah satu masalahmasalah besar pada setiap organisasi keperawatan, baik di rumah sakit,
rumah perawatan (nursing home, badan perawatan kesehatan di rumah, badan
rawat jalan dan jenis perawatan lainnya).
Manajemen ketenagaan dilakukan agar efisiensi dan efektifitas
ketenagaan dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diperjelas dengan tujuan
manajemen ketenagaan yaitu untuk mendayagunakan tenaga keperawatan
yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu
sehingga dapat memenuhi kepuasan pengguna jasa keperawatan. Fungsi
manajemen ketenagaan terbagi atas :
1) Fungsi Manajerial
Dalam
fungsi
ini
termasuk
ke
dalamnya
tahap
perencanaan,
d. Pengarahan (Directing)
Merupakan suatu faktor penting dalam menentukan tingkat kinerja
karyawan dan kualitas pencapaian tujuan (Hersay & Blanchard, 1977).
Dalam manajemen modern komando dan koordinasi disebut pengarahan.
Menurut Fayol dalam Swanburg (1994), komando terjadi bila manajer
mendapat masukan optimum dari semua karyawan di unitnya dalam
menajemen
keperawatan
optimal.
Secara
operasional