Disusun oleh:
Hasan Nudin
NIM. 19010023
Dosen Pengampu :
Ns. Awaliyah Ulfah Ayudytha, S.Kep, MARS
1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan keselamatan pasien di rumah sakit
JAWAB :
Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan :
a. risiko pasien,
e. Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
SOAL :
2. Apa yang anda ketahui tentang prinsip dalam implementasi keselamatan pasien di rumah
sakit ?
JAWAB :
Tidak ada manusia yang sempurna, sehingga setiap manusia dapat berbuat salah atau
membuat kesalahan. Tidak ada seorang Manajer bahkan Pimpinan RS sekalipun yang
bisa menjamin bahwa setiap personel di rumah sakit tidak boleh berbuat salah atau tidak
akan berbuat salah, dari kesalahan itulah proses pembelajaran akan terjadi.
Tipe insiden keselamatan pasien ada berbagai macam mulai dari kondisi yang potensi
menimbulkan cedera (KPC) pada pasien sampai dengan insiden yang mengakibatkan
kematian atau kecacatan seumur hidup bagi pasien (Sentinel).
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimaan suatu rumah sakit menjamin
keselamatan pasien sehingga kondisi – kondisi potensi cedera tersebut dapat dikurangi
atau dihilangkan sehingga tidak menimbulkan cedera pada pasien dan kejadian sentinel
tidak terjadi di rumah sakit.
c. System approach.
Keselamatan pasien adalah sistem dimana rumah sakit menjamin keamanan dan
keselamatan pasien yang dirawat baik rawat jalan, rawat inap maupun tindakan.
Semua personel rumah sakit dari unsur tertinggi sampai dengan terendah bertanggung
jawab melaksanakan upaya keselamatan pasien di rumah sakit.
Semua orang yang ada di rumah sakit adalah penting, semua berperan dalam
mewujudkan keselamatan pasien di rumah sakit dan semua bagian saling berkaitan,
saling mendukung dan bekerja sama mewujudkan budaya keselamatan pasien di rumah
sakit.
Keberhasilan upaya keselamatan pasien adalah bagaimana rumah sakit dapat belajar dari
suatu insiden keselamatan pasien yang dilaporkan oleh seluruh personel yang mengetahui
terjadinya insiden.
Untuk menggiatkan budaya pelaporan insiden tersebut, pimpinan atau direktur rumah
sakit harus berkomitmen penuh untuk tidak menyalahkan individu atau personel yang
terlibat dalam terjadinya suatu insiden keselamatan pasien.
Budaya tidak menyalahkan dan tidak menghukum akan memotivasi seluruh personel
untuk melaporkan insiden sekecil apapun yang terjadi di rumah sakit, sehingga proses
pembelajaran yang berkelanjutan dapat terjadi untuk mencegah insiden yang sama
terjadi kembali di ruangan tertentu serta di ruangan lain diseluruh lingkungan rumah
sakit.
Budaya pelaporan insiden keselamatan pasien oleh seluruh personel yang mengetahui
terjadinya insiden atau terlibat langsung dalam insiden keselamatan pasien harus
dikembangkan dan dimotivasi secara terus –menerus oleh Pimpinan RS dengan prinsip
“No Blame Culture”.
Hasil pembelajaran dari suatu insiden disosialisasikan kepada seluruh personel di unit
kerja sehingga personel dapat mengetahui pasti tidak adanya hukuman pada suatu insiden
dan pembelajaran yang didapat dari insiden tersebut.
SOAL :
3. Dapatkah anda jelaskan sembilan solusi keselamatan pasien yang telah dikeluarkan oleh
WHO?
Jawab :
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) merupakan salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat (medication error).
Solusi NORUM ditekankan untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep,
label, atau penggunaan perintah yang dicetak dan pembuatan resep secara elektronik.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan dapat mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien.
Rekomendasi dengan memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan
metode untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis, memberikan
kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah
terima, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses serah terima.
Kesalahan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dari kesenjangan komunikasi.
Kesalahan dalam pemberian cairan elektolit pekat sering terjadi baik dalah hal dosis,
satuan ukur dan istilah.
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk
mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang lengkap, akurat dan seluruh
medikasi yang sedang diterima pasien.
Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Angka penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pemakaian ulang (reuse)
dari jarum suntik masih tinggi.
Rekomendasi untuk mencegah penularan pada fasyankes adalah perlunya melarang pakai
ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan dan pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan tentang penyuntikan yang aman.
HAIs merupakan infeksi yang diperoleh di sarana fasilitas kesehata. Upaya preventif
yang paling mudah untuk mencegah HAIs melalui cuci tangan.
SOAL :
4. Menurut anda bagaimana cara implementasi IPSG (International Patient Safety Goals) di
rumah sakit ?
JAWAB :
Cara implementasi IPSG (International Patient Safety Goals) di rumah sakit adalah:
3) Melakukan identifikasi pasien pada kondisi khusus (pasien tidak sadar, luka
bakar, pasien gangguan jiwa). Misalnya : pada pasien gangguan jiwa,
identifikasi pasien menggunakan foto yang ditempel di rekam medik pasien.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, lengkap, jelas dan dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi yang paling rentan salah ketika perintah perawatan pasien diberikan
secara lisan dan melalui telepon.
Komunikasi lain yang rawan ketika melaporkan kembali hasil tes penting/ hasil tes
yang menunjukkan nilai kritis dan perlu penanganan segera/ hasil tes cito.
1) Melakukan tehnik menerima pesan verbal atau melalui telepon dengan metode
TBAK :
a). Perintah lengkap yang disampaikan secara lisan atau melalui telepon
dituliskan lengkap oleh penerima perintah (Tulis ).
b). Perintah lengkap yang disampaikan secara lisan atau melalui telpon
dibacakan kembali oleh penerima perintah (BAca ).
c). Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan (Konfirmasi).
3) Tehnik penyampaian laporan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan dengan nilai
kritis secara lisan / verbal ( metode SBAR ).
Tanda-tanda vital: TD: __/__, Nadi: ___, Pernapasan: ___, dan Suhu: ___ Saya
khawatir tentang:
Kulit/ Ekstremitas:
A Assessment/ Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah yang anda pikirkan)
Masalahnya tampaknya adalah: jantung, infeksi, neurologis, respirasi,
_____________________________
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu melakukan
sesuatu, Dok.
R Rekomendasi
sesuatu yang tak diinginkan risikonya lebih tinggi, begitu pula obat-obatan yang
mirip bentuk/bunyi namanya.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian keselahan obat
tersebut adalah menyusun proses pengelolaan obat yang patut diwaspadai; termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien ke farmasi.
1). Melakukan identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan obat –
obat dengan kewaspadaan tinggi (high alert).
3). Mengidentifikasi area yang membutuhkan obat-obat dengan kewaspadaan tinggi (high
alert dan tindakan yang diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati.
4). Obat-obat dengan kewaspadaan tinggi (high alert ) yang disimpan di unit pelayanan
harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat.
Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada pasien yang
salah adalah peristiwa mengkhawatirkan yang sangat umum terjadi di RS.
Kesalahan ini diakibatkan komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara
anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian tanda pada lokasi
pembedahan, dan kurang memadainya prosedur verifikasi lokasi operasi.
Di samping itu, faktor-faktor yang sering kali turut berkontribusi adalah:
budaya yang tidak mendukung komunikasi secara terbuka antara anggota tim
bedah,
1). Melakukan tehnik Site Marking : menggunakan tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaannya
2). Menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi
tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien, semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat dan fungsional
3). Tehnik sign in : tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum insisi
4). Tehnik time out : time out dilakukan tepat sebelum dimulainya prosedur / tindakan
bedah.
5) . Mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur
dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan diluar kamar
operasi.
6). Monitoring dan evaluasi implementasi keselamatan pasien di kamar operasi mulai
dari pre, intra sampai dengan paska operasi sebagai indikator mutu klinik standar
peningkatan mutu dan keselamatan pasien akreditasi rumah sakit versi SNARRS Edisi
1.1 2020 .
1). Penyediaan sarana cuci tangan sesuai dengan standar di semua area perawatan.
2). Melakukan tehnik enam langkah cuci tangan menurut WHO dengan konsisten
oleh seluruh tenaga kesehatan dan non kesehatan.
4). Melakukan edukasi kepada petugas kesehatan, pasien, keluarga pasien dan
pengunjung rumah sakit tentang pentingnya hand hygiene secara berkelanjutan.
5). Monitoring dan evaluasi implementasi upaya mengurangi risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan sebagai indikator mutu klinik standar peningkatan mutu dan
keselamatan pasien akreditasi rumah sakit versi SNARS Edisi 1.1 2020.
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring / terduduk dilantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo,
2004).
Jumlah angka jatuh dalam pelayanan kesehatan menjadi bagian yang bermakna
penyebab cedera pasien rawat inap. Fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh.
1). Menerapkan asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen
ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2). Menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien yang hasil
asesmennya dianggap berisiko jatuh.
3). Memonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak
dari kejadian tidak diharapkan.
4). Pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit, dengan
penandaan pada pasien menggunakan gelang, memasang bed rail, memberikan
penandaan di depan pintu kamar pasien dengan risiko jatuh.
5). Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dengan risiko
jatuh.
6). Monitoring dan evaluasi implementasi pencegahan pasien cidera karena jatuh sebagai
indikator mutu klinik standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien akreditasi
rumah sakit versi SNARS Edisi 1.1 2020.
SOAL :
5. Jika anda adalah pimpinan/ manajer keperawatan (Kepala Bidang Keperawat, Kasi
Keperawatan ataupun Kepala Ruangan), apa yang anda lakukan dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien di RS ?
JAWAB :
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur "cepat-tanggap" terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
b. Pelaporan Insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena melapor.
d. Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga memerlukan keahlian /
keterampilan. Tim KPRS perlu menyebarkan informasi, rekomendasi perubahan,
pengembangan solusi.
7. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap upaya keselamatan pasien.
SOAL :
6. Menurut anda kegiatan apa sajakah yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan
keselamatan pasien di rumah sakit ?
JAWAB :
Langkah penerapan:
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga
3) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
1) Ikut terlibat dalam Komite/ Panitia /Komite/ Panitia/ Tim Keselamatan Pasien
untuk bersama-sama berkomitmen terhadap program keselamatan pasien.
2) Pastikan perawat mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani
melaporkan ketika terjadi insiden.
7) Terlibat dalam penyusunan buku panduan keselamatan pasien rumah sakit dan
membagikan kepada seluruh ruangan perawatan, dokter jaga dan dokter penanggung
jawab pelayanan.
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien
di rumah sakit.
Langkah penerapan:
1) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit
anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya
2) Jelaskan kepada perawat tentang relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
4) Pada forum – forum rapat Pimpinan dengan seluruh pelaksana, Pimpinan selalu
mengingatkan tentang pentingnya keselamatan pasien. Perawat mensosialisasikan
kembali di ruangannya tentang fokus perhatian dari pimpinan tersebut.
5) Terlibat dalam membuat dan melaksanakan program ronde keselamatan pasien
dimana didalamnya Pimpinan Rumah Sakit dan Staf Pimpinan secara berkala
melaksanakan ronde ke ruangan tertentu untuk mengetahui sejauhmana
implementasi program keselamatan pasien di ruangan tersebut.
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan Staf
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
9) Upaya-upaya memperkecil risiko dengan membuat / merevisi SPO bila sudah ada.
Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada Tim Keselamatan Pasien.
Langkah penerapan :
rapat Pimpinan dan rapat staf lainnya, senantiasa mendorong semua staf,
khususnya anggota Komite / Panitia/ Komite/ Panitia/ Tim Keselamatan Pasien
untuk aktif melaporkan terjadinya kasus-kasus IKP. Perawat mensosialisasikan
kembali di ruangannya tentang fokus perhatian dari pimpinan tersebut.
2) Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
Langkah penerapan :
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan
keluarganya
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per
tahun untuk proses risiko tinggi.
b. Untuk Unit/Tim :
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan
dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
Langkah penerapan:
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan
solusi setempat
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan
b. Untuk Unit/Tim :
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
8) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan .
SOAL :
7. Dokter DPJP memberikan instruksi via telepon untuk pasien Ny. B untuk injeksi morfin
12,5 mg bolus, tetapi perawat tidak menulis instruksi di formulir terintegrasi dan tidak
melakukan TBAK. Dengan yakinnya perawat memberikan morfin 12,5 mg pada Ny. A
sehingga menyebabkan Ny. A tidur dan tidak bangun-bangun, sedangkan Ny. B tetap
merasakan nyeri hebat. Dari kasus diatas :
JAWAB :
a. Ini termasuk kejadian tidak diharapkan (KTD) (a harmful incident / adverse event)
1. Asesmen risiko
8. DPJP membuat resep anti mual untuk pasien kemotherapi (narfos), resep dikirim farmasi
kemudian petugas farmasi mengantar obat tersebut ke ruang perawatan. Perawat
melakukan identifikasi pasien (7 benar) ternyata obat yang diantar petugas farmasi bukan
narfos inj. tetapi transamin inj.. Perawat tidak jadi memberikan obat tsb dan
mengembalikan obat traansamin inj tsb ke farmasi.
JAWAB :