Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur


dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di
rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah
sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang
tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana yang kurang tepat dan lain
sebagainya.

Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH (Singapore


General Hospital, 2006) meliputi:

1. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja
perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan, dan keluhan keluarga
2. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respons pasien terhadap perawat, dan peraturan rumah sakit
3. Clinical incident diantaranya jumlah pasien flebitis, jumalah pasien ulkus decubitus,
jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru
karena pemberian cairan yang berlebih
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya ketrampilan
perawat, dan complain pasien.
5. Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien, cara, waktu)

Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,
memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang
dapat dicegah.

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip


Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan
puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih
dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan identitas pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap
identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam
metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan
partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara
unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki
profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan
istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan
seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication
list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb
kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian
rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang
salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara
detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya
adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based
hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

B. Kepuasan pasien
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak
dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan
dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi (2002)
berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan
konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen
maka konsumen akan mengalami kepuasan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
a. Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap
kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk
atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam
mempromosikan rumah sakitnya.
b. Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini
pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan.
c. Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai
pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih
tinggi.
d. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan
kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini
mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal
harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan
rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang
lebih tinggi pada pasien.
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
2. Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
kali datang di rumah sakit.
b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang
berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan
kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit.
c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien
dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari
rumah sakit.
d. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk
berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya
televisi, kursi, air minum dan sebagainya.
e. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan
minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan
terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang
disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang
berkunjung di rumah sakit.
f. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini
disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang
dikehendakinya.
g. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan
yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi,
kunjungan dokter atau perawat.

Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus


utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai
berikut :

1. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan


kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu
menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga
kesehatan.
2. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
3. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat
dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
4. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan
ruangan pengobatan dan toilet
5. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien
terhadap kemampuan tenaga kesehatan.

Instrumen kepuasan Pasien berdasarkan Lima Karakteristik (RATER)

No. Karakteristik 1 2 3 4
1. Reliability (Keandalan)
a. Perawat mampu menangani masalah
perawatan Anda dengan tepat dan
professional

Perawat memberikan informasi tentangfasilitas yang


tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang
berlaku di RS
Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal
yang harus dipatuhi dalam perawatan Anda
Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal
yang dilarang dalam perawatan Anda
Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika
Anda membutuhkan
2. Assurance (jaminan)
a. Perawat mmeberi perhatian terhadap keluhan
yang anda rasakan

Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang


tindakan perawatan yang diberikan kepada Anda
Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang
keadaan anda
Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika
bertemu dengan Anda
Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan
tindakan keperawatan kepada Anda
3. Tangibles (Kenyataan)
a. Perawat memberi informasi tentang
administrasi yang berlaku bagi pasien rawat
inap di RS

Perawat selalu me.njaga kebersihan dan kerapihan


ruangan yang Anda tempati
Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan yang digunakan
Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan
fasilitas kamar mandi dan toilet
Perawat sellau menjaga kerapian dan penampilannya
4. Empathy (Empati)
a. Perawat memberikan informasi kepada Anda
tindakan perawatan yang akan dilaksanakan

Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila Anda


membutuhkan
Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan
Anda seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernapasan,
dan cairan infus
Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang
pangkat/ status tetapi berdasarkan kondisi Anda
Perawat perhatian dan memberi dukungan moril
terhadap keadaan Anda (menanyakan dan
berbincang-bincang tentang keadaan Anda)
5. Responsiveness (Tanggung Jawab)
Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada Anda
ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta
Perawat segera menangani Anda ketika sampai di
ruangan rawat inap
 Perawat menyediakan waktu khusus untuk
membantu Anda berjalan, BAB, BAK, ganti
posisi tidur, dan lain-lain

Perawat membantu Anda untuk memperoleh Obat


 Perawat membantu Anda untuk pelaksanaan
pelayanan foto dan laboratorium di RS ini
Keterangan:

1. = sangat tidak puas

2. = tidak puas

3. = puas

4. = sangat puas

C. PERAWATAN DIRI
1. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri.
2. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
parsial dan total).

Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri  x 100 %

Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total

D. KECEMASAN
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh
pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana
begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan
keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobsevasi secara langsung.Perawat
dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.
Cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui
dan didahului oleh penglaman baru.Takut mempunyai sumber yang jelas dan
obyeknya dapat didefinisikan.Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian
tersebut.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang
mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, dan fobia tertentu.
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan
terisolasi (Nursalam, 2014).

1. Penilaian tingkat kecemasan


Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan
pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W. K. Zung, dikembangkan
berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4
(1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).
Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah
penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale). Skala peringkat
kecemasan digambarkan pada tabel di bawah ini :

Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pertanyaan setiap
pernah kadang waktu
waktu
Saya merasa lebih gugup dan
1. 1 2 3 4
cemas dari biasanya
Saya merasa takut tanpa alasan
2. 1 2 3 4
sama sekali
Saya mudah marah atau merasa
3. 1 2 3 4
panic
Saya merasa seperti jatuh terpisah
4. 1 2 3 4
dan akan hancur berkeping-keping
Saya merasa bahwa semuanya
5. baik-baik saja dan tidak ada hal 4 3 2 1
buruk yang akan terjadi
6. Lengan dan kaki saya gemetar 1 2 3 4
7. Saya terganggu oleh nyeri kepala 1 2 3 4
leher dan nyeri punggung
Saya merasa lemah dan mudah
8. 1 2 3 4
lelah
Saya merasa tenang dan dapat
9. 4 3 2 1
duduk diam dengan mudah
Saya merasakan jantung saya
10. 1 2 3 4
berdebar-debar
11. Saya merasa pusing tujuh keliling 1 2 3 4
Saya telah pingsan atau merasa
12. 1 2 3 4
seperti itu
Saya dapat bernapas dengan
13. 4 3 2 1
mudah
Saya merasa jari-jari tangan dan
14. 1 2 3 4
kaki mati rasa dan kesemutan
Saya merasa terganggu oleh nyeri
15. lambung atau gangguan 1 2 3 4
pencernaan
16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4
Tangan saya biasanya kering dan
17. 4 3 2 1
hangat
Wajah saya terasa panas dan
18. 1 2 3 4
merah merona
Saya mudah tertidur dan istirahat
19. 4 3 2 1
malam dengan baik
20. Saya mimpi buruk 1 2 3 4

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain:

Skor 20-44: normal/tidak cemas

Skor 45-59: kecdemasan ringan

Skor 60-74: kecemasan sedang

Skor 75-80: kecemasan berat


E. KENYAMANAN PASIEN
Di definiskan sebagai kondisi yang di alami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan.ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan
transcendse) serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan
).Tipe-tipe kenyamanan di desfinisikan sbb :
1. Dorongan (relief) : kondisi resipion yang membutuhkan penanganan yang spesifik
dan segera.
2. ketentraman (ease) : kondisi yang tentram atau kepuasan hati
3. Transcendense :Kondisi di mana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri)

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan
ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespons untuk
menghilangkan mengurangi rangsang nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang
tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
(Nursalam, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Arti nyeri terhadap individu


Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien
sadar adanya nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda, bisa dianggap sebagai
respon positif atau negative
2. Toleransi individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan
intensitas nyeri dimana individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya
3. Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan
rangsang nyeri, suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta
berespon terhadap nyeri
4. Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri
5. Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas nyeri
individu
6. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
7. Kebudayaan
Norma/aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang dan
berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8. Kepercayaan
Ada keyakinan bhawa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan dan
hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan
9. Kecemasan dan stress
Stres dan kecemasan dapat mengahmbat keluarnya endorfin yang berfungsi
menurunkan persepsi nyeri

Angka tata laksana nyeri

Instrumen Intensitas Nyeri

1. Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien pada
semua area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk menentukan
tingkat dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan.

2. Instruksi:
a. Menanyakan kepada pasien tentang berapa angka yang diberikan untuk
menggambarkan rasa nyeri yang saat ini dirasakan
b. Berikan penjelasan tentang skala nyeri yang diberikan

0 = tidak nyeri

1.3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL

4-6 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL

7-10 = nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL

c. Tim kesehatan di dalam kolaborasinya dengan pasien/keluarga (bila perlu), dapat


menentukan intervensi yang dibutuhkan untuk menangani nyeri pasien.

F. PENGETAHUAN
Menurut Notoadmodjo (2003:121) Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi
pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba
dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Nursalam, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan
perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya.
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru.
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun, berdasarkan penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru
atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, perilaku
itu tidak akan berlangsung lama (Nursalam, 2014).

Anda mungkin juga menyukai