Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN

KRITIS
ASKEP BEDAH
JANTUNG

Disusun Oleh Kelompok1:


1. Arfina Indah Azwi ( 1714201038 )
2. Ivani Putri Permata ( 1714201043 )
3. Wita Krismayenti ( 1714201058 )
4. Muhammad Alwi ( 1714201062 )
Definisi

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan


salah satu penanganan intervensi dari Penyakit
Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat
saluran baru melewati arteri koroner yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Secara
sederhana, CABG adalah operasi pembedahan yang
dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru
atau bypass terhadap pembuluh darah yang
tersumbat sehingga melancarkan kembali aliran
darah yang membawa oksigen untuk otot jantung
yang diperdarahi pembuluh tersebut.
Indikasi

• Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis. 


• Angina yang tidak stabil 
• Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan terapi PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty). 
• Sumbatan/ Stenosis arteri koroner kiri ≥ 70% 
• Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA 
• Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three
vessel disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan
pada klien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina
stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.
Kontra Indikasi

Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika


sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70%
maka aliran darah tersebut masih cukup banyak,
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat
pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan
pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-
sia
Teknik Operasi CABG

Ada 2 teknik yang digunakan pada operasi


CABG yaitu on pump dan off pump. Masing-
masing teknik memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
• Operasi on pump
• off pump
Komplikasi potensial pasca
operasi CABG

• Komplikasi Jantung
• Komplikasi Paru-Paru
• Komplikasi Neurologis
• Gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit
• Infeksi
• Dekubitus
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operatif Coronary
Artery Bypass Graft
 

1. Pengkajian
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkanke ruang Intensive Care
Unit. Segera setelah pasien tiba di ICU, perawat harus segera melakukan
pengkajian meliputi semua sistem organ untuk menentukan status
pascaoperasi dibandingkan dengan preoperasi dan mengetahui perubahan
yang mungkin terjadi selama pembedahan.
a.       Status Kardiovaskular
b.      Status Respirasi
c.       Status Neurologi
d.      Status Pembuluh darah perifer
e.       Fungsi Ginjal
f.       Status Cairan dan elektrolit
g.       Nyeri
h.      Status Gastrointestinal
i.        Status Alat yang Dipakai
Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan fungsi


miokardium(preload, afterload, kontraktilitas )

Intervensi :
• Pantau status kardiovaskular, pembacaan parameter hemodinamik
• Observasi adanya perdarahan persisten drainase darah yang terus-menurus dan menetap,
hipotensi, CVP rendah, takikardi. Persiapkan pemberian komponen darah dan larutan
vena.
• Observasi adanya tamponade jantung: hipotensi, peningkatan PCWP, tekanan atrium
kiri, CVP, bunyi jantung lemah, denyut nadi lemah, distensi vena jugularis, penurunan
haluran urine, lakukan pengecekan berkurangnya darah pada selang drainase. Kaji
adanya pulsus paradoksus.
• Observasi gagal jantung: hipotensi, peninggian PCWP. CVP, tekanan atrium kiri,
takikardi, gelisah, asinosis, agitasi, distensi vena, dispneu, ascites,. Persiapkan
pemberian diuretic dan digitalis.
• Melakukan observasi adanya infark miokardium. Lakukan pemeriksaan EKG dan enzim
berkala. Bedakan nyeri bekas luka operasi dengan nyeri angina.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada
ETT

Intervensi :
• Jaga ventilasi assist-controlled atau intermitten bila mungkin sinkronus

• Pantau analisa gas darah, volume tidal, parameter ekstubasi


• Auskultasi suara dada terhadap suara nafas
• Tenangkan pasien dan pantau kedalaman respirasi bila ventilasi tidak dalam
• Lakukan fisioterapi dada
• Anjurkan untuk menarik nafas dalam, batuk efektif, mobilisasi. Anjurkan untuk
memakai spirometer dan latihan terapi nafas. Anjurkan menggunakan tahanan
didada untuk mengurangi ketidaknyamanan saat batuk atau tarik nafas dalam
• Lakukan penghisapan lender trakheobronkial dan dengan menggunakan teknik
aseptic yang baik
3. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah, trauma syaraf intraoperasi

Intervensi :
• Dorong pasien untuk melaporkan tipe,lokasi serta intensitas nyeri dan skala
nyeri 0-10.Tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri dada
praoperasi.
• Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah,gangguan tidur.
Pantau tanda-tanda vital.
• Identifikasi/ tingkatkanposisi nyaman menngunakan alat bantubila perlu
• Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung atau perubahan
posisi.Bantu aktifitas perawatan diri dan dorong aktifitas senggang sesuai
indikasi.
• Identifikasi/ dorong penggunaan perilaku seperti bimbingan imajinasi,
distraksi, visualisasi nafas dalam.
• Selidiki laporan nyeri diarea yang tak biasanya(contoh betis
kaki,abdomen),atau keluhan tak jelas adanya ketidaknyamanan khususnya
bila disertai oleh perubahan mental,tanda vital dan kecepatan pernafasan.
• Beri obat pada saat prosedur/ aktifitas sesuai indikasi.
Rencana Asuhan Keperawatan

• Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


fungsi miokardium ( preload, afterload, kontraktilitas )
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret pada ETT
• Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah,
trauma syaraf intraoperasi.
• Risiko gangguan keseimbangan volume cairan: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan diuresis osmotic,
perdarahan
• Risiko pola nafas inefektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan ventilasi.
• Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka op,
terpasang alat di tubuh, imunosupresi
TERIMA KASIH SEMUA 

Anda mungkin juga menyukai