Anda di halaman 1dari 27

MONITORING PASIEN

Oleh:
Billy Hartomi

Pembimbing :
dr. Lasmaria Flora Sp.An

Kepaniteraan klinik Senior Ilmu Anestesi


Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Program Profesi Dokter Universitas Abdurrab
2018
Monitoring Perianesthesia
Segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan
memeriksa pasien dalam anestesi untuk mengetahui keadaan
dan reaksi fisiologis pasien terhadap tindakan anestesi dan
pembedahan.

Tujuan diagnosa adanya permasalahan,


perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan,
dan evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk
efektivitas dan adanya efek tambahan.
standar monitoring anestesi
Standar 1
 Ahli anestesi yang Tujuan: dikarenakan dapat terjadi
perubahan yang cepat dalam status pasien
memenuhi syarat harus selama anestesi, ahli anestesi yang
hadir di ruangan memenuhi syarat harus terus hadir untuk
memantau pasien dan memberikan
sepanjang pelaksanaan perawatan anestesi.
semua prosedur anestesi
umum, anestesi regional,
dan perawatan anestesi
yang membutuhkan
pemantauan.
Standar 2

Selama anestesi,
pasien harus
terus dievaluasi :
• oksigenasi
• ventilasi
• sirkulasi
• suhu
TujuanUntuk memastikan konsentrasi

Oksigenasi oksigen yang cukup dalam udara inspirasi


dan darah selama semua prosedur anestesi.

Metode:
1) Udara inspirasi konsentrasi oksigen dalam
sistem pernapasan pasien harus diukur oleh oxygen
analyzer
2) Oksigenasi darah  pulse oximetry

Standar 2
Tujuan: Untuk memastikan ventilasi yang
memadai terhadap pasien selama semua
Ventilasi prosedur anestesi.

Metode:
1) Amati tanda-tanda klinis kualitatif seperti pengapatan pengembangan dada, reservoir
breathing bag, dan auskultasi suara nafas
2) Apabila tracheal tube atau laryngeal mask  Posisi, konsentrasi CO2 dalam udara
ekspirasi. Analisis End-Tidal CO 2 yang terus-menerus, yang digunakan dari waktu
intubasi, sampai ekstubasi atau memindahkan pasien ke lokasi perawatan
pascaoperasi, harus terus dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif seperti
capnography, atau capnometry.
3) Bila ventilasi dikendalikan oleh ventilator mekanik, sebaiknya digunakan sebuah
perangkat yang mampu mendeteksi bila ada komponen yang terputus dari sistem
pernapasan. Perangkat harus memberikan sinyal yang dapat terdengar saat alarm
telah melampaui ambang batas.
4) Selama anestesi regional dan perawatan anestesi yang memerlukan pengawasan,
kecukupan ventilasi harus dievaluasi, setidaknya, dengan pengamatan terus-menerus
tanda-tanda klinis kualitatif. Standar 2
Tujuan: Untuk memastikan kecukupan
fungsi peredaran darah pasien selama semua
Sirkulasi prosedur anestesi.

Metode:
1) Setiap pasien yang menerima anestesi harus memiliki
elektrokardiogram terus ditampilkan dari awal anestesi
sampai saat bersiap-siap meninggalkan lokasi anestesi.
2) Setiap pasien yang menerima anestesi harus diukur tekanan
darah arteri dan denyut jantung nya dan dievaluasi
setidaknya setiap 5 menit.
3) Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus terus
dievaluasi setidaknya salah satu dari hal berikut: palpasi
denyut nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan dari
penelusuran tekanan intraarterial, pemantauan USG denyut
perifer, pulse plethysmography atau oksimetri.
Standar 2
Tujuan: Untuk membantu dalam
pemeliharaan suhu tubuh yang tepat selama
Suhu Tubuh semua prosedur anestesi.

Metode:
Setiap pasien yang menerima anestesi harus dipantau
suhu tubuhnya pada keadaan yang diperkirakan dan
diantisipasi, akan tejadi perubahan suhu tubuh yang
signifikan secara klinis.

Standar 2
MONITORING SISTEM
KARDIOVASKULER
1. Nadi
 Dengan meraba arteri temporalis, arteri radialis, arteri femoralis
atau arteri karotis. informasi tentang kuat lemahnya denyut nadi,
teratur tidaknya irama nadi, frekuensi denyut nadi.
 Monitoring nadi secara kontinyu EKG atau oksimeter yang
disertai dengan alarm.
2. Tekanan Darah
 Tindakan anestesi umum atau regional adalah indikasi mutlak
Selain memperhatikan sistole dan diastole,
untuk dilakukannya pengukuranmean
perlu juga diperhatikan tekanan darah.
arterial
 kasus pasien dengan(MAP).
preassure kegemukan, pasien anak, atau pasien syok,
akan lebih baik menggunakan teknik Doppler atau oskilometer.
 Pengukuran harus dihindari pada anggota gerak tubuh dengan
abnormalitas (misalnya dialysis shunts) atau dengan jalur
intravena.
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH
Invasif Non Invasife

Kateterisasi arteri Metode palpasi


Kateterisasi vena sentral Metode auskultasi Korotkoff
Elektrokardiografi Metode Dopler
Oskilometer
Invasif
Kateterisasi Arteri
Indikasi tindakan anestesi
dengan hipotensi buatan,
antisipasi pada tindakan
pembedahan dengan perubahan
tekanan darah yang cepat,
tindakan pembedahan yang
memerlukan pemantauan tekanan
darah dengan tepat secara cepat
dan pemantauan analisa gas darah
secara berkala selama tindakan
pembedahan.

Kontraindikasi pada pembuluh


darah yang tidak terdapat kolateral
atau pada pasien yang sebelumnya
dicurigai adanya insufisiensi
pembuluh darah pada anggota
gerak tubuh (misalnya Raynaud’s
phenomenon).
Invasif
Kateterisasi vena sentral

Indikasi:
Kateterisasi vena sentral diindikasikan
untuk monitoring tekanan vena
sentral (CVP), pemberian cairan untuk
mengobati hipovolemia dan syok,
infus obat kaustik dan nutrisi
parenteral total, aspirasi emboli udara,
insersi transcutaneous pacing lead,
dan mendapatkan akses vena pada
pasien dengan vena perifer yang
buruk.

Kontraindikasi:
Kontraindikasi relatif termasuk tumor,
penggumpalan darah, atau vegetasi
katup tricuspid yang dapat lepas atau
mengalami emboli selama kanulasi.
Invasif
Elektrokardiografi
Indikasi dan kontraindikasi:
Semua pasien perlu melakukan
monitoring intraoperatif pada
elektrokardiogram mereka (ECG). Tidak
terdapat kontraindikasi.

Teknik dan komplikasi: Pemilihan


lead menentukan sensitifitas diagnostik
ECG. Lead ECG dopisisikan pada dada
dan ekstremitas untuk memberikan
sudut pandang yang berbeda dari
potensi elektris yang dihasilkan oleh
jantung.
Metode palpasi. Non Invasife

Sebelum melakukan pengukuran, kita harus


menentukan terlebih dahulu denyut arteri perifer yang
dapat dirasakan.
Setelah itu, kita kembangkan kaf sampai denyut nadi
tidak teraba. Perlahan-lahan kaf kita kempeskan sampai
teraba kembali denyut nadi.
 Tekanan sistolik terbaca saat arteri terasa berdenyut
untuk pertama kali.
Tetapi oleh karena ketidaksensitifan perabaan kita dan
adanya perbedaan waktu antara aliran dibawah kaf dan
pulsasi pada sebelah distal, maka kita tidak dapat
menentukan tekanan diastolik dan tekanan arteri rerata.
Non Invasife
Metode auskultasi
Teknik yang digunakan pada metode Korotkoff atau auskultasi hampir
sama dengan metode palpasi, hanya ditambah stetoskop yang
ditempatkan di sekitar arteri brakialis.
Tekanan sistolik ditunjukkan saat pertama kali bunyi nadi terdengar
dan tekanan diastolik adalah saat bunyi tersebut menghilang.
Bunyi Korotkoff biasanya sulit didengarkan jika terjadi keadaan
hipotensi atau vasokonstriksi pembuluh darah perifer
Metode Doppler Non Invasife

Prinsip dari alat ini adalah pulsasi dari dinding arteri


atau pergerakan darah yang melalui suatu transduser
memancarkan suatu gelombang ultrasonik.

Mula-mula kaf dipompa sampai


melewati batas tekanan sistolik.
Perlahan-lahan kaf dikempeskan
dan setelah melalui batas tekanan
sistolik, dinding arteri akan
berpulsasi dan akan diteruskan
melalui transduser. Penempatan
Metode ini sangat baik
probe harus tepat diatas arteri. digunakan pada pasien
Pada metode Doppler, tekanan dengan kegemukan, pasien
anak-anak atau pasien yang
yang dapat diukur hanyalah dalam keadaan syok.
tekanan sistolik saja.
Non Invasife
Oskilometer
Pulsasi arteri akan menyebabkan oskilasi pada tekanan kaf. Oskilasi ini kecil apabila
kaf dikembangkan diatas tekanan sistolik. Saat tekanan kaf turun sampai tekanan
sistolik, pulasai akan dihantarkan ke seluruh kaf dan oskilasi akan meningkat.
Oskilasi maksimal terjadi saat mencapai tekanan arteri rerata, setelah itu akan
turun kembali. Monitor tekanan darah elektronik akan secara otomatis mencatat
perubahan gelombang oskilasi ini.
Monitor oskilometer sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang menjalani
pembedahan bypass kardiovaskuler.

Sampai sekarang ini,


peralatan oskilometer ini
masih terus dikembangkan,
dan di Amerika Serikat
menjadi pilihan dalam
pemantauan tekanan darah
noninvasive.
MONITORING RESPIRASI
Inspeksi (Tanpa Alat)
Gerakan dada-perut baik pada saat bernapas
spontan atau dengan napas kendali dan
gerakan kantong cadang apakah sinkron.

Oksigenasi warna mukosa bibir, kuku


pada ujung jari dan darah pada luka bedah
apakah pucat, kebiruan, atau merah muda.

Stetoskop suara pernapasan.


 Stetoskop prekordial
 Stetoskop esophageal
Pulse Oksimetri
Kapnometer
Monitoring Respirasi

Kapnografi

 Indikasi dan kontraindikasi:


Penentuan konsentrasi CO2 akhir-tidal (ETCO2) untuk mengkonfirmasi
ventilasi yang adekuat adalah wajib selama semua prosedur anestesi, tetapi
khususnya demikian untuk anestesia general.

 Teknik dan komplikasi:


Kapnografi adalah monitor yang berguna pada sistem pernafasan
pulmoner, kardiovaskuler, dan anestetik. Kapnograf dalam penggunaan
umum bergantung pada absorpsi cahaya inframerah oleh CO2.
Monitoring Respirasi

Pulse oksimetri

 Indikasi dan kontraindikasi:


Pulse oksimeter adalah monitor wajib untuk semua anestesi,
termasu kasus-kasus sedasi moderat. Tidak ada kontraindikasi.

 Teknik dan komplikasi:


 Pulse oksimeter mengkombinasikan prinsip-prinsip oksimetri
dan plethysmography untuk secara noninvasif mengukur
saturasi oksigen dalam darah arterial.
MONITORING SUHU TUBUH
Selama tindakan anestesi, terutama dalam waktu yang
lama atau pada bayi dan anak kecil, tempertur pasien
harus selalu dipantau.

Alat yang digunakan untuk memantau temperature


adalah termistor atau thermocouple.
MONITORING URIN
Jumlah urin yang keluar menggambarkan
fungsi dan perfusi dari ginjal, kardiovaskular
dan volume cairan.

Urin yang keluar dianggap baik apabila


volumenya lebih atau sama dengan 0,5
ml/kgBB/jam, dan bila kurang dari jumlah
tersebut perlu mendaptkan perhatian.

Indikasi untuk dilakukan pemasangan kateter urin adalah pada pasien dengan penyakit
jantung kongestif, gagal ginjal, penyakit hati lanjut, atau pasien syok.

Selain itu kateterisasi urin merupakan tindakan yang rutin dilakukan pada pembedahan
jantung, bedah aorta atau pembuluh darah ginjal, kraniotomi, bedah abdomen mayor,
pembedahan dengan waktu lama dan pembedahan yang kemungkinan memerlukan cairan
yang banyak serta pemberian obat diuretika selama pembedahan.
MONITORING BLOKADE NEUROMUSKULAR

Stimulasi saraf untuk


mengetahui apakah relaksasi otot
sudah cukup baik atau sebaliknya

setelah selesai anestesia apakah


tonus otot sudah kembali
normal.
MONITORING SISTEM SARAF

Pada pasien sehat sadar, oksigenasi pada otaknya


adekuat kalau orientasi terhadap personal, waktu dan
tempat baik.

Pada pasien dalam keadaan tidak sadar, monitoring


terhadap SSP dikerjakan dengan memeriksa respons
pupil terhadap cahaya, respon terhadap trauma
pembedahan, respons terhadap otot apakah relaksasi
cukup atau tidak.
KESIMPULAN

Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan,


mengawasi dan memeriksa pasien dalam anestesi untuk
mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien
terhadap tindakan anestesi dan pembedahan. Tujuan
utama monitoring anestesi adalah diagnosa adanya
permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya
kegawatan, dan evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk
efektivitas dan adanya efek tambahan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai