Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui
sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru paru).
Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang
fisiologis dengan kontrol neurohormonal. Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme
kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan
stabil. Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan
pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah dengan sangat cepat.
1 Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100- 130 mmHg
2 Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan
diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh
jantung. Range normal berkisar 60-90 mmHg
3 Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung.
MAP dapat diformulasikan dengan rumus : Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP
menggambarkan perfusi aliran darah ke jaringan
Kontraindikasi
c Persiapan alat
1 Sistem flushing yang terdiri dari
Cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah diberi heparin 500 UI (perbandingan
NaCl 0,9% dengan heparin 1:1), masukkan dalam pressure bag dan diberi
tekanan 300 mmHg.
2 Basic Element (tranducer holder), tranducer/ pressure cable
3 Monitor, monitoring kit (single, double, triple lumen)
4 Manometer line 5. 3 way
5 Abocath no. 22 – 18 7
6 Sarung tangan steril
7 Alcohol, betadhine, kassa, lidocain, spuit
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Compliant = ↑Compliance =
↓∆Preassure
f Teknik Pengukuran
1 Cuci tangan
2 Yakinkan kateter arteri tidak tertekuk
3 Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
4 Lakukan kalibrasi 5
5 Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi gelombang
tidak underdamped atau overdamped
6 Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
7 Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahan
hemodinamik
h Komplikasi
1 Hematoma
2 Perdarahan
3 Gangguan neurovaskuler
4 Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
5 Emboli
6 Insuffisiensi vaskuler
7 Infeksi
8 Trombosis
9 Masuknya obat ke dalam arteri secara tidak sengaja
b Monitoring invasive tekanan vena sentral
a Pengertian
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung. Tekanan vena sentral merefleksikan
tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Pada umumnya jika venous return
turun, CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.
Metode pengukuran CVP dikelompok menjadi metode non invasif yaitu dengan
dilakukan pengukuran vena jugularis dan metode invasif yaitu dengan memasukkan
kateter ke dalam vena subklavia atau vena jugularis internal
b Indikasi
1. Mengetahui fungsi jantung
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium kanan (RA)
dan tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan jantung
dan paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolic
ventrikel kiri.
c Kontraindikasi
1 infeksi pada tempat insersi
2 Renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan
3 Large tricuspid valve vegetatious (sangat jarang)
h Komplikasi
Adapun komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
1 Perdarahan
2 Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah insersi
kateter. Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau rongga pleura
3 Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4 Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi
mikrooorganisme seperti s. avirus, s. epidermidis, gram negative –positif
basil, dan intrococcus.
5 Overload cairan.
6 Pneumothoraks