Anda di halaman 1dari 30

Pembimbing:

dr. Syamsul Hadi, Sp.An


Pendahuluan

Monitoring Hemodinamik
Monitoring aliran darah yang melalui sistem kardiovaskuler.

Tujuan
Untuk mendeteksi insufisiensi kardiovaskuler, mencari faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya kelainan dan memberikan tatalaksana
yang tepat.
Mean Arterial Pressure adalah rata-rata tekanan arteri dalam satu
siklus pulsasi.
Pengukuran tekanan darah arteri sangat dipengaruhi dengan
tempat pengukuran dan level ketinggian.
Pada pasien dengan penyakit vaskular perifer berat, mungkin saja
terdapat hasil pengukuran yang berbeda di tiap tempat
pengukuran.
Indikasi Kontraindikasi

Prosedur anestesi Abnormalitas


vaskuler pada
ekstremitas (dialysis
shunts)
Terpasangnya jalur
intravena pada
ekstremitas
Tekanan darah sistolik dapat ditentukan dengan:
a) lokasi terabanya denyut perifer
b) memompa manset tekanan darah, proksimal dari
denyut nadi sampai aliran terbendung
c) melepaskan tekanan 2 3 mmHg tiap denyut nadi
d) mengukur tekanan manset sampai pulsasi teraba lagi
Sensitif untuk mengukur tekanan
darah pada pasien obesitas, anak-
anak dan pada pasien dengan
syok.
Efek doppler adalah perubahan
pada frekuensi gelombang suara
ketika sumber suara bergerak
secara relatif terhadap pemeriksa.
Ketika sel darah merah bergerak
melalui arteri, perubahan
frekuensi Doppler akan dideteksi
oleh probe.
Perbedaan antara frekuensi yang
ditransmisikan dan yang diterima
ditunjukan oleh karakteristik
suara monitor.
Pengembangan dari manset menciptakan tekanan
antara sistolik & diastol arteri akan kolaps
menghasilkan aliran turbulensi dan suara Korotkoff
Osilasi akan melemah bila manset dipompa melebihi tekanan
sistolik. Ketika tekanan manset diturunkan ke tekanan sistolik,
pulsasi diteruskan ke seluruh manset dan osilasi akan
meningkat. Osilasi maksimal timbul ketika mean arterial
pressure, kemudian osilasi akan menurun.
Tonometri arterial mengukur tekanan
darah arteri denyut per denyut dengan
merasakan tekanan yang diperlukan
untuk menekan sebagian arteri
superfisial yang ditunjang oleh struktur
tulang.

Tonometer terdiri dari beberapa


transduser independen yang ditaruh di
kulit di atas arteri. Stress kontak antara
tekanan tranduser yang langsung di
atas arteri dan kulit memantulkan
tekanan intraluminal.
Indikasi
Hipotensi
Deviasi tekanan darah yang besar
Penyakit end-organ yang membutuhkan pengaturan tekanan
darah denyut per denyut secara tepat
Kebutuhan analisis gas darah arteri.
Kontraindikasi
Kecurigaan adanya insufisiensi vaskuler pada end artery
yang kecil dengan aliran darah kolateral inadekuat
(contohnya fenomena Raynauds).
Arteri
Arteri radialis Arteri ulnaris
brachialis

Arteri dorsalis
Arteri Arteri
pedis dan tibia
femoralis aksilaris
posterior
Denyut radialis diraba dan arteri ditentukan menekan perlahan ujung
jari tengah dan telunjuk tangan non dominan pada area dengan denyut
maksimal.
Setelah diasepsis, 1% lidokain diinfiltrasikan langsung ke kulit dengan
sudut 45 derajat, mengarah ke titik yang dipalpasi
Bila ada darah yang tampak, jarum direndahkan membentuk sudut 30
derajat dan dimasukan 1 2 mm untuk meyakinkan ujung kateter masuk
dengan baik ke lumen pembuluh darah.
Kencangkan tekanan di atas arteri, proksimal ujung kateter dengan ujung
jari tengah dan manis mencegah darah menyembur ketika tube
dihubungkan.
Gunakan selotip tahan air atau jahitan untuk menjaga kateter tetap pada
tempatnya.
Komplikasi monitoring intraarterial termasuk
hematoma, perdarahan, vasospasme, arterial
thrombosis, embolisasi gelembung udara, nekrosis
kulit sekitar kateter, kerusakan saraf, infeksi,
kehilangan jari dan injeksi intra arterial yang tak
disengaja.
Faktor yang berkaitan dengan meningkatnya
komplikasi termasuk kanulasi lama, hiperlipidemia,
cobaan insersi yang berulang, wanita, sirkulasi
ekstrakorporal dan penggunaan vasopresor
Semua pasien seharusnya dimonitor
elektrokardiografinya saat operasi.
Tidak ada kontraindikasi.
Saat akhir diastol, atrium berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang P. Setelah
itu, ventrikel terisi dan menunggu untuk terjadinya sistol. Komplek QRS mulai
menggambarkan aktivitas elektrik sistol setelah terjadi penundaan atrioventricular
node (AV). Depolarisasi ventrikel dari AV node ke sistem intraventrikuler melalui
berkas Purkinje. QRS normal bertahan selama 120 milidetik, dan dapat memanjang
pada pasien dengan kardiomiopati dan gagal jantung.
Indikasi
1. Penatalaksanaan cairan pada hipovolemia dan syok
2. Infus obat kaustik
3. Nutrisi parenteral total
4. Aspirasi emboli udara
5. Insersi lead intrakutaneus
6. Akses vena pada pasien dengan vena perifer yang buruk

Kontraindikasi
Tumor, gumpalan atau atau keadaan vegetasi pada katup trikuspid yang dapat
menyebabkan embolisasi.
Kanulasi vena sentral melibatkan proses
memasukkan kateter ke dalam vena sehingga
ujung kateter terletak di sistem vena dalam
toraks. Karena lokasi ini menghubungkan
ujung kateter ke tekanan intrathoraks, inspirasi
akan menurunkan atau meningkatkan tekanan
vena sentral, tergantung apakah ventilasi
dikontrol atau spontan.

Risiko kanulasi vena sentral termasuk infeksi,


emboli udara atau thrombus, disritmia
(menandakan ujung kateter berada pada atrium
kanan atau ventrikel), hematoma, hidrotoraks,
chylothoraks, perforasi jantung, tamponade
jantung, trauma pada saraf dan arteri yang
terdekat dan trombosis.
Indikasi
Ketidakstabilan hemodinamik atau selama prosedur bedah yang
mempunyai kemungkinan insiden tinggi komplikasi hemodinamik.

Kontraindikasi
1. Left branch bundle block komplit
2. Wolff-Parkinson-White syndrome
3. Malformasi Ebstein
4. Infeksi pada pasien bakteremia
5. Pembentukan thrombus
Insersi PAC membutuhkan akses vena sentral.
Dari kateter vena sentral, sebuah dilator dan
pembungkus di masukkan melalui kawat
pengarah.
Setelah diinsersi, kateter dicek dengan
mengembangkan dan mengempiskan balonnya
dan mengirigasi semua lumen intravaskuler
dengan salin yang diheparinisasi.
Kateter dimasukkan melalui pembungkus ke
dalam vena juguler interna. Pada kira kira 15
cm, ujung distal seharusnya memasuki atrium
kanan, dan vena sentral melacak variasi respirasi
yang memastikan posisi intrathoraks.
Peningkatan tiba tiba pada tekanan sistolik
pada pelacak distal mengindikasikan lokasi
ujung kateter pada ventrikel kanan . Jalan masuk
ke arteri pulmonal biasanya terdapat pada 35
45 dan ditandai oleh peningkatan tiba tiba saat
tekanan diastolik.
Indikasi
Pengukuran cardiac output agar dapat
memperkirakan perhitungan stroke volume.

Kontraindikasi
Kontra indikasi untuk pengukuran curah
jantung dengan thermodilution sama dengan
kontraindikasi kateterisasi arteri pulmonalis.
Thermodilution

Injeksi sejumlah cairan dengan suhu dibawah suhu


tubuh ke atrium kanan akan mengubah suhu darah yang
menyentuh termistor pada ujung PAC.
Derajat perubahan akan mencerminkan curah jantung.
Perubahan suhu minimal bila ada aliran darah yang
tinggi tetapi nyata bila aliran rendah.
Dye Dilution
Pewarna indosianin hijau (atau indikator lain)
disuntikan melalui kateter vena sentral, yang
kemudian akan tampak pada sampel arteri yang
dianalisa dengan detektor tertentu, sebuah
densitometer untuk indosianin hijau.
Daerah yang dibawah kurva indikator pewarna
dihubungkan dengan curah jantung.
Pulse Contour Devices
Pulse contour devices menggunakan pelacakan
tekanan arteri untuk memperkirakan cardiac
output dan parameter dinamis lainnya seperti
tekanan pulsasi dan variasi stroke volume dengan
ventilasi mekanik.
Indikasi: digunakan untuk menentukan apakah
hipotensi akan merespon jika diberi terapi cairan.
Doppler esofagus berpegang pada prinsip Doppler
untuk mengukur velositas aliran darah dari
descending thoracic aorta yang meningkat dengan
iskemia miokardium dan interpretasi yang berbeda-
beda.
Thoracic Bioimpedance

Perubahan dari volume thoraks menyebabkan perubahan pada


resistensi toraks (bioimpedance). Bila perubahan thoracic
bioimpedance diukur seletah depolarisasi ventrikel, stroke
volume dapat terus ditentukan.

Teknik non invasif ini membutuhkan 6 pasang elektroda ECG


untuk menginjeksi microcurrent dan untuk merasakan
bioimpedance pada kedua sisi dada.
Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh seorang individual (VO2) sama dengan perbedaan

antara oxygen content (C) arteri dengan vena (a-v) dikalikan dengan cardiac output (CO).

Konsumsi O2 V O2

CO =---------------------------------- = ---------------------

a-v O2 perbedaan isi Ca O2-Cb O2

Campuran venous dan arterial oxygen content dapat ditentukan dengan mudah jika kateter

arteri pulmoner dan arterial line terpasang. Konsumsi oksigen dapat dikalkulasi

berdasarkan oxygen content pada udara yang diinspirasi dan diekspirasi.


Transesophageal echocardiography (TEE) dan transthoracic
echocardiography (TTE) merupakan alat yang paling baik dalam
mendiagnosis dan memeriksa fungsi kardiovaskuler perioperatif.
Terbatasnya akses ke dada di kamar operasi menjadikan TEE salah satu
pilihan ideal untuk memvisualisasikan jantung.
Disposable TEE probe sekarang tersedia sehingga dapat tetap bersama
pasien yang sedang kritis selama beberapa hari. Hal ini memungkinkan
pemeriksaan TEE secara intermiten.
Bersten A.D., Soni N. Haemodynamic Monitoring In Ohs Intensive
Care Manual, 7th Edition. Elsevier. pp 122-137.
Miller D.R., Cohen N.H, Eriksson L.I. 2015. Cardiovascular Monitoring In
Millers Anesthesia, 8th Edition. Elsevier. pp. 1345-1392.
Morgan G.E., Mikhail M.S., Murray M.J. 2013. Airway Management In
Clinical Anesthesiology, 5th Edition. McGraw-Hill. pp. 309-329.
Latief S.A., Suryadi K.A., Dachlan M.R. 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi: Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI.
Soenarto. R., Chandra. S. Buku Ajar Anestesiologi. Departemen
anestesiologi dan intensive care FKUI RS Cipto Mangunkusumo.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai